Rabu, 28 Maret 2018

Hutang pada Anin

Mataku terus berputar mencari Anin,gadis berkerudung toska yang telah memberiku pinjaman uang. Gadis? Oh.. Aku tak tahu dia sudah menikah atau belum. Harapanku belum. Dan aku berniat akan menjadikannya dia sebagai isteriku. Semudah itukah? Aku akan berusaha.

Pertemuanku dengan Anin baru terjadi sekali. Itupun karena kebodohanku. Kala itu pagi hari, aku naik bus pertama patas AC 81 jurusan Kalideres-Depok. Aku duduk di kursi dua orang. Sebelah kiriku jendela dan sebelah kananku duduk seorang wanita bertubuh mungil,berkacamata,sedang memangku sebuah buku. Di pergelangan kirinya melingkar jam tangan merk G-shock. Hihi.. Pasti wanita tomboy.

Seperti biasa, apabila bus sudah memasuki jalan tol dalam kota, kondektur bertugas narikin ongkos.

Saat hendak bersiap-siap mengambil uang dari dalam dompet, aku kaget bukan kepalang karena tidak menemukan dompet. Shit! Dimana dompetku. Jatuh? Dicopet? Atau tertinggal di rumah? Dengan wajah panik, aku mencoba menelepon mama, berharap dompet kesayanganku itu tertinggal di rumah.

Selasa, 27 Maret 2018

Warna Kesukaan

Dulu ketika usia saya masih balita, saya suka warna yang kecewek-cewekan. Ungu dan pink. Atau pink keunguan, bisa juga ungu agak ke pink. Segala macam kaos, pita rambut, bandana, tas, bahkan sampai sepatu, saya punya yang warna pink. Keren kan! Pecinta pink atau ungu sejati. Bukan begitu?

Memasuki usia SD, saya tidak suka lagi dengan warna pink dan ungu. Saya jadi suka warna hijau. Hijau apa saja. Bisa hijau daun, hijau lumut atau hijau toska. Sampai saya request ke mama, minta lantai kamar warna hijau lumut. Hihi.. Awalnya mama ragu, karena lantai berwarna hijau lumut itu gelap. Nanti kamarnya jadi gelap, suram dan terkesan... horor! hahaha.. Enggak-enggak. Abaikan saja ya yang horor. Intinya, Lantai berwarna hijau lumut tidak  cocok untuk kamar. Tapi saya tetap memaksa. Karena buat saya saat itu, warna hijau lumut itu elegan dan kesannya mewah.

Senin, 26 Maret 2018

Batuk

Disaat aku sedang serius memasak, engkau hadir secara tiba-tiba. 
Lalu aku memalingkan wajah.
Khawatir masakan yang kubuat dapat terkontaminasi olehmu.
Hadirmu cukup merepotkanku.

Disaat aku tengah asyik mengunyah makanan. Engkau datang mengagetkanku.
Airmata bercucuran. Rasa mual tak terenyahkan. 
Kau bikin makanku menjadi tak nikmat. Hampir keluar lagi.
Hadirmu memang tak pantas untukku.

Disaat aku sedang memberi sambutan, engkau muncul tanpa intruksi.
Maka, dengan sedikit menutup mulut aku berdehem. 
Berharap engkau lari dan takkan kembali.
Tapi tidak demikian. Justru kau makin beringas.
Hadirmu sangat menggangguku.

Minggu, 25 Maret 2018

Buah Tangan dari Arab

Hari ini agenda kami sekeluarga adalah bertandang ke rumah saudara yang baru saja sepekan lalu pulang dari umroh. Niat utama kami adalah silaturahim dan tentu saja ingin mendengarkan langsung pengalaman beliau selama beribadah di tanah suci.

Perjalanan dari Pondok Aren menuju Matraman pagi tadi sedikit tersendat. Kami berangkat dari rumah sekitar jam 9 pagi, ternyata jalanan sudah ramai dan bisa dikatakan macet. Padahal hari minggu. Tumben banget deh.

Kami sampai di matraman sekitar jam setengah 12 siang. O-ow.. Lama banget ya.. hihi. Yah, namanya juga Jakarta, kalau enggak macet malah aneh. Ups.

Sampai disana kami disambut baik oleh tuan rumah. Akhtar biasa memanggil yangkung dan yangtie untuk saudara kami yang di matraman ini. Mereka terlihat amat bahagia saat menyambut kedatangan kami. Kebetulan tadi tamunya bukan hanya dari keluarga kami, tapi ada juga dari keluarga kakak saya.

Sabtu, 24 Maret 2018

Sabtu Terharu



Malam ini, saat saya sedang berada di dalam kendaraan, saya menyengajakan untuk mengecek pesan-pesan yang ada di WhatsApp. Setelah memastikan tak ada yang terlewat di pesan pribadi, saya beralih untuk membuka satu persatu WhatsApp grup.

Ah ya, saya baru ingat kalau hari ini adalah pengumuman kelulusan ODOP Batch 5 untuk para pesertanya. Melihat chat yang sudah ratusan, saya makin penasaran dengan isi obrolannya. Klik!

Saya simak, jempol kanan terus naik turun, scroll perlahan dan... Aaaakkkk mata saya  menemukan sesuatu! Yaph, PENGUMUMAN KELULUSAN!

Depannya Y.. Mana nama yang depannya Y yaa.. Begitu bathin saya sambil mata terus menatap layar Hp dengan seksama. Hanya dalam hitungan 3 detik, saya berhasil menemukan nama Yulita Widya Ningsih di urutan 40. Hiyeeee... Alhamdulillaaaah saya lulus!!! *koprol cantik.

Jumat, 23 Maret 2018

Nasi Liwet Sunda : Diet? Besok Aja deeeh

Kalau kemarin saya posting tentang sambal bawang si pendamping nasi liwet, hari ini saya posting tentang nasi liwetnya nii..

Duh, saya kalau bikin nasi liwet ga nahan sama harumnya. Padahal nasi liwet sunda kan ga pakai santan ya, tapi bisa harum khas gitu..

Kira-kira dari mana ya aromanya? Huum betul, dari teri yang sudah di goreng kering kemudian dicampurkan ke beras yang akan dimasak. Tak lupa duo bawang, batang sereh, lengkoas dan daun salamnya yang juga ditumis terlebih dahulu sebelum pada akhirnya mereka bercampur menjadi satu di dalam magic com. Ahaha.. Iya saya pakai magic com masaknya. Yang simpel-simpel aja lah ya, yang penting anak dan suami lahap 😂

Okeyh, tanpa mengulur waktu dan memperingkat tulisan,berikut ini resepnya.

Kamis, 22 Maret 2018

Sambal Bawang Nyoozzz

Tempo hari saya bikin nasi liwet sunda. Otomatis pasangannya sambal donk ya. Tanpa sambal apalah arti seporsi nasi liwet sunda bagi para pecintanya,eaaa.

Baiklah, karena suami lagi bosan dengan sambal terasi, pagi harinya sebelum berangkat kerja beliau request kalau kali ini bikinnya sambal bawang saja.

Okesiap, apa sih yang enggak buat suami ter.. ter.. Titik-titiknya silahkan menyesuaikan dengan suami masing-masing ya.. Apa? yang jomblo? Mmmm... Ya cari dulu suaminya.. Wkwkwk.

Bikin sambal bawang itu mudah sekali. Tinggal kedip juga jadi. Hihi. Agak lebay memang. Tapi beneran loh. Semua orang pasti bisa.. Bahkan yang enggak pernah pegang cobek pasti bisa. Tinggal ikutin aja langkah-langkahnya secara bertahap,dijamin sukses!

Berikut resep sambal bawang anti gagal

Bahan:
10 siung bawang merah ukuran sedang
3 siung bawang putih ukuran sedang
10 buah cabai merah keriting
20 buah cabai rawit merah/orens yang gemuk

Pelengkap:
Garam secukupnya
Gula secukupnya
Minyak untuk menggoreng dan menumis

Cara membuat:
1. Goreng semua bahan tapi jangan sampai terlalu layu
2. Uleg/blender (tanpa air) kasar dan diberi sedikit garam dan gula
3. Tumis lagi dengan sedikit minyak dan api kecil, tambahkan lagi garam dan gula.
4. Atur rasa
5. Sajikan



Mudah bukan?

Perhatian!
Saat menumis sambal, siap-siap pakai masker ya.. Karena bakal bersin-bersin.. Hihihi

Rabu, 21 Maret 2018

Venus yang Tulus

Pagi tadi saat saya mengecek WhatsApp, saya tersentak. Apa-apaan ini kok saya di remove disalah satu grup yang selama ini telah membersamai saya selama lebih dari tiga bulan. Oh no! Saya sudah merasa nyaman dengan rumah kecil ini. Saya bisa curhat dengan para penghuninya kalau perjuangan posting setiap hari itu enggak mudah. Saya bisa berkeluh kesah saat menuntaskan tantangan cerbung kemarin anak sedang sakit, jadi konsentrasi terpecah. Saya bisa meluapkan semua yang ada di hati tentang jatuh bangun supaya bisa posting setiap hari tanpa hutang! Iyaph.. Tanpa hutang, alhamdulillaah...

Warga venus, yang selama ini telah menjadi bagian dari hidup saya. Yang hanya satu orang saja saya mengenalnya secara nyata yakni mbak Ajeng,kami sudah bersahabat sebelum ikutan ODOP. Selebihnya... saya tidak mengenalnya. Tapi mengapa ada rasa sedih saat berpisah dengan mereka? Apa yang membuat kami merasa kehilangan hunian?

Jawabannya hanya satu!

Selasa, 20 Maret 2018

Cemburuku

Pernahkah kau berpikir tentang arti kita?
Yang ternyata langkah kita saling menguatkan!
Yang bilamana tangan tak saling menggenggam aku bisa jatuh?
Yang setidaknya ketika kau ada, aku bisa bangkit untuk berdiri.

Sadarkah kau tentang semua langkah yang pernah kita lalui bersama?
Ternyata aspal yang tak pernah bicara itu selalu menjadi saksinya.

Coba kau tengok ke arah tenggara!
Ada pohon kaktus yang usianya lebih tua darimu.
Durinya mungkin dapat melukai siapa saja yang mendekat.
Maka berhati-hatilah!

Sekarang, coba kau lihat arah utaramu!
Ada mawar merah yang sangat cantik warnanya.
Indah dipandang mata
Menarik hati untuk dipetik
Tapi ingatlah, durinya yang kecil dapat menggores tangan hingga darah menetes.

Senin, 19 Maret 2018

Kamu

Paling sulit itu menentukan judul. Judul apa aja.. mau judul status, judul cerpen, judul buku, bahkan curcolan juga musti ada judulnya lho, bukan begitu? Iyain aja deh ya.. 😅

Terus masalahnya dimana?
Di kamu!
Iya, di kamu!
Kamu yang sehari-hari pergi saat mentari belum menyilaukan mata dan pulang saat petang tinggal nama.

Kamu!
Yang darimu satu huruf saja bisa menjadi ratusan kata, ribuan kalimat bahkan jutaan paragraf. Percaya? Harus!

Kamu!
Yang katamu merinduku.
Benarkah? Apa buktinya?
Apakah rindu sebuah kejahatan hingga perlu bukti? Begitu katamu.

Lagi-lagi kamu!
Si tukang rayu tiap waktu.
Si tukang gombal seumur hidup.
Swear! Aku tidak bercanda apalagi berbohong. Karena bercanda adabnya tidak boleh berbohong.

Kamu!
Yang sedari tadi hanya senyam senyum disana.
Kemarilah, bicaralah untuk wanitamu. Karena wanita bukan hanya butuh waktu, tapi juga butuh kata-katamu.

Kamu!
Iya kamu!
Ku pakai buat judul postinganku saat ini boleh ya? Boleh dooonk 😅

@yulita.wn
Pondok Aren, Maret 2018

Minggu, 18 Maret 2018

Jika Aku Pergi


Pernah berpikir tentang kematian? Tentang waktunya saat meninggalkan orang-orang yang kita cintai?

Saya sering.

Pikiran kalau saya meninggal duluan, bagaimana anak dan suami. Apalagi anak masih kecil, masih butuh ibu untuk tempat ia berlindung. Masih butuh ibu untuk tempat ia berharap kasih dan sayang. Masih butuh ibu untuk tempat ia bermanja. Masih butuh ibu untuk tempat ia bercerita tentang serunya hari yang telah dilewati. Masih butuh ibu untuk tempat menangis mengadu segala resah. Masih butuh ibu untuk tempat bertanya jika sedang galau. Masih butuh ibu untuk tempat bersenda gurau. Masih butuh ibu untuk mendoakan setiap langkahnya.

Pun, jika saya meninggalkan suami. Apakah beliau akan menikah lagi? Berapa lama beliau akan terus mengingat saya? Berapa lama beliau akan jatuh cinta kepada wanita lain? Ketika beliau menikah lagi, akankah saya dilupakannya begitu saja? Masihkah beliau ingat tentang semua kenangan indah yang pernah kami lalui bersama? Bisakah seutuhnya beliau melupakan saya? Masihkah beliau mendoakan saya apabila sudah menikah dengan wanita lain? Masihkah ada nama saya di hatinya? Masihkah sedikit saja tersimpan nama YULITA di ingatannya? Lalu... Kalau beliau menikah lagi, wanita itu sayang kah dengan anak-anak saya? Sayangnya tulus kah? Wanita itu mau kah diajak bersusah-susah? Maukah ia mengingatkan bahwa pernah ada istri pertama dalam hidup suami saya?

Sabtu, 17 Maret 2018

Cafe Cordova

Jumat 16 Maret 2018, ada acara makan sehat di sekolahnya Akhtar. Makan sehat adalah agenda rutin sekolah yang diadakan tiap bulan pada pekan ke dua atau tiga, tergantung situasi dan kondisi.

Biasanya, menu makan sehat tidak jauh berbeda denhan menu makanan sehari-hari yakni 4 sehat 5 sempurna. Misalnya saja: nasi, sayur sop, ayam krispi, air mineral, buah dan berbagai cemilan sehat ditambah susu. Yang bertugas menyiapkan makanannya adalah komite yang dibantu oleh wali murid.

Kebetulan, bulan ini acara makan sehat diambil alih oleh para guru. Jadi semua-muanya yang menyiapkan bukan komite tapi para guru.

Ceritanya,para guru mau bikin tema yang lain dari biasanya. Alhasil mereka menyulap pelataran sekolah menyerupai cafe. Namanya "Cafe Cordova" dengan tema 'Mampir yuk ke cafe kami', hihi.. Selain itu, pelataran juga dihias dengan kertas krep dan origami. Keren lah pokoknya.  Kreatif banget guru-gurunya,TOP deh. 


Jumat, 16 Maret 2018

Oseng Oncom Pedas Manis

Sudah beberapa hari terakhir ini saya pengen banget makan oncom. Tapi setiap kali ke warung, oncomnya ga ada atau kalau adapun jelek. Hiks.

Beruntungnya, kemarin pagi pas ke warung saya melihat oncom berwarna orens merekah. Yuhuuu... Enggak pake nengok kanan kiri langsung saya samber aja deh tuh si oncom yang ngorensnya catiiiik banget.

Nah, berhubung saya dan suami enggak suka leunca, jadinya tiap kali masak oseng oncom, yaa original saja. Tanpa penambahan bahan-bahan yang lainnya, hihi. Ga pake pete? Pengen sih, saya suka pete. Tapi suami itu kalo gak penting-penting banget sama pete, yaa ga bakal mau makanan dicampur pete.

Oseng oncom pedas manis ala saya ini nikmat banget dimakan bersama nasi hangat. Cabai rawitnya sengaja saya banyakin, biar pas makan ada sensasi huhah huhahnya, hihi. Oiya, karena saya suka campuran pedas dan manis, maka saya tambahkan sedikit saja kecap manis saat menumis. Dijamin, bakal nambah-nambah deh makannya.

Mau tau resepnya?

Kamis, 15 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #10 : Sempurna Olehmu

Aku benar-benar terperangah. Telapak tangan kukepal. Ada kecewa mengalir yang membuat seluruh sendi tubuhku menjadi patah. Ada duka yang teramat dalam. Gelap. Seperti menyelam di samudera pasifik dan hilang tertelan palung Mariana. Jauh. Lenyap ke dasar bumi.

"Renata.. bisa saya lanjutkan ceritanya?" tanya Kak Zaki dengan sangat hati-hati.

Aku mengangguk. Pandanganku kosong ke depan. Kak Zaki menggeret kursi lalu duduk berhadapan denganku.

"Almarhumah istrinya Farki namanya Vannya,mereka menikah setahun setelah lulus S1. Keduanya lulusan kimia UI sini, Re.." Kak Zaki mengatur napasnya. Lagi, ia mengusap ekor matanya. Mungkin ada air mata yang siap menetes.

"Pernikahan mereka hanya berusia satu tahun. Keluarga Vannya mengalami kecelakaan travel saat sedang pulang kampung di Bromo. Vannya meninggal dalam keadaan hamil 4 bulan. Adiknya yang sedang hamil 2 bulan selamat, tapi suaminya meninggal. Ibunyapun demikian,meninggal di tempat..." Kak Zaki menyatukan kedua telapak tangannya,menutup wajahnya. Kemudian menggerakkan pergelangan tangannya hingga telunjuk menyentuh ujung mata,lalu turun ke pangkal hidung.

"Farki sedang di Depok saat kecelakaan itu. Dia sedang mengurus S2nya. Kamu pasti tahu gimana perasaan Farki saat itu kan Re...? Farki sayang banget sama Vannya. Hidupnya hancur mulai saat itu, Re.."

Rabu, 14 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #9 : Wajah yang Mirip

Allah... Bolehkah aku menangis sekarang juga? Kuatkan aku Ya Allah. Kakiku lemas, tak mampu menopang tubuh. Dadaku  sesak, mataku berkunang-kunang. Pandanganku gelap. Aku terjatuh.
***

Mataku terasa berat. Perlahan kubuka mata. Tubuhku terbaring di suatu ruangan. Dimana ini? Dengan kedua tangan kutopang tubuhku untuk bangkit dan segera duduk.

"Renata..." Suara Kak Zaki mengagetkanku. Aku menoleh ke arah kiri tempat suara itu berasal. Ada Kak Zaki dan... Farki. Aku menarik napas. Mengapa ada dua orang laki-laki bersamaku. Sudah berapa lama aku disini dan ditemani mereka? Apa yang terjadi denganku.

"Kamu tadi pingsan, saya dan Farki yang membopongmu kesini atas suruhan Bu Dendi. Iya, jadi pas kamu pingsan tadi, pas banget ada Bu Dendi. Ini ruangan Bu Dendi, kamu udah tahu kan? Oiya, jangan salah paham, kami juga baru datang kok, tadi yang menemani kamu selama pingsan ada Zahra dan Amel,mereka teman saya juga. Jadi bukan kami yang nungguin kamu disini..!" Kak Zaki menjelaskan pelan-pelan secara detail. Mungkin khawatir kalau aku marah atau berpikir yang macam-macam.

"Kamu sudah enakan Re?" Kak Zaki bangkit dari duduknya, melangkah ke meja yang berada di depanku. "Diminum dulu," Lalu menyodorkan sebotol air mineral kepadaku yang sudah dibuka ditutupnya.

Aku menerima dan meneguknya.

Selasa, 13 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #8 : Dia itu Farki

Aku harus segera bertindak. Okeyh! Dengan cepat aku kembali berdiri kemudian bergegas berlari mengejar Kak Zaki. Kulirik jam tangan, sudah pukul 07.58. Biarlah kali ini aku terlambat masuk kelas dan berharap semoga Bu Dendi juga terlambat masuk ke kelasku.

Aku terus berlari kecil mengejar Kak Zaki. Walau ku tahu, langkahku terhalang oleh rok. Dan... hyaampuunn ikatan tali sepatuku lepas. Mengapa disaat situasi genting seperti ini tali sepatu tidak bisa diajak kompromi. Oke baik, anggap tidak ada masalah dengan sepatu.

Masih dengan napas ngos-ngosan, aku mencoba memanggil Kak Zaki dari jarak 6 meter.

"Kak.. Kak Zaki, tunggu..!" aku memanggilnya tanpa rasa malu. Tak peduli dengan orang sekitar yang langsung menengok ke arahku. Ta... tapi... Aaargghh ada laki-laki berkacamata yang menjengkelkan itu. Dia melihat kearahku. Sumpah, rasanya pengen kututupi muka pakai toren.

Senin, 12 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #7 : Bukan Gentleman

"Mmm..." kacau ini, kacau! Bibirku sama sekali tak bisa diajak kompromi. Sulit sekali rasanya mau berbicara. Padahal sama sekali aku tak punya rasa dengan Kak Zaki. Ayolah Renata, kamu pasti bisa!

"Tentang surat yang kemaren..." belum selesai aku meneruskan pertanyaan,mataku terbelalak. Aku melihat laki-laki itu.

Laki-laki berkacamata yang menjengkelkan itu. Ia lewat di belakang Kak Zaki sambil melihatku tajam. Aaarrggh... Kenapa dia harus lewat disaat otakku sedang bekerja keras merangkai kata membuat pertanyaan untuk Kak Zaki. Tuh kan,kenapa dia selalu menambah masalahku. Hasilnya, kata yang keluar jadi belepetan.

"Mmm... Itu kak, mau nanya. Surat kemarin itu kenapa Kak? Eh maksudnya apa ya, Kak?" Swear! Aku jadi hilang fokus gegara melihat laki-laki itu.

"Saya mau mengkhitbah kamu," Kak Zaki menjawab dengan pasti. Tentu dengan senyuman termanisnya

"Hah?! Jadi beneran khitbah?" Nadaku terdengar seperti orang kaget. Tapi sebenarnya ini hanya akting belaka. Agar Kak Zaki ikutan kaget karena aku kaget. Hihi.. Jahat ya aku.
"Nanti kok, setelah kamu lulus. Syawal tahun depan yaa..,"

Minggu, 11 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #6 : Senyuman Termanis

Baiklah, langkah pertama yang akan kutempuh adalah menemui kak Zaki. Percaya atau tidak, dua pekan pasca Kak Zaki memberikan surat kepadaku lewat Lala, kami tak pernah saling sapa. Aku harus memberanikan diri untuk menemuinya. Bertanya langsung apa maksud isi suratnya dan apa keinginannya. Tapi bagaimana cara menghubunginya, sedang aku tak punya kontaknya.

***

Pagi ini sangat cerah. Aku berjalan memasuki fakultas MIPA, lalu seperti biasa, aku ingin duduk santai terlebih dahulu di bawah pohon beringin favorit. Kulihat jam tangan di pergelangan kiri, masih jam 07.37. Mata kuliah pertama masih sekitar 23 menit lagi. Santai sejenak sambil menghirup udara pagi. Apalagi duduk di bawah pohon, banyak oksigen pastinya.

Aku duduk lalu mengambil gawai dari dalam tas. Mengecek satu persatu chat yang dari semalem belum kubuka. Tak ada yang terlalu penting. Aku menggenggam gawai lalu menarik napas. Dari tempatku duduk, aku bisa melihat ke arah jalan depan fakultas. Mengamati satu persatu mahasiswa yang baru saja datang.

Aku teringat Kak Zaki. Misi pertamaku harus segera diselesaikan,agar bisa beranjak ke misi 2 dan 3. Aku mengernyitkan kening, berpikir bagaimana caranya agar bisa bertemu dengan Kak Zaki.

Pucuk dicinta ulam tiba. Itu Kak Zaki! Baru turun dari bikun, sebutan untuk bis kuning yang berada di UI sebagai kendaraan mahasiswa di dalam kampus.

Sabtu, 10 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #5 : Tak Yakin Bisa

"Farki? Waktu itu yang nelpon Pak Rozak memang Farki sih.. Sekilas gue lihat di gawainya Pak Rozak. Emang lo kenal Farki, Ken?" Rasa ingin tahuku mulai membuncah ketika mendengar nama Farki. Nama ini yang selalu mengusikku hampir setiap waktu. 

"Farki itu anak lulusan S2 jurusan kita, Re. Teman seangkatannya Kak Zaki.." Kenny mulai menjelaskan. "Dan... Gue suka sama dia, Re.. Gue naksir dia!" Kenny menatap mataku. Ada cahaya cinta yang berkilau dimatanya. Cahaya yang tulus.

Yang aku tahu, selama ini Kenny tak pernah bercerita tentang masalah hatinya. Dia terlalu sulit untuk masalah percintaan. Ketika Lala berceloteh bahwa dia suka sama Rado, Dilan, Nemo, Aji dan masih banyak lagi, Kenny, hanya menggodanya. Begitupun saat aku ditembak Kak Zaki dengan surat tempo hari, Kenny hanya mensupportku tanpa pernah cerita adanya laki-laki yang dia sukai.

"Tapi gue ga pernah bisa nyapa dia. Dia terlalu angkuh untuk sekedar nyapa gue. Padahal gue cuma pengen dia tahu nama gue, Re! Gue pengen dia kenal gue. Setidaknya dia tahu ada Kenny. Itu aja! Tapi ga bisaaaa, Re..." Tangis Kenny pecah lagi. Kembali, aku benar-benar bingung kenapa Kenny bisa sesedih ini. Namun mulutku masih enggan bertanya. Kubiarkan Kenny menumpahkan segala rasanya.

Jumat, 09 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #4 : Kesedihan Sahabat

Satu pekan berlalu. Semenjak aku menerima surat dari Kak Zaki, pikiranku menjadi runyam. Jujur, aku merasa bahagia sekali ada cowok yang berani mengutarakan isi hatinya. Menunggu 2 semester lagi dan begitu aku lulus kuliah langsung dikhitbah. Walau sebenarnya aku tidak pernah menjawab iya atau tidak. Demikian juga dengan isi suratnya, tidak ada pertanyaan untuk dijawab. 

Dilain sisi, hatiku tidak sepenuhnya merasa nyaman dengan keadaan ini. Bukan Kak Zaki yang aku inginkan. Bukan. Bukan dia yang seharusnya menembakku. Bukan. Sekali lagi bukan! Lantas siapa? Lelaki itu... Lelaki yang menjengkelkan itu. Lelaki yang telah mengganggu hidupku selama ini. Merusak hati dan pikiran hingga selalu muncul menjadi bayang-bayang.

Dan sudah satu pekan ini aku tidak pernah bertemu dengannya sejak kejadian di tangga itu. Kemana dia? Mengapa rasanya ada yang kurang saat tak melihatnya. Mengapa aku menjadi resah seketika. Rindu. Inikah yang dinamakan rindu? Aahhh... siapa namamu duhai lelaki? Izinkan aku untuk merindumu!

"Re.. Gimana sih rasanya ditembak cowok?" Kenny datang membuyarkan lamunanku. Duduk di sebelahku lalu menghela napas.

Kamis, 08 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #3 : Surat dari Kak Zaki

Teman-teman berhamburan keluar kelas, bergembira karena siang ini tidak ada jam kuliah. Aku masih di depan ruang kelas. Mencoba mengatur frekuensi pernapasan. Hari ini rasanya seperti diseruduk banteng, lelah sekali ragaku. Naik ke ruang kelas dengan terburu dan hampir menabrak seorang laki-laki, belum juga bernapas dengan wajar, sudah disuruh maju mengerjakan soal. Pfiuuuhh...

Tuh kan, aku teringat lagi dengan laki-laki itu. Mengapa tiap dia hadir selalu saja membawa masalah. Sekali, dua kali, dan di tangga tadi untuk yang ketiga kalinya. Aku masih ingat betul bagaimana pertemuan pertama kali dengannya. Kala itu aku sedang di perpustakaan mengerjakan tugas kuliah seorang diri. Bersama kawannya, dia lewat dan tak sengaja menyenggol tanganku. Otomatis rantai karbon yang sedang kubuat tercoret. Dongkol rasanya! Dan yang lebih menjengkelkan lagi, dia tak meminta maaf. Diam seribu bahasa. Malah memandangiku penuh selidik. Akhirnya kawannya yang meminta maaf. Nyebelin banget kan.

Nah, pertemuan yang kedua justru mencurigakan. Saat itu aku mau mengumpulkan laporan praktikum ke meja Pak Rozak. Loh! ada dia sedang bongkar-bongkar tumpukan buku di meja Pak Rozak. Beruntungnya Pak Rozak segera datang dan bertanya kepadanya mau ambil buku apa. Tapi anehnya Pak Rozak tidak marah. Hmmm... Siapa ya lelaki itu? Aku jadi penasaran.

Rabu, 07 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #2 : Terkaman yang Sesungguhnya

Aku dan Lala masuk ke ruang kelas dalam keadaan ngos-ngosan. Belum sempat mengatur napas, Pak Rozak sudah hadir dan siap menyampaikan materi. Duh! mana bisa aku konsentrasi dalam keadaan napas tak karuan begini. Apalagi aku tak suka dengan mata kuliah kimia organik. Kenapa? Aku paling eror kalau disuruh membuat rantai karbon.

Entahlah, rasanya otakku lelah berhadapan dengan rumus-rumus kimia. Ya ya ya, aku tahu kalau jurusan yang kuambil ini adalah jurusan kimia. Sekali lagi K.I.M.I.A. Seharusnya sudah menjadi makanan sehari-hari itu rantai -C-. Tapi sekali lagi aku katakan, aku sedikit sutris dimata kuliah ini apalagi dosennya killer. Dapet B saja sudah alhamdulillaah buatku. Hhhh.

"Renata! Silahkan maju!" duaarrrr!!! Pak Rozak memanggilku dari tempat duduknya. Suaranya bagaikan guntur yang membuat seisi ruangan bergetar.

Hapah?! Aku? A... Aku disuruh maju? Oemji! dedemit apa lagi yang sedang merasuki pak Rozak. Aku menahan napas, menengok sebelah kiri ke arah Lala. Lala malah cengar cengir seraya menutup mulutnya dengan kerudung. Ku tengok ke arah kanan belakang agak serong, ada Kenny si gadis dengan IPK selalu cumlaude. Kenny mengisyaratkan dengan dagunya, agar aku segera maju.

Selasa, 06 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #1 : Lelaki Itu

Laki-laki itu lagi. Entah mengapa setiap berpapasan dengannya aku merasa risih. Padahal aku sama sekali tidak mengenalnya. Namanyapun tak tahu dan kurasa tidak perlu untuk mengetahuinya. Toh aku tidak pernah berurusan dengannya. Setidaknya sampai detik ini.

"Hai, jangan keseringan melamun!" suara Lala mengagetkanku. Menepuk bahuku sambil menaruh wajahnya tepat di hadapanku. 

Aku menghela napas. "Bisa gak ya jangan ngagetin mulu, huh!" Aku cemberut.

"Napa sih lo? kesurupan? kesambet?" Ledek lala sambil menyeringai.

Lala anak yang ramai. Walaupun bicaranya ceplas ceplos, tapi sesungguhnya Lala sangat perhatian kepada para sahabatnya. Lala pasti tahu kalau sahabatnya sedang bahagia ataupun ketika sedang ada masalah. Walau terkadang tidak ada solusi darinya,tapi Lala selalu membuat suasana jadi gembira.

"Naik yuk,sebentar lagi mata kuliah Pak Rozak. Kalau telat lo bakal diterkam sama doi! Aaauuuummm..." Lala menirukan suara singa sambil kedua tangannya memeragakan seperti siap memangsa dengan mata melotot. 

Senin, 05 Maret 2018

Seperti JanjiNYA

Nampaknya hujan diluar sana begitu deras,cukup membuat raga yang malas enggan keluar rumah mengarungi dunia. Pagi yang biasa benderang kini muram tertutup langit kelabu. Aroma tanah basah menyerbak sesaat ketika jutaan butir-butir air itu turun memaksa menggenangi setapak aspal di depan rumahku. 

Aku masih memandang ke arah luar,mengintip melalui celah jendela. Kusibak tirai jingga yang sedari tadi melambai-lambai tertiup angin,mesra berhembus seperti hendak menyapaku dengan ramahnya. Tak kulihat sang raja siang memancarkan jubahnya begitu pula rentetan kicauan burung tak terdengar bernyanyi menyambut pagi. Mungkin semua masih dalam sergapan nyaman kelambu mendung,memaksa diri untuk bertahan agar bergantian mengisi pagi. 

Minggu, 04 Maret 2018

Jack and Angel

Hari ini agenda saya adalah ke rumah keluarga yang berada di Matraman. Beliau mengadakan tasyakuran umroh. Yuph betul,Insya Allah satu pekan lagi mereka akan berangkat umroh tepatnya pada tanggal 10 Maret 2018. Semoga lancar semuanya, aamiin ya Allah. 

Okeyh,sesuai judul, saya tidak akan membahas tentang umroh. Tapi saya akan bercerita kalau hari ini saya berkenalan dengan Jack dan Angel di rumah saudara saya ini. Seru loh bisa mengenal mereka. Walau pada awalnya mereka malu-malu, tapi akhirnya salah satu diantara mereka berhasil bertatap mata dengan saya. 

Sebelumnya,sekitar setengah tahun yang lalu, saya sudah pernah bertemu dengan Jack tapi dari kejauhan. Tidak ada kontak fisik yang terjadi diantara kami. Kala itu saya enggan menghampirinya karena mendengar cerita kalau Jack pemalu. Daripada saya maksa buat menemuinya yang akhirnya dapat menyakiti tubuhnya, akhirnya saya mengurungkan niat.

Sabtu, 03 Maret 2018

Tugasmu Hanyalah Mencintaiku!

Bukan aku kalau tidak bisa merebut hatimu!
Bukan aku kalau jatuh tidak bangun lagi!
Bukan aku kalau kalah sebelum mencoba!
Bukan aku kalau kau tak bertekuk lutut di hadapanku!

Siapa yang bilang kau angkuh?
Siapa yang bilang kau tak punya hati?
Siapa yang bilang kau tak bisa jatuh cinta?
Siapa yang bilang kau malu untuk mencintaiku?

Jangan panggil aku CINTA kalau tak bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku!

Kau harus tahu, aku tercipta untukmu dan kau HARUS tercipta untukku!

Tanpa tawar menawar!
Tanpa ragu meragu!

Kau harus tahu, aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu!
Jangan pernah bertanya mengapa aku mencintaimu!
Tugasmu hanyalah mencintaiku!
Utuh!
Tanpa ada yang lain!

#onedayonepost
#ODOPbatch5

Jumat, 02 Maret 2018

Naik Kereta Api Tuuut Tuuut Tuuut

Beberapa hari yang lalu, kegiatan sekolah Akhtar berhubungan dengan transportasi. Nah, tugas anak-anak adalah... Naik keretaaaa,,yeeiiyyy!

Namanya anak-anak, pasti senang kalau sudah berhubungan dengan piknik alias belajar di luar kelas atau sekolah. Ya apa iya? Hayooo ngaku deh yang semasa sekolah paling seneng kalau saatnya bisa belajar di luar kelas, hihi. Saya begitu soalnya 😝

Awalnya, kami para orangtua, agak sedikit khawatir dengan agenda kali ini. Kenapa? Karena naik kereta. Tahu kan ya, anak TK itu lincahnya luar biasa sekali. Yang disekolah saja kadang sulit diatur, apalagi ini di tempat umum. Mana orangtua tidak boleh ikut mendampingi pula. Haduh! 

Pikiran-pikiran seperti : stasiun itu kan ramai banget, jumlah guru-gurunya kan tidak sebanding dengan jumlah siswanya, nanti pas naik kereta gimana, anak-anak pada bercanda ga ya di stasiunnya dan berbagai macam kekhawatiran lainnya.

Kamis, 01 Maret 2018

Geng Kacamata

Adalah nama yang kami sematkan pada perkumpulan ala ala ini. Kenapa geng kacamata? Karena para suami kami semua berkacamata. Hihi. 

Geng kacamata adalah perkumpulan dari lima keluarga. Yang Insyaa Allah seHIDUP seJANNAH.. aamiin. 

Duluuu.. ya, dulu. Para suami-suami kami  bersahabat. Mereka satu organisasi semasa kuliah. Mereka touring bareng ke puncak,nginep bareng di bojong,dan masih banyak lagi hal-hal yang telah mereka lalui bersama.

Sampai saatnya pada tahun 2009 SK Penempatan hadir di tengah-tengah kebersamaan mereka dan merekapun terpisahkan oleh jarak. Satu di Aceh,satu di Jakarta,satu di Barabai,satu di Probolinggo,dan satu lagi di Biak.