Rabu, 31 Januari 2018

Cinta yang Melayang

Sean memandang lekat langit malam. Dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua, ia dapat menikmati gemerlapnya bintang dengan puas. Mata yang sayu itu hanya berkedip sesekali. Pandangannya masih tertuju pada langit. Ada sesuatu yang membuat hatinya gelisah.

Ia teringat dengan seseorang. Seorang wanita semasa SMAnya. Wanita yang berparas cantik dengan tahi lalat kecil diatas bibir sebelah kiri. Rambutnya yang bergelombang panjang sampai sepunggung,menambah anggun wajahnya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi,hanya sekitar 158 cm dengan berat kira-kira 50kg sangat proporsional untuknya. Tak hanya fisik yang sempurna,untuk urusan pelajaran ia terbilang cerdas. Tak jarang membawa pulang sebuah piala dengan predikat juara 1 saat olimpiade antar sekolah di tingkat propinsi. Kepribadian dan tingkah lakunyapun begitu santun. Tak ayal,siapapun yang mengenalnya pasti akan berdecak kagum. Dan... hanya laki-laki bodoh yang tidak tertarik dengan wanita itu.

Sean menarik napas. Menyebut nama Sari dalam bathinnya. Ya, wanita yang sungguh sempurna itu bernama Sari. Ayuni Meisari lengkapnya.

Selasa, 30 Januari 2018

Tas yang Tertinggal

Saya memarkir Selis di parkiran sekolah dengan agak terburu. Akhtar turun dari sepeda dan segera membuka kupluk jas hujan.

"eh, jangan dibuka, Nak! masih hujan!" cegah saya kepada Akhtar

Akhtar segera memakai kupluknya kembali. Ya, parkiran sekolah Akhtar berada di luar gerbang. Tidak ada atapnya jadi kalau hujan ya kehujanan kalau panas ya kepanasan. Saya menggandeng tangan Akhtar dan bergegas masuk ke halaman sekolah. Langkah kami sedikit dipercepat karena jam sudah menunjukan pukul 07.30 yang artinya sesaat lagi bel masuk sekolah akan berbunyi.

Tingtongtingtung tingtongtingtung...

Benar, bel masuk sekolah telah berbunyi. Untungnya saya tepat waktu mengantarkan Akhtar. Maklum, kalau hujan di pagi hari itu sesuatu banget buat para 'macan ternak' alias emak-emak cantik antar jemput anak. Ya kan ya kan? Saya cung nomor satu deh.

Senin, 29 Januari 2018

Sepatu Diskonan

Yeay... setelah sekian tahun lamanya,akhirnya saya punya juga sepatu untuk lari,ahahaha. Ya ya ya.. Agak lebay memang, tapi seriusan saya seneeeeng banget. Kenapa sih kok punya sepatu lari aja senengnya kebangetan? Ya jelaslah, saya mengingankan sepatu yang bisa dipakai untuk lari itu sudah dari lamaaaa banget. Sejak pengantin baru,lebih tepatnya. Wew.. sekitar tujuh tahun lhooo. Saya tuh sampe ngimpi-ngimpi coba. Bayangin di diri kamu sendiri deh, betapa bahagianya ketika kamu berhasil mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan sejak lama. Jejingkrakan pasti kan,hihihi. Eh tapi saya ga sampe Jejingkrakan gitu kok,haha.

Terus-terus,emangnya selama ini kalau lari nyeker ya? Hyaampun... enggaklah, saya paling ga bisa jalan tanpa alas kaki apalagi sampai lari. Parno gitu bawaannya takut ketusuk pakulah,kena belinglah atau yang paling menjijikan nginjek kotoran hewan. Hiiiii ngebayanginnya aja udah bikin merinding. Ya kan? Iya donk. Lah terus pakai apa? sandal gitu? Ho-oh, saya pakai sandal jepit, hahaha. Ga malah nyakitin kaki? Yaa gitu deh...

Minggu, 28 Januari 2018

Cokelat Tahan Baper

Ini cerita sekitar akhir tahun lalu. Jadi,tiap kali kami ke Gramedia, saya tuh selalu ngelirik coklat yang terpampang di rak dekat meja kasir. Mungkin karena nama coklatnya unik-unik, jadi bikin mata tertuju kearah situ. Ada coklat tahan baper, coklat gawat darurat, coklat ambulans dll.

Suami saya  tahu kalau saya menginginkan sesuatu, pasti akan sangat sulit sekali beranjak dari tempat yang saya inginkan itu. hihi kode sih sebenarnya, ahaha. Berulang kali beliau bilang, "beli lah bun.." atau "ambillah bun". Tapi saya ga pernah mau membelinya.

Sabtu, 27 Januari 2018

Secuil Cerita Tentang Rumah Kami

Rumah kami berada di dalam sebuah cluster yang berisi 120 unit rumah. Kebetulan, rumah kami berada di blok yang jalannya tidak terkait dengan blok lainnya. Bisa dikatakan jalan buntu, begitu. Sebenarnya,kami tidak mempunyai alasan-alasan khusus ketika 2 tahun yang lalu memutuskan untuk membeli rumah dan memilih blok yang paling ujung. 

Kala itu,kami menemani kakak saya yang sedang mencari rumah. Bertemulah kami dengan cluster ini. Kakak saya sangat tertarik dengan perumahan ini,begitu pula dengan kami. Tapi kami hanya bisa gigit bibir saat mengetahui harganya. Kami menyadari bahwa tabungan kami masih jauh dari cukup untuk membeli satu unit rumah dengan tipe terkecil sekalipun di cluster ini.

Hari berganti bulan. Kakak saya tidak jadi membeli rumah disini karena suatu hal. Namun berbeda dengan kami. Saat itu ada rezeky yang berlebih-lebih datang kepada kami hingga akhirnya kami dapat membeli rumah  disini. Allahu Akbar! Allah Maha Kaya! Tiada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah berkehendak. 

Jumat, 26 Januari 2018

Pasti Selesai

Hari ini saya bingung. Sudah sore hari belum juga mengepost tulisan di blog. Sayapun tak tahu apa yang harus saya tulis demi menuntaskan tugas one day one post ini. Hhhh... Sudah beberapa hari ini saya sungguh dibuat sibuk dengan tiga amanah kepanitiaan yang saya pegang. Yah walaupun saya bagian ecek-ecek tapi tetap saja yang namanya jadi panitia enggak mungkin enggak sibuk. Pun harus mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga.

Baiklah, saya akan bercerita tentang tiga amanah tadi. Yang pertama, saya menjadi seksi humas dalam acara seminar parenting di sekolah yang dilaksanakan pada tanggal 27 Januari mendatang. Hah! Besok donk? Betul, besok itu acaranya. Makanya di H-1 hari ini saya harus bolak balik mengecek data dan tempat. Sejauh ini persiapannya sudah oke. Semoga lancar sampai hari H, aamiin.

Kamis, 25 Januari 2018

Melahirkan itu Nikmat

Aaahhh... aku menjatuhkan tubuh secara perlahan ke  atas sofa. Dengan napas yang masih terengal,aku mulai sandaran. Kedua tangan kurentangkan lemas kesamping dan kaki kuselonjorkan ke depan. Ku hirup napas dalam-dalam kemudian kuhembuskan pelan-pelan melalui mulut,berulang kali sampai napas mulai stabil. Kulirik jam dinding,tepat jam 8 pagi. 

Sekarang tubuhku mudah letih,baru jalan sedikit saja sudah ngos-ngosan. Aku mengelus perutku yang kian membesar. Sudah waktunya kamu keluar, Nak..! Aku menghirup napas lagi. Sudah lewat sepekan dari prediksi dokter. Ya, pekan ini usia kandunganku memasuki 41 minggu, itu artinya sudah lewat satu pekan dari hari yang ditentukan.

Aku mulai cemas. Segala upaya sudah aku lakukan demi si bayi bisa lahir sesuai waktunya. Naik turun tangga, berjalan pagi muterin komplek, senam ibu hamil sampai berjalan merangkak. Semua sudah kulakukan. Tapi sampai detik ini tanda-tanda si bayi akan keluar belum juga muncul.

Rabu, 24 Januari 2018

Pengalaman Pertama Akhtar Saat Gempa

Gempa yang terjadi pada siang hari kemarin merupakan pengalaman pertama bagi Akhtar. Yuph,selama ini dia belum pernah merasakan gempa secara sadar. Pernah waktu itu ketika kami masih di Aceh sekitar tahun 2013 lalu,terjadi gempa kecil namun usia Akhtar saat itu belum genap satu tahun,jadi dia belum mengerti.

Saat terjadi gempa kemarin,saya dan Akhtar sedang berada di dalam kamar. Awalnya saya tidak menyadarinya. Saya pikir Akhtar dorong-dorong kasur karena dia memang sedang bermain mobil-mobilan.

"Akhtar dorong kasur ya?", saya berselidik.
"enggak bunda, memang goyang-goyang..", Akhtar menjawab seperti orang bingung.
Tak lama kemudian kami seperti diayun. Kali ini gerakannya lumayan kencang. Sontak saya berlari mengambil jilbab dan menggandeng Akhtar menuju pintu ruang tamu. Kamipun keluar. Para tetangga hampir semuanya keluar rumah.

Selasa, 23 Januari 2018

Selasar Selasa

Hai selasa yang merona
Hari ini dirimu nampak tertawa
Berseri memancarkan aura bahagia
Aku turut terbawa suasana


Duhai selasa yang ceria
Aku menikmati alam dengan mesra
Menghirup aroma embun dengan segera
Hanyut dalam jiwa dan raga

Senin, 22 Januari 2018

Mandiri dengan Tidur Sendiri

Sudah Dua malam terakhir ini,Akhtar mulai tidur di kamarnya sendiri. Yeiy! Selamat ya,Nak. Ayah dan bunda bangga atas keberanianmu. Muah muah! kecup pipi kanan dan kiri dulu. Sebenarnya tidur di kamar sendiri pada usia 5 tahun bukan hal yang luar biasa bagi sebagian anak dan orang tua.Tapi bagi kami ini sungguh hal yang patut diacungi jempol. Tak salah kan memuji anak sendiri. Kalau bukan orangtuanya,siapa lagi,ehehe.

Sebelum memulai tidur di kamar sendiri, Akhtar sudah kami sounding sejak dia berusia 3 tahun. Bagaimana caranya? Kebetulan pada waktu kamar Akhtar belum ditempati,kamar tersebut berfungsi sebagai tempat menaruh mainan-mainan Akhtar. Setiap kami bersama-sama memasuki kamar tersebut,kami selalu bilang,ini kamarnya Akhtar ya... nanti kita beli kasur dan meja belajar,terus Akhtar tidur disini sendiri ya... Begitu kira-kira secara terus menerus dan berulang kali. Respon Akhtarpun sangat positif.

Sabtu, 06 Januari 2018

Lomba Memasak Antar Komite SIT

Ini adalah cerita dua bulan yang lalu,saat saya kali pertamanya mengikuti sebuah acara lomba memasak. 

Awalnya saya dihubungi oleh ketua ISOVA SDIT Cordova, beliau menanyakan apakah saya sudah menerima undangan lomba memasak atau belum. Beliau menghubungi saya karena saya adalah ketua komite TK. Hweh.. Jelas saya bingung, karena saya memang  belum dengar kabar apa-apa mengenai lomba. Lomba apa, dimana, kapan, saya benar-benar tidak tahu menahu.

Setelah beliau menjelaskan tentang  bagaimana lombanya walau tidak secara detail, akhirnya saya pasrah untuk menjadi perwakilan dari TK dalam lomba tersebut. Bingung? Iya. Kaget? Banget.