Tulisan ini sambungan dari tulisan terdahulu,niatnya sih waktu itu pengen bikin novel kecil-kecilan berdasarkan kisah hidupku. Maksudnya,novel yang terbit di blog gitu,bukan novel berbentuk buku,hihihi. Kalau novel berbentuk buku mah..beraaaaatttt. Aku bukan penulis kok,aku cuma hobi menulis aja :)
Ini juga baru sempat ngelanjutin lagi :)
Ini juga baru sempat ngelanjutin lagi :)
BAB II
Baru Belajar
Tak terasa waktu begitu cepat mengalir. Rasa-rasanya baru kemarin aku menginjakan kaki di tanah ini. Hidup hanya berdua dengan suami sebagai pengantin baru memang membuatku sedikit kerepotan. Aku yang tadinya jarang masuk dapur untuk memasak,mencuci pakaian ataupun mencuci piring kini harus mau berakrab-akraban dengan segala perabotan yang tertata manis di ruang dapur. Sebenarnya aku ini bisa memasak,dulu sewaktu masih sekolah aku sering membantu mama memasak,bikin kue atau sekedar menemani mama berbincang-bincang di dapur. Tetapi semenjak aku kuliah dan mengekost,waktu bersama mama jadi berkurang. Aku jadi jarang membantu mama di dapur. Kalau aku sedang libur kuliah barulah ada waktu untuk membantu mama.
Aku anak kedua dari dua bersaudara,kakakku laki-laki. Pantaslah kalau mama merasa kesepian sepeninggal aku ke Lhokseumawe. Katanya,sudah tidak ada lagi yang menemani ke pasar,yang nyaranin pakai baju apa untuk kondangan,yang jadi teman curhat mama dan tak ada lagi yang bermanja-manja di pangkuan mama,inilah kata-kata yang paling membuat hatiku selalu rindu pada mama. Mama.. ah mama.
Aku hanya seorang diri di rumah ketika suami pergi bekerja. Pekerjaan rumah tangga selalu menjadi beban bagiku kala itu. Rasa lelah,letih dan jenuh menerpa ragaku habis-habisan. Maklumlah,aku bukan wanita yang pandai mengurus rumah jika hanya sendiri. Tapi dalam hati kecilku berkata,ini baru di mulai. Aku harus banyak belajar tentang rumah tangga. Tentang bagaimana menciptakan rumah yang nyaman,bagaimana menyenangkan hati suami dan bagaimana mendesain otakku agar selalu berpikir bahwa ini bukan beban,ini suatu yang menyenangkan. Untungnya suami menyadari hal itu,ia tak pernah protes jika ada sesuatu yang salah dalam rumah kami. Justru ia dengan sigap membantuku dan ketika hari libur tiba ia selalu mengajakku menghirup udara luar.
Kami sering ke pantai. Bermain ombak,berciprat-cipratan air,atau sekedar duduk di batu bulat besar sambil memandangi laut. Berbicara dari hati ke hati tentang masa depan yang akan kami bina. Bercengkerama dan meledek satu sama lain itulah yang kami lakukan disana. Tak jarang mata-mata asing menatap kami dengan sinis. Mengapa? Mungkin karena tanah ini serambi mekah yang beradat syariat islam. Lantas apa kami salah jika berduaan disini? Kami sudah halal. Kata suamiku,tak usahlah terlalu dipedulikan tatapan yang sinis atau cibiran yang pedas. Mereka tak tahu dan tidak akan tahu kalau mereka tidak bertanya. Yang jelas,kami tidak bermesraan di depan umum.
Bulan berganti bulan,sudah di penghujung tahun 2010 tepatnya. Cobaan kecil datang menyapa kami. Suami terserang demam berdarah. Aku sama sekali tidak pernah merawat orang sakit. Bagaimana aku harus merawat suamiku sendiri? apa yang harus ku lakukan selain membawanya ke rumah sakit? Aku benar-benar panik. Tapi suamiku mencoba menenangkanku. Dia bilang,tidak akan berlama-lama di rumah sakit. Alhamdulillaah,setelah empat hari di rawat,akhirnya suamiku sembuh dan bisa pulang ke rumah.
To be continue...
To be continue...
Suamimu ternyata bijak juga ya kak.
BalasHapusNggak usah hiraukan cibiran dan pandangan sinis mereka. Yang penting sudah halal. Kan lagi masa-masa pacaran. Jadi nikmatin aja :-)
*pacaran setelah nikah niyeeeeee
selagi tidak merugikan siapa2 maka nikmati saja :)
Hapusklo kami pacaran terus :P
bner mbak biarin aja cibiran mereka ga usah di denger :)
BalasHapusselama kita benar ya mbak :)
Hapusdemam berdarah memang bisa menyerang siapa saja, alhamdulillah semuanya bisa diatasi ya...ditunggu kelanjutannya kisahnya...keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
BalasHapusiya alhamdulillaah.. :)
BalasHapusmakasih untuk semangatnya dan terimakasih ya sudah berkunjung :)
Setelah membaca nya, saya lalu Mencoba membayangkan bagaimana jika semua yg di pikirkan orang lain mesti kita pikirkan juga?
BalasHapusMungkin isi kepala kita bakalan meluap2 kayak air yang tak lagi muat baskom, hehehe :-D
bahaya!
#Just Intermezzo
hehehe.. membaca pikiran orang juga takutnya malah suudzon ya,,rugi di kitanya deh :)
Hapusterimakasih ya sudah berkunjung ^^
meledek dan juga menggodaitu bentuk dari kemesraan kok mbak ,saaya juga melakukan itu dengan istri saya, mkalum masih hot hotnya
BalasHapushehe..pengantin baru ya :)
Hapusalhamdulillah suaminy sembuh. kasian ibu jauh. gpplah memang mau ndak mau hrus ikut suami kan.
BalasHapusklo di Aceh gtu ya mb? wah bener yg pentng gak mesra2an aja kayak dijalanan. anak Sekolah boncengan motor udah gak ada batasnya sperti suami istri malah.
smoga disana tdak ya.
aamiin... disini insyaalloh masih ada batasannya mbak :)
Hapusiya makanya kalau pulkam pengennya lama disana,,tapi suami harus cepat balik kesinikarena kerjaan sudah menunggu,hehehe..