Kamis, 08 Maret 2018

Rindu yang Sempurna #3 : Surat dari Kak Zaki

Teman-teman berhamburan keluar kelas, bergembira karena siang ini tidak ada jam kuliah. Aku masih di depan ruang kelas. Mencoba mengatur frekuensi pernapasan. Hari ini rasanya seperti diseruduk banteng, lelah sekali ragaku. Naik ke ruang kelas dengan terburu dan hampir menabrak seorang laki-laki, belum juga bernapas dengan wajar, sudah disuruh maju mengerjakan soal. Pfiuuuhh...

Tuh kan, aku teringat lagi dengan laki-laki itu. Mengapa tiap dia hadir selalu saja membawa masalah. Sekali, dua kali, dan di tangga tadi untuk yang ketiga kalinya. Aku masih ingat betul bagaimana pertemuan pertama kali dengannya. Kala itu aku sedang di perpustakaan mengerjakan tugas kuliah seorang diri. Bersama kawannya, dia lewat dan tak sengaja menyenggol tanganku. Otomatis rantai karbon yang sedang kubuat tercoret. Dongkol rasanya! Dan yang lebih menjengkelkan lagi, dia tak meminta maaf. Diam seribu bahasa. Malah memandangiku penuh selidik. Akhirnya kawannya yang meminta maaf. Nyebelin banget kan.

Nah, pertemuan yang kedua justru mencurigakan. Saat itu aku mau mengumpulkan laporan praktikum ke meja Pak Rozak. Loh! ada dia sedang bongkar-bongkar tumpukan buku di meja Pak Rozak. Beruntungnya Pak Rozak segera datang dan bertanya kepadanya mau ambil buku apa. Tapi anehnya Pak Rozak tidak marah. Hmmm... Siapa ya lelaki itu? Aku jadi penasaran.


Lala dan Kenny menghampiriku. Keduanya bertepuk tangan. Huh! Mereka seolah mengejek karena aku berhasil lolos dari terkaman Pak Rozak.

"Keren lo Re, salut gue!" Lala menepuk-nepuk pundakku.

"Eh, kira-kira kenapa ya Pak Rozak? Tumben banget langsung ngibrit begitu," Kenny, si mahasiswi paling pintar diangkatanku, melontarkan pertanyaan.

"hyaampuun.. Cewek pintar kayak lo aja ga tau, gimana gue, Ken! Eh, gue ke toilet dulu ya, kebelet nih dari tadi. Oya, nitip tas yak!" aku mengedipkan mata ke arah Kenny dan Lala lalu meninggalkannya tanpa ada jawaban terlebih dahulu. Aku sudah terbiasa menitipkan tas apabila ingin ke toilet. Daripada repot bawa tas, aduh enggak banget deh ya. Mendingan dititipkan ke teman. Punya teman baik, harus diberdayakan donk ya. Setuju? Pasti!

Aku  berjalan cepat menuju toilet. Pikiranku sedang bercabang. Mendadak  lelaki yang aku tak tahu namanya itu terus hadir dalam bayanganku. Pun sekarang ditambah satu nama lagi, Farki. Seseorang yang tadi menelepon Pak Rozak. Siapa dia? Aku mencoba menepis rasa ingin tahuku. Walau sejujurnya tidak  bisa.

Selesai dari toilet, aku kembali ke ruang kelas untuk menemui Lala dan Kenny. Kebiasaan kami bertiga apabila tidak ada jam kuliah, kami saling diskusi pelajaran ataupun bercerita tentang apa saja. Namanya juga wanita, harus mengeluarkan dua puluh ribu kata perhari.

"Re... Yaampun, Re...! Lo dapet surat ni dari kak Zaki! Baca Re.. Baca cepetan! Tuh kan filing gue bener, kak Zaki suka sama lo," Lala berlari menghampiriku yang masih di depan pintu kelas. Wajahnya penuh keceriaan. Tangannya mengulurkan sebuah amplop berwarna kuning kepadaku. Aku terhenyak. Surat? Dari Kak Zaki? Benarkah? 

Kak Zaki memang sudah lama seperti pedekate denganku. Kak Zaki adalah  mahasiswa lulusan S2 di jurusanku. Sejujurnya aku ge-er kalau kak Zaki benar-benar menyukaiku. Ssstt... Aku buka dan baca dulu ya suratnya. Siapa tahu surat tagihan hutang. Hutang cinta maksudnya. Ups. Otakku mulai kacau.

Aku memperhatikan amplop yang diberikan oleh Lala. Aku menghela napas dan dengan sangat hati-hati aku membuka amplop tersebut. Lala dan Kenny nampak tegang, apalagi aku. Aku melirik ke arah mereka. Rupanya mereka sudah tidak sabar ingin tahu isi suratnya. Aku menggeleng dan menghentikan jemariku untuk membuka amplop. Lala dan Kenny mengisyaratkan dengan mata agar aku segera membuka amplopnya. Perlahan ku keluarkan secarik kertas berwarna krem. Kertas dengan lipatan vertikal seperti buku itu sangat harum. Mungkin kertasnya ada parfumnya atau memang sengaja disemprot menggunakan parfum. Entahlah.

Perlahan kubuka lipatannya. Aku menarik napas. Tanpa dikomando jantungku berdebar. Sial, mengapa hari ini aku sport jantung terus. Aku menggigit bibir dan mengernyitkan kening saat membaca satu persatu kata yang ditulis oleh Kak Zaki. Apakah aku pantas bahagia menerima surat ini? Atau justru aku malah khawatir akan timbul masalah lain? Aku... Aku... 



"Ciyeee Ranata... Iyain aja lah.." Kenny menyenggol lenganku dengan lengannya. "Romantis tauuu zaman sekarang masih pakai surat. Niat itu namanya,Re! Udah S2 lagi, setahun lagi lo lulus langsung nikah deh sama do'i.. Aheeeyyy...!" lanjut Kenny dengan  senyuman yang makin membuatku salah tingkah.

Lalu... Bagaimana dengan hatiku? Mengapa otakku malah membayangkan lelaki yang menyebalkan itu. Mengapa?  Bukan Kak Zaki yang terbayang. Tapi lelaki itu. Iya, lelaki itu langsung melintas di otakku sesaat setelah aku membaca surat dari Kak Zaki. Mengapa? Mengapa justru wajah lelaki itu dan nama Farki yang sekarang terngiang-ngiang di benakku. Atau jangan-jangan mereka orang yang sama? Mungkinkah lelaki itu bernama Farki? Lalu bagaimana urusanku dengan Kak Zaki? 

Bersambung...

#onedayonepost
#ODOPbatch5
#tantangan
#tantangancerbung3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^