Saya memarkir Selis di parkiran sekolah dengan agak terburu. Akhtar turun dari sepeda dan segera membuka kupluk jas hujan.
"eh, jangan dibuka, Nak! masih hujan!" cegah saya kepada Akhtar
Akhtar segera memakai kupluknya kembali. Ya, parkiran sekolah Akhtar berada di luar gerbang. Tidak ada atapnya jadi kalau hujan ya kehujanan kalau panas ya kepanasan. Saya menggandeng tangan Akhtar dan bergegas masuk ke halaman sekolah. Langkah kami sedikit dipercepat karena jam sudah menunjukan pukul 07.30 yang artinya sesaat lagi bel masuk sekolah akan berbunyi.
Tingtongtingtung tingtongtingtung...
Benar, bel masuk sekolah telah berbunyi. Untungnya saya tepat waktu mengantarkan Akhtar. Maklum, kalau hujan di pagi hari itu sesuatu banget buat para 'macan ternak' alias emak-emak cantik antar jemput anak. Ya kan ya kan? Saya cung nomor satu deh.
Okeyh, saya dan Akhtar sudah berada di teras depan kelasnya Akhtar untuk membuka jas hujan, sayapun membantu melepaskannya. Jas hujan saya pindahkan ke tangan kiri, karena Akhtar sudah minta salim dan segera ingin masuk ke dalam kelas. Setelah salim, cium pipi kanan dan kiri serta kening, Akhtar bergegas lari masuk ke dalam kelas. Saya tersenyum melepasnya,sambil dadah dadah seraya berdoa untuk Akhtar semoga Allah memudahkan segala urusannya dan hari ini menyenangkan untuknya. Baru saja Akhtar membuka pintu kelas,tiba-tiba saya tersentak. Jantung saya seperti berhenti berdetak. Saya menahan napas. Ya Allah... segera saya memanggil Akhtar.
"Akhtar!" teriak saya dengan suara yang mengagetkan sekitar.
Akhtar menoleh ke arah saya nampak kaget. Para orang tua yang masih berada di teras kelas semuanya menoleh ke arah saya menaruh tanya. Pun beberapa guru yang masih berada di luar kelas memandang ke arah saya. Semua mata tertuju kepada saya. Saya jadi sedikit salting.
"Tasnya ketinggalan..!" lanjut saya dengan suara agak berbisik dan memberi isyarat kedua tangan di bahu seperti memperagakan orang mengenakan tas ransel. Saya berjalan ke arah Akhtar dan memberi pengertian secara perlahan.
"Sekarang, Akhtar masuk kelas saja ya.. tasnya nanti bunda antar..!" Saya mencoba membuat suasana hati Akhtar agar tenang,agar dia tidak marah ataupun menangis.
"Aaah bunda kenapa lupa sih.." raut wajahnya terlihat kecewa.
Saya tersenyum dan mencoba menetralisir suasana dengan memberi pengertian.
"Akhtar juga lupa kan? kita sama-sama lupa, Nak. Biar cepat,sekarang Akhtar masuk ke kelas bunda pulang mau ambil tas. Sepakat?!". Saya menyodorkan tangan untuk tos disambut dengan tos yang keras oleh Akhtar. Akhtarpun masuk ke dalam kelas. Saya bergegas pergi meninggalkan teras sekolah yang sebelumnya sudah menjelaskan sedikit perihal tas yang tertinggal kepada beberapa orangtua murid dan guru yang sedari tadi memandang penuh tanya ke arah saya dan Akhtar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^