Jumat, 26 Agustus 2011

Lada.. ( Kecil-kecil tapi bermanfaat)


Aku dan suami memang pecinta pedas. Rasanya kurang lengkap kalo makanan ga berasa pedas.  Biasanya sih rasa pedas makanan kami berasal dari cabai,tapi kalo lagi ga ada cabe mericapun jadi.hehehe…
Iseng-iseng  lagi bersihin kulkas,aku nemu bungkusan merica bubuk. Jadi pengen tau gimana sih sejarah awal tanaman lada itu. Kok ada lada putih dan lada hitam ya? Sebenarnya tanamannya sama atau ga yaa… pengen tau jawabannya langsung deh ku searching  di mbah google yang serba tau.
Dapet dari bermacam-macam artikel,akhirnya ku rangkum deh jadi satu. Biar dikit-dikit aku ngerti tentang lada,,hehehe…
Yuuk di simak dulu hasil pencarianku,,bisa nambah pengetahuan looh ^,^

L
ada merupakan rempah-rempah yang berbentuk biji-bijian dari tanaman Piper nigrum. Lada pertama kali diperkenalkan oleh Theophrastus ( 327-278 SM) yang berhasil mengenali dua jenis lada, yaitu lada hitam (piper nigrum) dan lada panjang (piperis longum).


Di Indonesia tanaman ini dikembangkan secara intensif di pulau Bangka. Lada putih dan lada hitam sebetulnya berasal dari tumbuhan yang sama.
Perbedaan Lada putih dengan lada hitam terletak pada waktu memanen dan mengolahnya. Lada hitam dihasilkan jika buah lada dipetik sebelum matang kemudian dikeringkan yang biasanya mengunakan terik matahari sampai warnanya hitam. Sesudah itu buah lada direndam dalam air sampai kulitnya mudah terkelupas. Sedangkan lada putih hanya dipetik sampai buah matang dipohon. Sesudah itu dicuci menggunakan air mengalir..



Eehhmmm,,jadi gitu yah bedanya lada putih dan lada hitam. Cuma beda ketka proses mamanen dan mengolahnya.
Tapi aku masih pengen tau nih kandungan apa aja sih yang ada di lada itu. Kok rasanya bisa pedes gitu yah???
Yuuk nyimak lagi yuuk ^,^

B
uah lada rasanya pedas menyengat, menyerupai rasa pedas cabai. Sifat buah lada sedikit membius karena zat piperin yang dapat disamakan dengan morfin karena lada termasuk dalam golongan alkaloid. Salah satu senyawa organik bahan alam yang utama.
Khasiat lain dari lada adalah sebagai obat alami terutama berkhasiat sebagai aphrodisiak dan menenangkan. Sebagai obat alami tanaman ini dapat digunakan untuk obat reumatik, untuk obat sakit gigi, obat demam, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, melonggarkan rasa sesak dan dapat dipakai sebagai expectorant. Disamping itu, lada juga mampu merangsang organ-organ pencernaan untuk mengekresikan saliva dan cairan-cairan lambung. (mungkin rasa pedasnya itu ya,yang bisa merangsang ekskresi saliva,hehehe)

Kandungan lada yang telah diketahui adalah berasal dari golongan safonin, flavonoid, alkaloid dan juga sedikit minyak atsiri. Minyak atsiri dari lada diperoleh dengan cara menyuling buahnya. Baunya tidak menyengat sehingga digunakan sebagai bahan pembuat parfum.

Jadi rasa pedas buah lada itu berasal dari zat piperin toh. Zat ini bisa mengobati diare karena dapat membunuh bakteri E. coli.
pantesan aku kalo udah makan makanan yang pedesnya dari merica itu suka ketagihan,hihi.
yuph yuph sekarang aku jadi tau perbedaan lada putih dan lada hitam serta kandungan-kandungan yang ada di lada tersebut.

semoga hasil pencarianku ini bermanfaat untuk kita semua ya teman-teman... 
terimakasiiih ^,^

Kamis, 25 Agustus 2011

Bolu Meranti

Aku udah punya rencana sama suami, nanti oleh-oleh buat keluarga di jakarta beli bolu meranti ajalah. Kata suami sih teman kantornya yang asli medan menawarkan jasa buat beliin gitu. waaaw dengan senang hati aku mendengarnya. Alhamdulillah ada yang ngebantu kami. soalnya bolu meranti itu cepet habisnya apalagi udah mau lebaran pasti permintaan bertambah. Takutnya ketika nanti kami ke tokonya eh yang ada malah udah habis dah gitu kami juga diburu waktu ke bandara. Makanya seneng banget pas ada temen kantor suami yang mau ngebantu...

kriiing kriiing kriiing...
bunyi hpku tanda ada sms masuk.

"Mau berapa potong bolunya sayang? ada yang 40rb ampe harga 60rb ni..coba cek di internet deh...ada webnya ko"


yuph,,sms dari suami tercinta. Laki-laki paling ganteng sedunia aku memberi julukan untuknya.hihihih... 

"okeyh bentar yah di cek dulu" begitulah balesan sms dariku.

Aku langsung meluncur nyalain laptop kesayangan (ya cuma punya 1) dan tak sabar segera ingin melihat bentuk-bentuk bolu meranti yang saaaangat menggugah selera. ehhhmmm lagi puasa-puasa gini malah ngebayangin rasa bolu meranti yang aduhai gituh.. nyummmy......


"bentar ya yank,lg liat2.. gambarnya bagus2..enak2..hihi"
kembali sms ku kirim kepada suamikuw

Haaduuuh rasanya kepengen beli semuanya deh. tapi yang ku pikirin bawanya gimana ya,,ribet ah.. apalagi kami pulang dalam keadaan "Lagi Mudik",,,bawaannya udah lumayan bikin repot,,hehehe...

Akhirnya ku putuskan beli 8 potong aja,,
kurang ga yaaa??? heemmm,,,gampang deh nanti kalo kurang dibeliin lagi ajah,,hihihi


Buat temen-temen kalo lagi singgah di medan yang pengen beli bolu meranti bisa di liat-liat dulu di Website Bolu Meranti

"Diskon Dufan"

Lagi iseng-iseng ajah habis subuh mau ngapain yaa,,ehm kayaknya ngenet asik deh ya. berhubung masih pagi jadi jaringan luaancaarrr banged. pertama-tama yang ku buka pastilah detik.com. pengen tau ajah berita terbaru. bosan melihat berita yang itu-itu ajah akhirnya ku buka FB dan Blogku,,lumayanlah dapet hiburan dari membaca 2 halaman tersebut. 



Setelah ku bikin status di FB tentang mudikku yang tinggal 2 hari lagi,aku kepikiran mau jalan-jalan kemana ya nanti setelah di jakarta. Pikirku melayang ngebayangin tempat wisata di daerah sekitar Jakarta. waktu itu sih suamiku pernah bilang,"Cantik nanti pas di Jakarta mau kemana,pilih ya mau ke TMII,Ragunan,Ancol atau Situ Cipondoh?". ehmmm,,aku maunya ke semua tempat yang disebutin suamiku ituh,terlebih lagi kalo sempet main ke puncak,ciwidey atau apa sajalah yang penting keluar kota.hihihi :p

tapi aku juga ngerti kok,,waktu 2 minggu di jakarta pasti berasa sangat sebentar. apalagi waktunya dipakai untuk silaturahim dengan keluargaku,keluarga suami,teman-teman yang udah pada ngetem pengen ketemuan,,ohhh pasti berasa sangat sangat sebentar sekali aku di jakarta.

Kembali ke pokok permasalahan tadi,,,
Mmmm....rasanya pengen juga ke dufan,,udah setahun lebih kayaknya ga main ke dufan.  
yaph...ku putuskan untuk googling harga tiket dulu sebelum aku memberi keputusan kepada suami bahwa aku ingin ke dufan. Ku cari-cari ada promo ga ya nanti pas lebaran. setelah kira-kira 10 menit akhirnya dapet juga harga diskon. aahhaaaay.... Alhamdulillah,,dari daftar apa-apa aja yang dapet diskon,,urutan no 1 insya allah aku bisa penuhi persyaratannya. 

Yuhhuuuuiii akan ku simpen baik-baik boarding passnya nanti. lumayan juga pulang naik garuda bisa diskon juga di dufan..
Rezeky ga kemana kok,,hehehe...

Buat teman-teman yang mungkin belum tau ada promo diskon dufan,,bisa dilihatdisini

okkeeyh,,segitu dulu ajah ceritaku di pagi hari yaa... ^,^ 

Rabu, 24 Agustus 2011

Bermula Dari Salah Ketik


Berawal dari chating dengan teman-teman,,keluarga,,bahkan suami sendiri.
Aku tuh ya sering banget salah ngetik huruf gitu. Bahkan yang fatal banget sering kali yang ku maksud adalah huruf  “u” tapi malah yang keketik huruf  “i”.
Teman-teman bisa bayangin gimana jadinya tuuuh… -.-“

Misalnya yang ku maksud adalah “andai kau tau”
Jadinya malah “andai kau ta*”

 Ya kan jadi ga enak gitu…
Nah jadi kepikiran deh siapa siyh yang nyiptain keyboard?? Kok huruf-hurufnya disusun acak-avakan gini ya… kenapa ga berdasarkan abjad aja ya??
Langsung deh ku cari di mbah google yang insya allah serba ta* eh maksudku serba tau.. 
 

Ini deh yang ku dapetin,,

Penciptaan keyboard komputer di ilhami oleh penciptaan mesin ketik yang dasar rancangannya dibuat dan dipatenkan oleh Christopher Latham pada tahun 1868 dan banyak dipasarkan pada tahun 1877 oleh Perusahaan Remington. Keyboard komputer pertama disesuaikan dari kartu pelubang (punch card) dan teknologi pengiriman tulisan jarak jauh (Teletype). Tahun 1946 komputer ENIAC menggunakan pembaca kartu pembuat lubang (punched card reader) sebagai alat input dan output. Bila mendengar kata “keyboard” maka pikiran kita tidak lepas dari adanya sebuah komputer, karena keyboard merupakan sebuah papan yang terdiri dari tombol-tombol untuk mengetikkan kalimat dan simbol-simbol khusus lainnya pada komputer. Keyboard dalam bahasa Indonesia artinya papan tombol jari atau papan tuts. Keyboard pun telah mengalami perubahan, keyboard pertama terkenal dengan nama Dvorak dan keyboard yang dikenal kini bernama Qwerty. Perbedaannya terletak pada jumlah dan posisi tombolnya.

Hooo jadi begitu yaah,,aku mengerti sekarang,,
tapi belum puas,,aku coba searching lagi..
Susunan ini adalah format lama yang sudah ada sejak tahun 1870an. Hal ini tidak benar-benar diyakini bahwa tombol pada keyboard QWERTY ditetapkan berdasarkan jumlah huruf yang paling sering digunakan. Susunan itu diciptakan oleh seorang pria bernama Christopher Latham Scholes, seorang editor surat kabar yang berusaha untuk mengatur susunan keyboard pada mesin tik ciptaannya tidak gampang macet. Susunan huruf-huruf pada mesin tik diatur pada batang logam besar yang pada model awal gampang macet karena mereka akan saling bertubrukan satu sama lain karena posisi mereka yang saling berdekatan.

Untuk itu, Scholes benar-benar mengatur berdasarkan kemungkinan kombinasi kata. Jadi, misalnya, dalam mengetik kata "the", meskipun T, H, dan E yang cukup dekat satu sama lain, mereka diatur sedemikian rupa sehingga pada mesin ketik tua, batang logam yang mewakili satu huruf atau karakter yang akan memukul kertas, tidak akan bertabrakan satu sama lain dan menyebabkan kemacetan.

Selain itu teori yang populer di balik QWERTY adalah bahwa dalam kata-kata bahasa Inggris sebagian besar menggunakan huruf-huruf di tengah-tengah keyboard yang biasa disebut "rumah jari" dan jarang sekali menggunakan huruf di ujung keyboard. Suatu hal yang kontras sekali dengan bahasa Indonesia dimana huruf ”A” adalah huruf yang paling sering dipakai tapi malah posisinya dipinggir sehingga tak jarang ”cuma berhadapan” dengan kelingking kiri. Tapi itu tidak sepenuhnya benar. Di sisi lain hikmah posisi keyboard QWERTY sebenarnya adalah terpisahnya huruf yang sering muncul bersama-sama dalam kata-kata, sehingga mereka tidak akan bertabrakan satu dengan yang lain dan menyebabkan tuts atau keyboard macet. Setelah bertahun-tahun bahkan sampai dengan sekarang, orang begitu terbiasa dengan keyboard QWERTY, meskipun di beberapa negara sudah mulai dikembangkan susunan keyboard yang disesuaikan dengan bahasa masing-masing.

Dari kedua sumber diatas aku udah bisa ngerti lah..
tapi tetep aja berasa aneh... coba kalo sesuai abjad gitu yah,,huruf "u" kan jauh banget sama huruf "i",,,jadi kalo salah ngetik ga terlalu parah salahnya...

Diawang-awang

3 hari lagi mudik,,mudiknya pulang kota.
koper udah di depan mata tapi malah bingung mau mulai packing dari mana.

Yang kebayang cuma wajah-wajah tercinta disana.
Insya Allah 2 minggu bakal disana,,tapi kurasa pasti waktu cepet banget deh berlalunya,dan yang pasti kurang.
Tapi harus tetep semangat!!!


Dari

Nangroe Aceh Darussalam

Menuju

DKI Jakarta

Doain ya Teman-Teman mudah-mudahan perjalanan mudik ini lancar!
Insya Allah kami dari aceh tanggal 27 Agustus pesawat pk 19.50WIB..
Semoga lancar,,selamat sampai tujuan!!!
Aamiin..

Ketika Cinta Nertasbih


Selasa, 23 Agustus 2011

Memory Triwulan Pernikahan


Waktu Dhuha, 30 Desember 2010
Memory akhir tahun triwulan pernikahan

A
ku masih termenung disudut kamar. Bukan meratapi hidup yang berat bukan juga menangisi nasib yang  sulit. Bukan karena itu semua. Bukan karena yang sulit-sulit atau yang tak bisa kutelaah. Tapi karena hati begitu adanya.
Terkadang aku tak mampu berucap bukan karena tak ada kata-kata,tapi karena ku terlalu lemah untuk memahami semua. Tabir cinta yang membuatku kuat melihat sekitar. Hanya saja haru di dada semakin sesak kurasa. Aku paham,masih banyak insan yang lebih dari ini ujiannya. Mungkin bukan hanya ujian,tapi teguran. Atau bisa jadi sebuah jalan yang harus dilewati untuk kenaikan tingkat keimanan dan kesetiaan cinta. Ah.. ku pikir terlalu berlebihan. Tapi ku yakin pasti ada hikmah atas semua ini. Karena tak mungkin ada yang sia-sia.
Kasihan melihat suamiku yang terus menahan rasa sakit yang datang lagi. Setelah sariawan yang perih itu,hanya berseling dua hari suhu tubuhnya meningkat dan pening dikepalanya datang. Ada apa gerangan dengan suamiku. Sakit apa ia. Hanya satu hari kurawat dirumah,akupun tak tega melihatnya menahan rasa panas ditubuhnya. Akhirnya kami mencoba cek darah dan hasilnya adalah positif demam berdarah. Siang itu hari jumat kami langsung menuju rumah sakit Bunga Melati dan akhirnya aku merasa sedikit lega karena suamiku telah ditangani dokter.
Malam kedua dirumah sakit suamiku gelisah. Mungkin karena rasa panas ditubuhnya semakin menjadi. Malam itu adalah malam yang penuh kegelisahan. Menetes airmata ini ketika mengingat ia menangis. Tangisan yang sungguh ia keluarkan. Tangisan yang baru kali ini aku melihatnya. Suamiku menangis. Wajah yang selalu kulihat ceria itu kini tampak muram dan merah. Matanya basah oleh airmata,tangannya erat memegang jemariku dan terus menangis.

“Wahai suamiku…Aku disini,Sayang…  Lihatlah aku yang tetap disini dan terus akan menemanimu. Aku tahu yang kau rasa,aku tahu yang kau maksud,tapi maafkan aku karena mungkin hadirku disini tak cukup membantumu untuk menahan rasa sakit yang kau rasakan saat ini. Tapi akan kucoba semampuku untuk menghiburmu walau hanya sekecil biji zarah. Suamiku… mungkin saat ini fisikku lebih kuat darimu,namun hatiku mungkin lebih lemah darimu atau bahkan sangat lemah. Suamiku… cobalah bayangkan indahnya hidup kita kelak bersama para buah hati. Kau harus bertahan Sayangku.. Demi aku,demi kamu,demi anak-anak kita nanti,demi kita semua Sayangku… Ini tanganku mendekap pipimu yang panas,tapi cobalah rasakan ada kesejukan dari tangan mungil ini. Hanya itu yang dapat kulakukan. Hanya sebagai penghibur hati saat kau gundah…”

Mungkin kata-kata itu yang terucap dalam hati ketika aku memeluknya. Resah dan gelisah kian menjadi ketika tengah malam menggelayut. Makin panik jiwa ini rasanya. Tapi kuyakin ada Cahaya para malaikat bertasbih untuk kasembuhannya. Lelah menerjang rasa kantukpun tak dapat kuhindari. Sedikit kupejamkan mata ini agar perih yang tertanam dapat hilang. Namun baru sesaat terpejam aku dikagetkan lagi dengan tingkahnya yang gelisah. Terkadang ia mengigau tak jelas. Aku tak berani mengusap wajahnya ataupun anggota tubuh lainnya karena takut ia akan terbangun dari tidurnya yang pulas.
Alhamdulillah hari senin kami sudah bisa menikmati indahnya singgahsana di jalan antara kuta Blang,Lhokseumawe. Secara perlahan tubuhnya semakin membaik.
“Semoga cepat sembuh suamiku Sayang…”


Triwulan pernikahanku yang tetap indah terukir dihati.
Laksana pelangi yang tercipta sesudah hujan
Tak boleh takut gelombang ataupun badai
Karena itu hanya kerikil yang harus dilewati
Yakin saja pasti semua akan indah
Seindah harapan yang menjadi tujuan…
Aamiin…

Tercipta dari hati,untuk hati
dan akan menjadi hati
,,,,,,

Senin, 22 Agustus 2011

"Goresan Tinta Tanpa Makna"

jatuh cinta denganmu,suamiku...
Fajar merah menyingsing menguapkan awan gemawan
Coretan sajak indah penuh makna berhimpitan dengan keyakinan
Terurai buih-buih dalam keindahan romantika nan abadi
Alam raya menyongsong semangat terik mentari hangat

ada gerangan tak terlihat namun nyata dipandang
ada pilah-pilah mata melirik namun kokoh berdiri
ada bercak-bercak lirih namun nyaring terdengar
ada untaian kasih namun cinta makin lekat




Tak akan indah mawar jika tak berduri
Manis jalan pasti tertapaki walau kerikil menyambut
Kekaguman berdecak ramai namun bersahaja
Biarlah air mengalir dengan sendirinya

Kuat karang ketika diterjang badai bukti kesetiaan tak ragu
Ada pelangi sehabis hujan tanda awal yang indah
Merahnya mawar tak selamanya menyakitkan
Namun panasnya mentari contoh kepatuhan luar biasa

Hanya sekedar goresan tinta tanpa makna mungkin
tapi mencoba mewakili hati dari sisi yang terdalam
Walau perih diujung rasa walau bahagia dipangkal jiwa
Tetap tersenyum sebagai penawar khilaf........

diantara hari nan bahagia bersamanya.......

Futur

Seorang ikhwah datang menemui Murobbinya

Ikhwah: "Ustadz,,ane males liqo karena bosen gitu-gitu ajah"
Ustadz: "Antum liat Majelis?"
Ikhwah: "Iya,liat ustadz!"
Ustadz: "Rame?"
Ikhwah: "Rame Ustadz"
Ustadz: "Antum Males aja tuh majelis rame,,gimana kalo antum rajin!"

Percakapan yang sederhana tapi sangat mengena di hati..

Hadis-hadist Dhaif Seputar Ramadhan

Kemaren dengerin ceramah ustadz pas tarawih,,ternyata ada salah satu hadist yang udah terkenal banget eh ternyata hadistnya dhaif. Makanya deh aku langsung coba-coba cari tentang hadist tersebut,dan alhamdulillah  malah dapet lumayan banyak nih seputar hadist dhaif di bulan ramadhan.







Sekedar share aja niyh sama teman-teman,,moga-moga nambah ilmu..
kalo ada yang salah mohon koreksinya dan tolong sertakan yang benarnya gimana yaaa...
truz maaf-maaf nih kalo penjelasannya agak panjang dan ribet,hehehe..
syukron =)

HADITS PERTAMA :
TENTANG GANJARAN ORANG YANG MELAKSANAKAN IBADAH PUASA DAN SHALAT TARAWIH
 
عَنِ النَّضْرِ بْنِ شَيْبَانَ قَالَ لَقِيتُ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي بِحَدِيثٍ سَمِعْتَهُ مِنْ أَبِيكَ يَذْكُرُهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ قَالَ نَعَمْ حَدَّثَنِي أَبِي
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَهْرٌ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Dari Nadhir bin Syaibân, ia mengatakan, ‘Aku pernah bertemu dengan Abu Salamah bin Abdurrahman rahimahullah, aku mengatakan kepadanya, ‘Ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang pernah engkau dengar dari bapakmu (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu) tentang Ramadhân.’ Ia mengatakan, ‘Ya, bapakku (maksudnya Abdurraman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘anhu) pernah menceritakan kepadaku bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebut bulan Ramadhân lalu bersabda, ‘Bulan yang Allâh Azza wa Jalla telah wajibkan atas kalian puasanya dan aku menyunahkan buat kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa yang berpuasa dan melaksanakan shalat malam dengan dasar iman dan mengharapkan ganjaran dari Allâh Azza wa Jalla, niscaya dia akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana saat dia dilahirkan oleh ibunya”. [HR Ibnu Mâjah, no. 1328 dan Ibnu Khuzaimah, no. 2201 lewar jalur periwayatan Nadhr bin Syaibân]

Sanad hadits ini lemah, karena Nadhr bin Syaibân itu layyinul hadîts (orang yang haditsnya lemah), sebagaimana dikatakan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitab Taqrîb beliau rahimahullah.
Ibnu Khuzaimah rahimahullah juga telah menilai hadits ini lemah dan beliau rahimahullah mengatakan bahwa hadits yang sah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Hadits yang beliau rahimahullah maksudkan yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhâri dan Muslim dan ulama hadits lainnya lewat jalur Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
 “Barangsiapa yang shalat (qiyâm Ramadhân atau Tarawih) dengan dasar iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lalu”.
Juga ada sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih riwayat Bukhâri dan Muslim, yaitu :
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji dan tidak jima’ juga tidak fasiq, niscaya dia akan kembali seperti hari dia dilahirkan oleh sang ibu” [HR. Bukhâri dan Muslim]

HADITS KEDUA :
TENTANG PUASA ITU SETENGAH DARI KESEHATAN

… وَالصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ وَالطُّهُورُ نِصْفُ الْإِيْمَانِ
“Puasa itu setengah kesabaran dan kesucian itu setengahnya iman”.
Dhaif. Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 3519 dalam Kitab ad-Dâ’awât, juga diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnad beliau rahimahullah (4/260 dan 5/363) lewat jalur periwayatan Juraisy an-Nahdy dari seorang laki-laki bani (suku) Sulaim.
Sanad hadits ini dha’if, karena Juraisy bin Kulaib ini adalah seorang yang majhûl (tidak dikenal), sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Madini rahimahullah (lihat, Tahdzîbut Tahdzîb, 2/78 karya Ibnu Hajar rahimahullah).
Hadits dhaif lainnya yang senada yaitu :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ شَيْءٍ زَكَاةٌ وَزَكَاةُ الْجَسَدِ الصَّوْمُ , الصِّيَامُ نِصْفُ الصَّبْرِ
 “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Segala sesuatu itu ada zakatnya. Zakat badan adalah puasa. Puasa itu separuh kesabaran.” [HR. Ibnu Mâjah, no. 1745 lewat jalur Musa bin Ubaidah dari Jumhân dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu]
Sanad hadits ini lemah, karena Musa bin Ubaidah dinilai haditsnya lemah oleh sekelompok ulama ahli hadits, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tahdzîb, 10/318-320. Beliau ini seorang yang shalih dan ahli ibadah, akan tetapi lemah dalam periwayatan hadits.

Al-Hâfizh dalam kitab Taqrîbnya mengatakan, “Dha’if.”
Hadits yang sah tentang hal ini adalah riwayat yang menjelaskan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada seorang lelaki dari suku Bahilah dalam hadits yang panjang, dalam hadits yang panjang tesrbut terdapat kalimat :

صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ رَمَضَانَ
 “Berpuasalah pada bulan kesabaran yaitu Ramadhân”. [HR Imam Ahmad dengan sanad yang shahih]
Hadits yang lain yaitu hadits yang diriwayatkan lewat jalur Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang bulan Ramadhân :

شَهْرَ الصَّبْرِ
 “bulan kesabaran (Ramadhan)”.
Dikeluarkan oleh Imam Ahmad rahimahullah (2/263, 384 dan 513), juga dikeluarkan oleh Imam Nasa’i rahimahullah (3/218-219). Dan hadits lain lewat jalur periwayatan a’rabiyûn sebagaimana dalam Majma’uz Zawâid (3/196) oleh al Haitsami rahimahullah.

HADITS KETIGA : TENTANG RAMADHAN DIBAGI TIGA

أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ (وفي رواية : ووَسَطُهُ) مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
“Awal bulan Ramadhân itu adalah rahmat, tengahnya adalah maghfirah (ampunan) dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka”. [HR Ibnu Abi Dunya, Ibnu Asâkir, Dailami dan lain-lain lewat jalur periwayatan Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu]
Hadits ini sangat lemah. Silahkan lihat kitab Dha’if Jâmi’is Shagîr, no. 2134 dan Faidhul Qadîr, no. 2815
Hadits lemah yang senada dengan hadits diatas yaitu :

عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيّ قَالَ : خَطَبَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَانَ فَقَالَ : أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ مُبَارَكٌ ، شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيْضَةً ، وَقِيَامَهُ تَطَوُّعًا ، مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ ، وَمَنْ أَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ …وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُه رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ …
“Dari Salmân al-Fârisi Radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah dihadapan kami pada hari terakhir bulan Sya’bân. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wahai manusia, sungguh bulan yang agung dan penuh barakah akan datang menaungi kalian, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang beribadah pada bulan tersebut dengan satu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang menunaikan satu kewajiban pada bulan itu, maka sama dengan menunaikan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan yang lain. Itulah bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga …. Itulah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka …..”. [HR Ibnu Khuzaimah, no. 1887 dan lain-lain]
Sanad hadits ini dha’îf (lemah), karena ada seorang perawi yang bernama Ali bin Zaid bin Jud’ân. Orang ini seorang perawi yang lemah sebagaiamana diterangkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, Yahya rahimahullah, Bukhâri rahimahullah, Dâru Quthni rahimahullah, Abu Hâtim rahimahullah dan lain-lain.
Ibnu Khuzaimah rahimahullah sendiri mengatakan, “Aku tidak menjadikannya sebagai hujjah karena hafalannya jelek.” Imam Abu Hatim rahimahullah mengatakan, “Hadits ini mungkar.”
Silahkan lihat kitab Silsilah ad-Dha’îfah Wal Maudhû’ah, no. 871, at-Targhîb wat Tarhîb, 2/94 dan Mizânul I’tidâl, 3/127.

HADITS KEEMPAT : TENTANG TIDUR DAN DIAMNYA ORANG YANG BERPUASA

الصَّائِمُ فِي عِبَادَةٍ وَإِنْ كَانَ رَاقِدًا عَلَى فِرَاشِهِ
“Orang yang berpuasa itu tetap dalam kondisi beribadah meskipun dia tidur di atas kasurnya”. [HR Tamâm]
Sanad hadits ini dha’if, karena dalam sanadnya terdapat Yahya bin Abdullah bin Zujâj dan Muhammad bin Hârûn bin Muhammad bin Bakar bin Hilâl. Kedua orang ini tidak ditemukan keterangan tentang jati diri mereka dalam kitab Jarh wat Ta’dil (yaitu kitab-kitab yang berisi keterangan tentang cela atau cacat ataupun pujian terhadap para rawi). Ditambah lagi, dalam sanad hadits ini terdapat perawi yang bernama Hâsyim bin Abu Hurairah al Himshi. Dia seorang perawi yang majhûl (tidak diketahui keadaan dirinya), sebagaimana dijelaskan oleh adz-Dzahabi rahimahullah dalam kitab beliau rahimahullah Mizânul I’tidâl. Imam Uqaili rahimahullah mengatakan, “Orang ini haditsnya mungkar.”
Ada juga hadits lain yang semakna dengan hadits diatas yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Dailami rahimahullah dalam kitab Musnad Firdaus lewat jalur Anâs bin Mâlik Radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh :
الصَّائِمُ فِي عِبَادَةٍ وَإِنْ كَانَ نََائِمًا عَلَى فِرَاشِهِ
“Orang yang berpuasa itu tetap dalam ibadah meskipun dia tidur di atas kasurnya”.
Sanad hadits ini maudhû’ (palsu), karena ada seorang perawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Sahl. Orang ini termasuk pemalsu hadits, sebagaimana diterangkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab ad-Dhu’afa.
Silahkan, lihat kitab Silsilah ad-Dha’îfah wal Maudhû’ah, no. 653 dan kitab Faidhul Qadîr, no. 5125

Ada juga hadits lain yang semakna :
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصَمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ
“Tidurnya orang yang sedang berpuasa itu ibadah, diamnya merupakan tasbih, amal perbuatannya (akan dibalas) dengan berlipatganda, doa’nya mustajab dan dosanya diampuni”. [(Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Syu'abul Imân dan lain-lain dari jalur periwayatan Abdullah bin Abi Aufa.]
Sanad hadits ini maudhû’, karena dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Sulaiman bin Amr an-Nakha’i, seorang pendusta. [Lihat, Faidhul Qadîr, no. 9293, Silsilatud Dha'ifah, no. 4696]

HAITS KELIMA : TENTANG DO’A BUKA PUASA

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَفْطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu ‘anhu, beliau Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila hendak berbuka, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan :
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Wahai Allâh! UntukMu kami berpuasa dan dengan rizki dari Mu kami berbuka. Ya Allâh ! Terimalah amalan kami ! Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [Diriwayatkan oleh Daru Quthni t dalam kitab Sunan beliau rahimahullah, Ibnu Sunni dalam kitab 'Amalul Yaumi wal Lailah, no. 473 dan Thabrani t dalam kitab al-Mu'jamul Kabîr]
Sanad hadits ini sangat lemah (dha’îfun jiddan), karena :

Pertama : Ada seorang rawi yang bernama Abdul Mâlik bin Hârun bin ‘Antarah. Orang ini adalah sseorang rawi yang sangat lemah.

- Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Abdul Mâlik itu dha’if.”
- Imam Yahya rahimahullah, “Dia seorang pendusta (kadzdzâb).”
- Sementara Ibnu Hibbân rahimahullah mengatakan, “Dia seorang pemalsu hadits.”
- Imam Sa’di mengatakan, “Dajjâl (pendusta).”
- Imam Dzahabi rahimahullah, ‘Dia tertuduh sebagai pemalsu hadits.”
- Ibnu Hatim mengatakan, “Matrûk (orang yang riwayatnya ditinggalkan oleh para Ulama).”

Kedua : Dalam sanad hadits ini terdapat juga orang tua dari Abdul Mâlik yaitu Hârun bin ‘Antarah. Dia ini seorang rawi yang diperselisihkan oleh para Ulama ahli hadits. Imam Daru Quthni rahimahullah menilainya lemah, sedangkan Ibni Hibbân rahimahullah telang mengatakan, “Mungkarul hadîts (orang yang haditsnya diingkari), sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya.”
Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, Ibnu Hajar rahimahullah, al Haitsami rahimahullah dan Syaikh al-Albâni rahimahullah dan lain-lain. Silahkan para pembaca melihat kitab-kitab ; Mizânul I’tidal (2/666), Majma’uz Zawâ’id (3/156 oleh Imam Haitsami rahimahullah), Zâdul Ma’âd dalam kitab Shiyâm oleh Imam Ibnul Qayyim t dan Irwâ’ul Ghalîl (4/36-39 oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah)
Hadits dhaif lainnya tentang do’a berbuka yaitu :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ n كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ : بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, beliau Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila berbuka, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan :
بسم الله اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Dengan nama Allâh, Ya Allâh karenaMu aku berpuasa dan dengan rizki dari Mu aku berbuka”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani rahimahullah dalam kitab al-Mu’jamus Shagîr, hlm. 189 dan al-Mu’jam Ausath.

Sanad hadits ini lemah (dha’îf), karena:

Pertama : Dalam sanad hadits ini terdapat Ismail bin Amar al Bajali. Dia adalah seorang rawi yang lemah. Imam Dzahabi rahimahullah mengatakan dalam kitab adh-Dhu’âfa, “Bukan hanya satu orang saja yang melememahkannya.”
Imam Ibnu ‘Adi rahimahullah mengatakan, “Orang ini sering membawakan hadits-hadits yang tidak boleh diikuti.”
Imam Ibnu Hâtim rahimahullah mengatakan, “Orang ini lemah.”

Kedua : Dalam sanadnya terdapat Dâwud bin az-Zibriqân. Syaikh al-Albâni rahimahullah mengatakan, “Orang ini lebih jelek daripada Ismail bin Amr al bajali.”
Sementara itu, Imam Abu Dâwud rahimahullah, Abu Zur’ah rahimahullah dan Ibnu Hajar rahimahullah memasukkan orang ini ke golongan matrûk (orang yang riwayatnya ditinggalkan oleh para Ulama ahli hadits).
Imam Ibnu ‘Adi mengatakan, “Biasanya apa yang diriwayatkan oleh orang ini tidak boleh diikuti.” (lihat, Mizânul I’tidâl, 2/7)
Hadits Thabrani rahimahullah ini pernah dibawakan oleh Ustadz Abdul Qadir Hassan dalam risalah puasa, namun beliau tidak mengomentari derajatnya.
Masih tentang do’a berbuka, ada hadits dha’if lainnya yang senada yaitu :

عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Dari Mu’adz bin Zuhrah, telah sampai kepadanya bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak berbuka, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan :
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Ya Allâh karenaMu aku berpuasa dan dengan rizki dari Mu aku berbuka”.
Hadits ini dha’if l(lemah). Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dâwud, no. 2358, al-Baihaqi, 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Sunni. Lafazh hadits ini sama dengan hadits sebelumnya, hanya beda dalam kalimat awalnya. Hadits ini lemah karena ada dua illah (penyebab) :
Pertama : Mursal [1]. Karena Mu’adz bin Zuhrah, seorang tabi’in bukan shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua : Juga karena Mu’adz bin Zuhrah ini seorang rawi yang majhûl, tidak ada yang meriwayatkan hadits darinya selain Hushain bin Abdurrahman. Sementara Ibnu Abi Hâtim rahimahullah dalam kitab beliau rahimahullah Jarh Wa Ta’dil tidak menerangkan tentang celaan maupun pujian untuknya.
Sebatas yang saya ketahui, tidak ada satu riwayatpun yang sah tentang do’a berbuka puasa kecuali riwayat dibawah ini :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka puasa, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan :
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dahaga telah lenyap, urat-urat telah basah dan pahala atau ganjaran tetap ada insya Allâh”
Hadits ini hasan riwayat Abu Dâwud, no. 2357; Nasâ’i, 1/66; Daru Quthni, ia mengatakan, “Sanad hadits ini hasan.”; al Hâkim, 1/422 dan Baihaqi, 4/239. Syaikh al-Albâni rahimahullah sepakat dengan penilai Daru Quthni terhadap hadits ini.
Sebatas yang saya ketahui, semua rawi (orang-orang yang meriwayatkan) hadits ini adalah tsiqah (terpercaya) kecuali Husain bin Wâqid. Dia seorang rawi yang tsiqah namun memiliki sedikit kelemahan , sehingga tepatlah kalau sanad hadits ini dinilai hasan.

HADITS KEENAM : TENTANG KEUTAMAAN I’TIKAF

مَنِ اعْتَكَفَ عَشْرًا فِي رَمَضَانَ كَانَ كَحَجَّتَيْنِ وَعُمْرَتَيْنِ
“Barangsiapa yang beri’tikaf pada sepuluh hari (terakhir) bulan Ramadhân, maka dia seperti telah menunaikan haji dan umrah dua kali”.
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi rahimahullah dalam kitab beliau Syu’abul Imân dari Husain bin Ali bin Thâlib Radhiyallahu ‘anhuma. hadits ini Maudhû’.
Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam kitab beliau Dha’if Jami’ish Shaghiir, no. 5460, mengatakan ,”Maudhû.’ Kemudian beliau rahimahullah menjelaskan penyebab kepalsuan hadits ini dalam kitab beliau rahimahullah Silsilah ad-Dha’ifah, no. 518
Hadits dha’if lain yang hampir senada yaitu :
مَنِ اعْتَكَفَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang beri’tikaf atas dasar keimanan dan mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat”.
Hadits dha’if riwayat Dailami rahimahullah dalam Musnad Firdaus. Al-Munâwi rahimahullah, dalam kitab beliau Faidhul Qadîr, syarah Ja’mi’ Shaghîr (6/74, no. 8480) mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat rawi yang tidak aku ketahui.”

HADITS KETUJUH : TENTANG BERANDAI-ANDAI RAMADHAN SEPANJANG TAHUN

لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا (فِي ) رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُوْنَ السَّنَةُ كٌلَّهَا
“Sekiranya manusia mengetahui apa yang ada pada buan Ramadhân, niscaya semua umatku berharap agar Ramadhân itu sepanjang tahun”.
Maudhu’. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah rahimahullah, no. 1886 lewat jalur periwayatan Jarîr bin Ayyûb al Bajali, dari asy-Sya’bi dari Nâfi’ bin Burdah, dari Abu Mas’ud al-Ghifari- ia mengatakan, “Suatu hari, aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda , “(lalu beliau menyebutkan hadits diatas).
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah membawakan hadits di atas dalam kitab beliau rahimahullah al-Maudhû’ât, 2/189 lewat jalur periwayatan Jarîr bin Ayyûb al Bajali dari Sya’bi dari Nâfi’ bin Burdah dan Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu . kemudian beliau rahimahullah mengatakan, “Hadits ini maudhû’ (palsu) dipalsukan atas nama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang tertuduh telah memalsukan hadits ini adalah Jarîr bin Ayyûb.
Yahya rahimahullah mengatakan, ‘Orang-orang ini tidak ada apa-apanya (laisa bi syai-in).’
Fadhl bin Dukain rahimahullah mengatakan, ‘Dia termasuk orang yang biasa memalsukan hadits.’
An-Nasa’i dan Daru Quthni rahimahullah mengatakan, ‘Matrûk (orang yang haditsnya tidak dianggap).’”
Imam Syaukani rahimahullah dalam kitab al-Fawâ-idul Majmû’ah Fil Ahâdîtsil Maudhû’ah, no. 254 mengomentari hadits diatas, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la rahimahullah lewat jalur Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu ‘anhu secara marfuu. Hadits ini maudhû (palsu). Kerusakannya ada pada Jarîr bin Ayyûb dan susunan lafazhnya merupakan susunan yang bisa dinilai oleh akal bahwa itu adalah hadits palsu.’

HADITS KEDELAPAN : TENTANG RAMADHAN BULAN TERBAIK BAGI KAUM MUSLIMIN

مَا أَتَى عَلَى الْمُسْلِمِينَ شَهْرٌ خَيْرٌ لَهُمْ مِنْ رَمَضَانَ وَلَا أَتَى عَلَى الْمُنَافِقِينَ شَهْرٌ شَرٌّ مِنْ رَمَضَانَ
“Tidak ada bulan yang datang kepada kaum Muslimin yang lebih baik daripada Ramadhân . dan tidak datang kepada kaum Munafiqin bulan yang lebih buruk daripada bulan Ramadhân”.
Hadits ini dha’if. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah (2/330, Fathurrabbani, 9/231-232), Ibnu Khuzaimah, no. 1884 dan lain-lainnya. Semua riwayat ini melalui jalur periwayatan Katsîr bin Zaid rahimahullah dari Amr bin Tamim dari bapaknya dari Abu Hurairah secara marfu’
Al-Haitsami rahimahullah dalam kitabnya Majma’uz Zawâid, 3/140-141 mengatakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dan Thabrani rahimahullah dalam kitabnya al-Ausath dari Tamîm dan aku tidak menemukan riwayat hidup Tamîm.” Maksudnya Tamîm (bapaknya Amr) seorang perawi yang majhûl.
Dalam kitab Mizânul I’tidâl, 3/249, adz Dzahabi rahimahullah mengatakan, “Amr bin Tamim dari bapaknya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu tentang keutamaan bulan Ramadhân. Dan dari Amr, hadits ini diriwayatkan oleh Katsîr bin Zaid. Tentang Amr bin Tamim, Imam Bukhâri rahimahullah mengatakan, ‘Haditsnya perlu diteliti (Fi hadîtsihi nazhar).”
Ini adalah salah satu istilah Imam Bukhâri dalam mengkritik dan menerangkan cacat perawi yang sangat halus akan tetapi makna dan maksudnya dalam sekali. Apabila Imam Bukhâri mengatakan, “Fiihi nazhar atau fi haditsihi nazhar, maka perawi itu derajatnya lemah atau bahkan sangat lemah. ”

HADITS KESEMBILAN : TENTANG MENGQADHA PUASA RAMADHAN DENGAN CARA BERTURUT-TURUT

مَنْ كَانَ عَلَيْهِ صَوْمُ رَمَضَانَ فَلْيَسْرُدْهُ وَلاَ يَقْطَعْهُ
“Barangsiapa yang memiliki tanggungan shaum (puasa) Ramadhân, maka hendaknya dia mengqadha’nya dengan cara berturut-turut dan tidak diputus-putus (selang-seling)”.
Hadits ini dha’if. Hadits ini diriwayatkan oleh Daru Quthni rahimahullah dalam sunannya, 2/191-192 dan al-Baihaqi dalam sunan beliau, 2/259 lewat jalur Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh dari ‘Alâ bin Abdurrahman dari bapaknya dari Abu Hurairah (ia mengatakan), Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : (seperti hadits diatas).

Sanad hadits ini dha’if (lemah), karena Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh adalah seorang rawi yang dha’if (lemah).
Ad-Daaru Quthni rahimahullah mengatakan, “Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh adalah dha’îful hadîts (orang yang haditsnya lemah).”
Al Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya Talkhishul Habîr ,2/260, no. 920 mengatakan, “Ibnu Abil Hâtim rahimahullah telah menerangkan bahwa bapaknya yaitu Abu Hâtim telah mengingkari hadits ini karena ada Abdurrahman.”
Al-Baihaqi rahimahullah mengatakan, “Dia (Abdurrahman bin Ibrahim al Qâsh) telah dinilai lemah oleh Ibnu Ma’in rahimahullah, Nasa’i rahimahullah dan Daru Quthni rahimahullah.”
Adz-Dzahabi rahimahullah dalam kitab Mizânul I’tidâl, 2/545, “Diantara hadits-hadits mungkarnya adalah ….. (kemudian beliau rahimahullah membawakan hadits di atas)
Ada juga hadits dha’if lainnya yang bertentangan dengan hadits dha’if di atas yaitu :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ فِى قَضَاءِ رَمَضَانَ : إِنْ شَاءَ فَرَّقَ وَإِنْ شَاءَ تَابَعَ
“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, beliau Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda tentang qadha’ Ramadhân, ‘Jika ia mau, dia bisa mengqadha’nya dengan dipisah-pisah (selang-seling) dan jika dia mau, dia juga bisa mengqadha’nya secara beturut-turut (tanpa diselang-seling)”.

Hadits ini dha’if. Hadits ini diriwayatkan oleh Daru Quthni rahimahullah, 2/193 lewat jalur periwayatan Sufyân bin Bisyr, ia mengatakan, ‘Kami telah diberitahu oleh Ali bin Mishar dari Ubaidullah bin Umar dari Nâfi’ dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia mengatakan : (seperti hadits di atas)

Sebatas yang saya ketahui, sanad hadits ini dha’if karena Sufyaan bin Bisyr adalah seorang perawi yang majhûl, sebagaimana telah ditegaskan oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah, karena beliau rahimahullah tidak mendapatkan riwayat hidupnya. Kemudian syaikh al-Albâni rahimahullah mengatakan, “Ringkasnya, tidak ada satu pun hadits marfu’ yang sah yang menerangkan (mengqadha’ shaum Ramadhân) dengan selang-seling dan tidak juga berturut-turut. Pendapat yang lebih dekat (kepada kebenaran) ialah boleh mengqadha’ dengan cara keduanya, sebagaimana pendapat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. [Lihat Irwâ'ul Ghalîl, 4/97]
Demikianlah beberapa contoh hadits dha’if bahkan sebagiannya maudhu’ yang banyak beredar dan sering diulang-ulang penyampaiannya diatas mimbar pada bulan Ramadhân. Semoga naskah singkat ini bisa menjadi pengingat bagi kita untuk tidak lagi menjadikan hadits-hadits diatas sebagai hujjah dalam beramal. Cukuplah bagi kita dengan mengikuti hadits-hadits shahih atau hadits-hadits yang layak dijadikan sebagai hujjah. Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita untuk mengikuti Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara mengamalkan hadits-hadits yang tsabit dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)


Dari hasil yang aku temuin niyh ternyata memank benar hadist yang aku tau shahih ternyata dhaif. ehm... okeyh makasih ustadz,,ceramahnya menambah ilmu untuk aku.. ^,^