Kamis, 25 Januari 2018

Melahirkan itu Nikmat

Aaahhh... aku menjatuhkan tubuh secara perlahan ke  atas sofa. Dengan napas yang masih terengal,aku mulai sandaran. Kedua tangan kurentangkan lemas kesamping dan kaki kuselonjorkan ke depan. Ku hirup napas dalam-dalam kemudian kuhembuskan pelan-pelan melalui mulut,berulang kali sampai napas mulai stabil. Kulirik jam dinding,tepat jam 8 pagi. 

Sekarang tubuhku mudah letih,baru jalan sedikit saja sudah ngos-ngosan. Aku mengelus perutku yang kian membesar. Sudah waktunya kamu keluar, Nak..! Aku menghirup napas lagi. Sudah lewat sepekan dari prediksi dokter. Ya, pekan ini usia kandunganku memasuki 41 minggu, itu artinya sudah lewat satu pekan dari hari yang ditentukan.

Aku mulai cemas. Segala upaya sudah aku lakukan demi si bayi bisa lahir sesuai waktunya. Naik turun tangga, berjalan pagi muterin komplek, senam ibu hamil sampai berjalan merangkak. Semua sudah kulakukan. Tapi sampai detik ini tanda-tanda si bayi akan keluar belum juga muncul.


Aku mulai panik sendiri. Mulai berpikir hal-hal yang buruk. Bagaimana dengan air ketubanku, bagaimana kondisi bayi di dalam perutku,aaah.. aku mulai gelisah tak karuan. Apalagi para tetangga selalu menanyakan kapan aku melahirkan, kenapa belum lahir juga, dan segala nasihat-nasihat disuruh minum inilah itulah membuat tingkat kewarasanku hampir nihil. Ibu hamil itu butuh suport,bukan butuh petuah-petuah yang malah bikin stres. Aku menggerutu sendirian. Rasanya ingin kubuat pengumuman kalau aku hanya seorang ibu yang ditugaskan untuk hamil tanpa tahu pasti kapan si bayi lahir. Pfiuuhhh...

Sore hari sebelum adzan ashar berkumandang,aku merasakan sakit pada bagian bawah perut. Inikah yang dinamakan gelombang cinta alias kontraksi? kuambil HP untuk menghitung setiap berapa menit sekali rasa itu hadir. Dan yak, 15 menit sekali. Aku menuju kamar mandi dengan segera untuk mengecek apakah flek sudah keluar atau belum. Dan yeah! Flek sudah keluar. Aku yakin seyakin-yakinnya ini yang namanya kontraksi. Tanda melahirkan sudah tiba. Aku tersenyum, sebentar lagi kita akan bertemu, Nak..!

Malam hari ba'da isya, gelombang cinta semakin memburu. Suamiku tancap gas, mengantarkan ke bidan. Ternyata baru bukaan dua kata bidan. Tak mengapa, aku terus menikmati kontraksi ini dengan hati yang riang sambil berdzikir. Memohon kepada Allah agar dimudahkan segalanya. 

Pembukaan demi pembukaan kulewati. Tubuh sudah remuk redam rasanya. Sakit disana sini. Ingin teriak tapi tenggorokan tercekak rasanya. Aku hanya bisa menghirup napas lalu menghebuskannya lewat mulut. Hanya itu. Suamiku mengusap-usap punggung dan pinggangku. Karena pada bagian inilah letak kenikmatan sakit yang abadi saat terjadi kontraksi. Mau patah rasanya.

Jam 3 dini hari pembukaan telah lengkap. Aku diarahkan bidan untuk berbaring di kasur. Aku menarik napas sambil meremas jemari suami. Bidan memberikan aba-aba agar aku mengejan. Sekali, dua kali, tiga kali, nihil... air ketuban juga belum pecah. Kontraksi berjalan lancar sangat sempurna. Aku merasakan sakit yang luar biasa. Hingga adzan subuh berkumandang, si bayi belum mau keluar juga. Tubuhku sangat-sangat lemas,apalagi ini bulan ramadhan yang pagi hari kemarinnya aku masih berpuasa. Tenagaku habis total. 

Bu bidan menyuguhiku segelas susu coklat untuk sumber tenaga. Masya Allah bu bidan begitu baiiiik sekali. Setelah minum segelas susu coklat, bu bidan menggunting 'jalan lahir'ku, tujuannya untuk memecahkan ketuban.  Akhirnyaaaa Jam 06.39 lahirlah seorang bayi gagah dengan panjang 50cm dan berat 3.3kg yang insya Allah sholih dan mensholihkan, aamiin.

Sungguh perjuangan ibu melahirkan itu tak akan ada yang sanggup membalasnya.



#onedayonepost
#ODOPbatch5
#TantanganODOP1

1 komentar:

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^