Rabu, 31 Januari 2018

Cinta yang Melayang

Sean memandang lekat langit malam. Dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua, ia dapat menikmati gemerlapnya bintang dengan puas. Mata yang sayu itu hanya berkedip sesekali. Pandangannya masih tertuju pada langit. Ada sesuatu yang membuat hatinya gelisah.

Ia teringat dengan seseorang. Seorang wanita semasa SMAnya. Wanita yang berparas cantik dengan tahi lalat kecil diatas bibir sebelah kiri. Rambutnya yang bergelombang panjang sampai sepunggung,menambah anggun wajahnya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi,hanya sekitar 158 cm dengan berat kira-kira 50kg sangat proporsional untuknya. Tak hanya fisik yang sempurna,untuk urusan pelajaran ia terbilang cerdas. Tak jarang membawa pulang sebuah piala dengan predikat juara 1 saat olimpiade antar sekolah di tingkat propinsi. Kepribadian dan tingkah lakunyapun begitu santun. Tak ayal,siapapun yang mengenalnya pasti akan berdecak kagum. Dan... hanya laki-laki bodoh yang tidak tertarik dengan wanita itu.

Sean menarik napas. Menyebut nama Sari dalam bathinnya. Ya, wanita yang sungguh sempurna itu bernama Sari. Ayuni Meisari lengkapnya.


Sean masih membayangkan bagaimana dahulu mereka sering berinteraksi. Belajar bareng di perpustakaan, makan bareng di kantin sekolah hingga ke toko buku sering kali bersama. Sampai waktu kelulusan akhirnya tiba. Sari juara umum di sekolah, sedangkan Sean juara keduanya. Mereka lulus SMA dengan nilai yang patut dibanggakan. Setelah lulus kuliah,mereka melanjutkan ke perguruan tinggi negeri yang sama. Sari keterima di Farmasi, sedangkan Sean di teknik industri. Mereka berdua pintar. Persahabatan mereka juga terjalin dengan baik.

Sering kali Sari bercerita ke Sean mengenai dirinya yang ingin berhijrah. Dalam segi agama, Sean memang lebih unggul dibandingkan Sari. Itulah sebabnya Sari sering berkonsultasi pada Sean. Keinginan Sari mengenakan hijab disambut baik oleh Sean. Bahkan Sean memberikan beberapa kerudung sebagai hadiah atas hijrahnya Sari. Begitu perhatiannya Sean kepada Sari. Hingga duaniapun tahu betapa Sean sangat menaruh hati pada Sari.

Oh,Sean jatuh cinta pada Sari? Tidak. Tidak setahun dua tahun, tapi sejak dirinya kelas 2  SMA bersama Sari. Rasa yang dipendam hampir sembilan tahun lamanya hingga sekarang mereka sudah lulus dari universitas yang sama. Sean sudah menjadi PNS di salah satu kementerian terkemuka di Indonesia sedangkan Sari masih melanjutkan kuliahnya untuk mengambil gelar apoteker.

Sean tak pernah mengutarakan isi hatinya. Ia takut. Takut kehilangan Sari. Takut kalau Sari berubah sikap terhadapnya. Takut kalau dirinya tidak mampu menahan syahwat. Ia hanya menunggu waktu yang pas untuk segera bisa mengkhitbah Sari. Rasa yang halal. Itu keyakinannya.

Cinta itu ibarat layang-layang, kalau ditarik kuat dia putus, kalau terlalu diulur dia lepas.
Kata-kata itu yang selalu ia ingat. Perkataan almarhumah ibunda tercintanya empat bulan lalu saat Sean bercerita kalau ia ingin segera mengkhitbah Sari. Sang ibunda sangat setuju,hanya saja Sean harus bicara pelan-pelan kepada Sari. Mengingat Sari masih melanjutkan kuliahnya.

Belum sempat Sean berbicara kepada Sari kalau keluarganya ingin datang melamar, sang ibunda sudah dipanggil Allah. Dan dua pekan pasca meninggalnya sang ibunda,ia mendengar kabar bahwa Sari telah dikhitbah oleh Fano,sahabat satu organisasi dengannya semasa kuliah. Dan Sari menerimanya. Hancur hati Sean. Ia rapuh. Ia menangis. Ia jatuh tak berdaya.

"Tidak ada alasan syar'i untukku menolak Fano, Sean.." begitu jawaban Sari ketika Sean memberanikan diri berkunjung ke rumah Sari untuk menanyakan perihal khitbah itu.

Sean menangis di depan Sari.

"Kamu tahu Sari? Aku berniat akan mengkhitbahmu 2 pekan lalu. Namun sebelum aku berbicara kepadamu, ibuku sudah dipanggil olehNya dan aku masih ingin mengkhitbahmu, Sari. Tapi aku menunggu waktu.. menunggu waktu yang sesuai karena ibuku baru saja meninggal.. " Sean terisak. Ia mencoba menjelaskan isi hatinya. Walau mungkin semuanya hanya sia-sia.

"Sean.. kamu tak pernah bilang tentang itu semua. Sekarang aku bisa apa Sean..." air mata Sari membanjiri pipi. Berulang kali ia mengusap pipinya dengan tangan, menghapus air matanya.

"Aku tahu aku salah. Aku hanya ingin kamu tahu kalau seorang Sean pernah mencintai Sari. Itu saja. Dan memang Fano lebih baik untukmu,Sari.."

Tiga bulan setelahnya, Sean menerima undangan pernikahan Ayuni Meisari dengan Fano Ardhian Wicaksono

Hhhh... Sean membuang napas. Ia menutup jendela kamarnya. Membayangkan semua kejadian yang sudah berlalu hanya buang-buang waktu saja. Jodoh, maut dan rezeky itu rahasia Illahi.

#onedayonepost
#ODOPbatch5
#tantangan2

2 komentar:

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^