Minggu, 18 Maret 2018

Jika Aku Pergi


Pernah berpikir tentang kematian? Tentang waktunya saat meninggalkan orang-orang yang kita cintai?

Saya sering.

Pikiran kalau saya meninggal duluan, bagaimana anak dan suami. Apalagi anak masih kecil, masih butuh ibu untuk tempat ia berlindung. Masih butuh ibu untuk tempat ia berharap kasih dan sayang. Masih butuh ibu untuk tempat ia bermanja. Masih butuh ibu untuk tempat ia bercerita tentang serunya hari yang telah dilewati. Masih butuh ibu untuk tempat menangis mengadu segala resah. Masih butuh ibu untuk tempat bertanya jika sedang galau. Masih butuh ibu untuk tempat bersenda gurau. Masih butuh ibu untuk mendoakan setiap langkahnya.

Pun, jika saya meninggalkan suami. Apakah beliau akan menikah lagi? Berapa lama beliau akan terus mengingat saya? Berapa lama beliau akan jatuh cinta kepada wanita lain? Ketika beliau menikah lagi, akankah saya dilupakannya begitu saja? Masihkah beliau ingat tentang semua kenangan indah yang pernah kami lalui bersama? Bisakah seutuhnya beliau melupakan saya? Masihkah beliau mendoakan saya apabila sudah menikah dengan wanita lain? Masihkah ada nama saya di hatinya? Masihkah sedikit saja tersimpan nama YULITA di ingatannya? Lalu... Kalau beliau menikah lagi, wanita itu sayang kah dengan anak-anak saya? Sayangnya tulus kah? Wanita itu mau kah diajak bersusah-susah? Maukah ia mengingatkan bahwa pernah ada istri pertama dalam hidup suami saya?


Cemburu? Iya, saya pasti cemburu jika berbicara masalah wanita lain. Jelas saya cemburu jika ada wanita lain yang berhasil merebut hati suami saya nantinya. Saya cemburu. Cemburu apabila nantinya suami saya melupakan saya. Cemburu apabila wanita itu lebih cantik,lebih lembut, lebih sholihah!

Normal kah saya? normalkah saya apabila semua ketakutan-ketakutan itu muncul? Yang selalu menghantui setiap pikiran saat iman sedang turun. Saat hati sedang terpuruk? Berpikir kalau keluarga didunia kenapa-kenapa dan merasa tak dicintai lagi saat suami menikah lagi? Normalkah semua itu?

Saya paham betul, semua adalah takdir. Apabila sudah waktunya, siap tidak siap, maka terjadilah. Dan tidak perlu berpikir yang terlalu membuat khawatir karena Allah Maha Menjaga. Tanpa seorang ibu disisinya, si anak pasti hidup dan akan baik-baik saja. Karena sesungguhnya bukan seorang ibu yang merawatnya, tapi Allah yang menjaganya.

Demikian pula dengan cinta seorang suami kepada istri. Bahwa rasa yang selama ini ada hanyalah titipan dari Sang Maha Mencinta. Tak perlu diagungkan bagai raja, karena cinta yang hakiki hanyalah milik Allah. Maka cintailah ia secara wajar. Tidak perlu berlebihan. Dan selalu titipkan hatinya pada Allah. Karena sesungguhnya, Allah maha membolak balikan hati. Cintai ia karena Allah.

Dan yakin saja, saya hanya manusia biasa. Manusia yang amat sangat lemah. Manusia yang apabila ruhnya dicabut, hanya jasad yang tidak berdaya harus kembali ke tempat asalnya, tanah! Tanah yang gelap. Sendirian. Sepi. Hanya bekal selama hidup yang mampu menerangi kubur. Hanya amal yang menjadi teman.

Prasangka Allah sesuai prasangka hambaNYA. Maka berpikir positif lah.. Berpikir positif lah.. Berpikir positif lah..

Tentang semua ketakutan, obatnya adalah prasangka dan doa!

Pondok Aren, Maret 2018
Yulita WN

#onedayonepost
#ODOPbatch5

5 komentar:

  1. Mengingat kematian itu dapat mendekat kepadanya 😁
    Good mbk yulitaπŸ˜€πŸ’ͺ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kakak..
      Serahkan semua kepada yang Maha Mencinta ya 😁😁

      Hapus
  2. Mengingat kematian itu dapat mendekat kepadanya 😁
    Good mbk yulitaπŸ˜€πŸ’ͺ

    BalasHapus
  3. Makasih mba, saya merasa ada teman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huum kak..
      Wajarlah ya kalo wanita pu ya pikiran kek gitu 😒

      Hapus

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^