Rabu, 14 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #9 : Wajah yang Mirip

Allah... Bolehkah aku menangis sekarang juga? Kuatkan aku Ya Allah. Kakiku lemas, tak mampu menopang tubuh. Dadaku  sesak, mataku berkunang-kunang. Pandanganku gelap. Aku terjatuh.
***

Mataku terasa berat. Perlahan kubuka mata. Tubuhku terbaring di suatu ruangan. Dimana ini? Dengan kedua tangan kutopang tubuhku untuk bangkit dan segera duduk.

"Renata..." Suara Kak Zaki mengagetkanku. Aku menoleh ke arah kiri tempat suara itu berasal. Ada Kak Zaki dan... Farki. Aku menarik napas. Mengapa ada dua orang laki-laki bersamaku. Sudah berapa lama aku disini dan ditemani mereka? Apa yang terjadi denganku.

"Kamu tadi pingsan, saya dan Farki yang membopongmu kesini atas suruhan Bu Dendi. Iya, jadi pas kamu pingsan tadi, pas banget ada Bu Dendi. Ini ruangan Bu Dendi, kamu udah tahu kan? Oiya, jangan salah paham, kami juga baru datang kok, tadi yang menemani kamu selama pingsan ada Zahra dan Amel,mereka teman saya juga. Jadi bukan kami yang nungguin kamu disini..!" Kak Zaki menjelaskan pelan-pelan secara detail. Mungkin khawatir kalau aku marah atau berpikir yang macam-macam.

"Kamu sudah enakan Re?" Kak Zaki bangkit dari duduknya, melangkah ke meja yang berada di depanku. "Diminum dulu," Lalu menyodorkan sebotol air mineral kepadaku yang sudah dibuka ditutupnya.

Aku menerima dan meneguknya.


"Kak,Maafin saya ya..!" Aku bersuara parau. Bingung mau berucap apa lagi. Pikiranku kacau. Kak Zaki, Farki, Kenny, dan tentunya hatiku juga memiliki hak untuk mencintai.

Aku memberanikan diri menoleh kearah Farki. Memandangnya. Lalu aku tersenyum.

"Kakak namanya Farki ya? Masih ingat saya?" tanyaku dengan suara lembut. Jantungku berdetak lebih cepat. Aku tak berani memandangnya lama-lama. Ada getaran yang berbeda jika berhadapan dengannya. Aku hanya wanita biasa,yang normal jika memiliki perasaan kepada seorang pria. Itu saja.

Farki berdiri dari tempat duduknya. Menghampiriku dan berdiri di sebelah Kak Zaki. Ia menatapku. Lalu menunduk. Tanpa menjawab pertanyaanku, ia pergi meninggalkan aku dan Kak Zaki berdua saja di ruangan ini. Seketika hatiku perih. Aku menarik napas dan tak kuasa aku terisak. Airmataku menetes.

Dia laki-laki yang telah mengajariku tentang arti merindu. Dia laki-laki yang selama ini hadir dalam doa-doaku. Laki-laki yang kuinginkan untuk menjadi imamku, tapi menjawab pertanyaanku saja ia tidak mau. Apa salahku? Aku hanya bertanya namanya. Itu saja. Dia... Dia memang menjengkelkan. Menjengkelkan sekali!

"Renata...," Kak Zaki memanggilku. Aku tak peduli. Air mata ini telah membanjiri pipiku. Wajar kah kalau aku menangis?

"Re.. boleh saya bercerita sedikit?"

Aku mengangguk sambil terus terisak.

"Aku tahu nama kamu dari Farki.." Kak Zaki menghentikan ucapannya. Mengatur napas kemudian melanjutkan kembali... "Dulu,setiap kamu lewat, Farki memberi tahu, ada seorang wanita bernama Renata yang cantik jelita nan sholihah sambil menunjuk kearah kamu..."

Aku terhenyak. Kudongakkan kepalaku melihat Kak Zaki. Berarti Farki sudah tahu aku? Dari dulu? Sudah lama kah? Berjuta pertanyaanku bersiap terjun menghujami Kak Zaki. Aku menatap Kak Zaki lekat-lekat, seraya memaksa untuk meneruskan ceritanya.

Kak Zaki mengusap ekor mata sebelah kanannya. Ada setitik air di mata Kak Zaki. Dia menangis?

"Kak...?"
Kak Zaki memejamkan mata. Mengernyitkan kening. Lagi-lagi mengusap ekor matanya, kali ini yang sebelah kiri.

"Kamu tahu, Re.. Kenapa selama ini Farki tidak pernah mau berbicara sama kamu?" Mata Kak Zaki terlihat sendu.

Aku menggeleng.

"Karena kalau dia melihatmu, itu hanya akan membuatnya semakin terpuruk. Karena apa? Karena kamu hanya mengingatkannya pada seseorang. Wajahmu mirip sekali dengan almarhumah istrinya!"

Bersambung...

#onedayonepost
#ODOPbatch5
#tantangan
#tantangancerbung9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^