Selasa, 24 November 2020

Ketika Suami Mengisolasi Diri 5 Hari

Alhamdulillaah ‘alaa kullihaal. 
Pertama kali suami mengabarkan bahwa harus swab ulang itu rasanyaaaa... 
Bingung.. Kaget.. panik... bertanya-tanya... 
--------------------

Jadwal swab untuk pegawai dari kantor suami terbagi 2 hari, yakni Senin 16 November 2020 dan Selasa 17 November 2020. Kebetulan jadwal swab suami saya adalah dihari Selasanya. 

Selasa 17 November 2020.
Suami saya swab. 

Kamis 19 November 2020.
Dari kantor, Suami mengabarkan kepada saya lewat whatsapp bahwa dirinya harus swab ulang hari ini. Seketika dahi saya mengernyit. Kenapa? Ada apa? 

Jadi begini. 
Kamis pagi, kantor mengumumkan bahwa dari hasil swab yang dilaksanakan pada hari Senin, terdapat 1 orang yang positif Covid-19. Lalu, apa hubungannya dengan suami saya? Bukankah beliau swab di hari Selasa? Betul. Suami saya swab di hari Selasa. Akan tetapi, pada hari Rabu 18 November 2020 ada beberapa pegawai yang kontak tracing dengan ybs salah satunya adalah suami saya. Duarrr...  rasanya jantung saya berhenti berdenyut. 

Saya mencoba menarik napas, lalu bertanya kepada suami tentang bagaimana kejadiannya saat kontak dengan ybs. Suami cerita, bahwa pada hari rabu itu, ybs menghampiri kubikel suami untuk bertanya-tanya soal pekerjaan. Maklumlah, beberapa pegawai termasuk suami saya adalah pegawai baru mutasi 1 pekan lebih di kantor yang sekarang, jadi untuk pekerjaan beberapa pegawai masih sering sharing

Lalu saya bertanya kepada suami, berapa jarak beliau dengan ybs? Pakai masker tidak? Lalu berapa lama dia di kubikel suami saya. Jaraknya kurang lebih 1 meter dan keduanya memakai masker. Alhamdulillah.. saya sedikit tenang. 

Suami bercerita lagi, selain ybs ke kubikel, ternyata ada rapat seksie hari itu. Dan jarak antara suami saya dengan ybs juga sama, kurang lebih 1 meter. Selebihnya masih ada lagi, sore harinya ketika jam pulang kerja, beberapa pegawai ke kubikel suami saya untuk membahas pekerjaan. Iya, karena seperti yang saya bilang tadi, pegawai baru, wajar kalau masih sering sharing. Hmmm... jadi total suami berinteraksi dengan ybs adalah 3x. Banyak juga! 

Sepertinya suami saya tahu kalau saya sedikit panik. Dan beliau berusaha menenangkan saya dengan cara meyakinkan bahwa beliau selalu mematuhi protokol kesehatan. Tidak pernah lepas masker kecuali makan dan wudhu. Minumpun masker hanya diangkat. Setiap beberapa jam sekali, suami saya juga selalu menyemprotkan desinfektan ke mouse, keyboard, kursi, pokoknya semuanya disekeliling kubikel termasuk setelah temannya itu pergi dari kubikel.  Suami saya juga rajin cuci tangan dan pakai hand sanitizer

Tapi kita tak akan pernah tahu. Ikhtiar sudah dilakukan semaksimal mungkin. Tinggal takdir Allah yang berkuasa. Akan tetapi jika nanti di hari akhir ditanya, kita sudah berada di posisi yang telah berikhtiar. 

Untuk berjaga-jaga dan menghindari sesuatu yang buruk terjadi, maka tanpa berlama-lama, suami saya memberi intruksi. 

1. Kami pisah kamar dulu. Suami sendirian di kamar atas. Saya dan adik di kamar bawah. Kakak tetap di kamarnya sendiri walaupun berada di lantai atas juga. 
2. Ambil barang di kamar atas yang penting. Bersihkan, taruh di kamar bawah.
3. Suami akan mengisolasi diri sampai hasil swab keluar. 

Oke baik, demi keamanan bersama, saya menuruti intruksi beliau. 

Pertama-tama yang saya lakukan adalah menyiapkan hati dan mental. Tarik napas... berpikir jernih... menguatkan diri sendiri terlebih dahulu. Karena sungguh, di pikiran saya, hal ini tidak mudah. Saya dan anak-anak tidak bisa bertemu beliau untuk beberapa hari kedepan dengan kondisi yang menurut saya, tidak menentu ini. Apakah suami saya sehat, ataukah terpapar virus jahat tsb. Apalagi anak kedua kami yang berusia 1 tahun 4 bulan sedang manja-manjanya dengan ayahnya. Pun kondisi saya yang sedang hamil usia 15 minggu pasti akan merasa kepayahan kalau si adik minta gendong berlama-lama. Untuk si kakak, di usianya yang 8 tahun, saya tidak terlalu kesulitan untuk menjelaskan karena sedikit banyak Insya Allah dia pasti sudah mengerti dengan kondisi ini. 

Saya tidak tahu berapa lama suami saya akan mengisolasi diri. Sedangkan hasil swab entah kapan keluarnya. Saya paham, swab dari kantor itu banyak sekali orangnya, apalagi jadwal swab ini bukan hanya satu kantor saja, tetapi satu kanwil yang artinya sekitar belasan kantor atau entahlah ada berapa kantor dalam satu kanwil Jakarta Barat saya tidak terlalu paham. Dengan jumlah pegawai ratusan tentunya. Yang ada kami hanya menunggu, berdoa agar hasil swab negatif dan berusaha sabar dalam setiap kondisi. 

Kamis sore, dari tempat swabnya, suami mengabarkan bahwa beliau sudah swab ulang dan akan segera pulang. Beliau meminta perlengkapan mandi dan pakaiannya ditaruh di kamar atas karena begitu masuk rumah beliau tidak mau bertemu dengan kami dan langsung ke lantai atas. Alhamdulillah rumah kami 2 lantai dan di atas ada kamar mandinya. Salah satu kemudahan yang ada. 

---------

Hari berganti hari.. 
kamis, jumat, sabtu,minggu, senin.. 

Bagaimana dengan makan suami saya? Alhamdulillah Masya Allah.. ada si kakak, asisten sholih yang siap naik turun tangga menaruh makanan di depan pintu kamar. Dan untuk mengobati rasa rindu anak-anak, mereka  video call dengan ayahnya walaupun pelukan virtual tidak dapat menggantikan pelukan asli. Kami tertawa bareng, bercerita, bercengkerama. Yaaah.. begitulah. 

Lalu bagaimana dengan saya?
Bagaimana apanya? Hehehe... 
Tidak capek? Bohong lah kalau tidak capek. Sebagai wanita dan ibu rumah tangga yang normal, wajaaaar banget kalau saya merasa lelah jiwa raga. Urusan bebenah rumah, daring sekolah kakak, dan menemani adik bermain. Iya, capek ngurus anak dua dengan kondisi sedang hamil 15 minggu. Ketika si adik sedang lincah-lincahnya lari kesana kemari, ke dapur buka bufet semua diambilin dari kecap, saos, bumbu-bumbu..hahaha. Dan ketika ia meminta gendong namun saya tak mampu, merasa kepayahan tidak kuat kalau gendong berlama-lama karena pinggang rasanya mau rontok.. Bayangin aja saya lagi nyanyi lagu Rossa yang ini ni... “kumenangiiiiiiisssss” sambil gigit-gigit buku pelajarannya si kakak.. hahaha. 

Apalagi saat akhir pekan yang biasanya saya bisa leyeh-leyeh karena dari sarapan, makan siang sampai malam bahkan main dengan adikpun suami saya yang handle. Untuk kali ini... Hapah?! Saya semuaaaa??? Tidaaaakkkk!!! Hehehe lebay itu mah. Alhamdulillah ada kakak yang bisa dimintai tolong untuk menjaga adik ketika saya mandi. Satu kemudahan lagi yang Allah kasih untuk saya. 

Yang biasanya tiap akhir pekan setidaknya kami muter-muter walau hanya di dalam mobil saja, untuk pekan ini libur dulu melihat suasana luar.. tidak apa-apa. Oiya, seharusnya sabtu atau minggu kemarin juga jadwal saya tes darah dan urin memasuki trimester dua kehamilan di klinik tempat saya periksa kandungan. Tak mengapa.. bisa diundur kok.. dibikin santai saja.. 

Ada beberapa cerita yang menguatkan saya bahwa, yang kamu alami ini cetek banget Yulita. Cuma disuruh sabar dan ngurus anak dua beberapa hari aja. Gak pantas mengeluh. 
Yakni, banyaaak sekali teman-teman saya yang LDMan dengan suaminya. Kebayang ketika anak sakit atau dirinya sendiri yang sedang sakit, tidak ada suami yang bisa dimintai tolong. 

Ada juga teman yang saat hamil anak ke 4, dari hamil sampai melahirkan suaminya tidak bisa menemani karena sedang kuliah S2 di Amerika. Beliau berjuang sendirian. Awesome! 

Ada lagi yang baru kejadian beberapa hari lalu. Ada teman yang baru melahirkan anak ke 5nya, suaminya tidak dapat izin cuti istri melahirkan karena baru mutasi di kantor yang baru. What?!?! Iya, padahal cuti istri melahirkan adalah hak pegawai. Tapi mereka keep calm. Teman saya yang satu ini memang ibu kuat dan hebat. 

Masya Allah tabarokalloh untuk mereka semua. 

Dari mereka saya belajar banyak. Bahwa dalam kondisi apapun itu harus ‘Dinikmati' dan teruuus bersyukur. Ya, saya mencoba untuk menikmati kondisi kemarin. Bersyukur bahwa Allah sangat-sangat memudahkan saya melewati keadaan yang... yaaahhh... hanya secuil cerita buat anak, mantu, cucu kelak bahwa pernah lhoooo ayah, kakek itu sendirian di kamar.. hahaha. 

Oke, saya rasa cukup segini aja curhatan hati saya yang apalah ini. Oiya, hasil swab ulang keluar di hari senin malam ketika anak-anak sudah tidur. Alhamdulillah Masya Allah suami saya negatif. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya yang enggak terlalu penting ini. hehehe. Semoga virus jahat ini segera musnah dari bumi dan Allah senantiasa melindungi kita semua. Salam sehat dan tetap patuhi protokol kesehatan! 

Yulita WN
Pondok Aren
24 November 2020

3 komentar:

  1. Semoga semua sehat2 mbak Lita... Peluuuuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin..
      sehat2 untuk kita semua yaa mbaak.. peluuuk

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^