Sabtu, 14 April 2018

Menulis adalah Kebutuhan

“Cantik, coba deh bikin blog!” Usul suami di suatu malam, 7 tahun yang lalu. 

Suami saya tahu kalau istrinya ini doyan nulis. Segala yang terjadi mulai dari kegiatan sehari-hari, cerita unik yang seru, sampai kegiatan piknik pun semua ditulis menjadi status di Fb. Agak alay nampaknya. Tapi sungguh, bukan bermaksud pamer atau riya’, hanya ingin berbagi pengalaman saja.

Karena semenjak saya menikah dan ikut merantau bersama suami ke pulau seberang, saya merasa sendiri dan kesepian saat ditinggal suami bekerja. Apalagi saat itu tidak ada tv di rumah, gawaipun belum android, hanya laptop milik suami yang menemani sehari-hari.

“Tulisan Cantik jadi tersimpan lebih rapih kalau di blog. Enggak tercampur baur dengan foto yang di tag orang atau status-status pendek lainnya. Cantik juga pasti  lebih luwes menulisnya..” Lanjut beliau.

Dari situlah kemudian saya tertarik dengan usulan beliau. Akhirnya saya mencari tahu bagaimana cara bikin blog, mendekorasi, dan menatanya sesuai keinginan. Bermodalkan laptop jadul milik suami dan sebuah modem kartu pasca bayar, saya memulai bikin blog gratisan. Saya mulai menikmati hari-hari dengan utak atik blog dan menulis apa saja yang ingin saya tulis,meskipun isinya curcolan yang konyol.

Saya memulai membuat blog di tahun 2011 dengan tujuan awal hanya ingin menyalurkan 20.000 kata perhari. Karena sejatinya, wanita, apalagi seorang istri dan ibu, butuh meluapkan rasa agar tetap ‘waras’ mengerjakan pekerjaan rumah. Oleh sebab itu, menulis seharusnya sudah menjadi kebutuhan utama seorang wanita. Iya kan? Iya donk.

Yang mau baca tulisan pertama saya, bisa klik di sini
Dari ngeblog, saya memiliki banyak teman di dunia maya dengan adanya kegiatan blogwalking. Sayapun turut mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh komunitas keren yang isinya para blogger ketjeh. Wawasan saya menjadi lebih terbuka dan semakin giat menulis agar blog tidak lumutan dan tulisan semakin enak dibaca. Sayapun rajin mengikuti giveaway, tujuan utama bukan soal hadiah, tapi masalah keberanian saya agar isi tulisan di blog tidak sekadar curcolan belaka. Hasilnya, tidak disangka. Beberapa kali tulisan saya mendapatkan tempat di hati para pembuat giveaway. Hadiah buku, souvenir, dan mainan anak menjadi penguat tersendiri bagi saya, si blogger pemula.

Apalagi di tahun 2014 lalu, tulisan saya dibukukan bersama puluhan blogger lainnya. Inilah buku antologi pertama saya. Ada rasa bangga dan terharu. Bangga karena walaupun judulnya antologi, tapi ada tulisan saya di dalamnya. Saya juga bukan dari keluarga yang doyan menulis. Tidak ada darah keturunan di keluarga saya. Ini membuktikan bahwa, menulis itu bukan bakat, tapi kemauan.



Terharu, karena memang sejak kecil saya ingin sekali menerbitkan sebuah buku. Saya masih ingat betul perkataan seorang guru SMP ketika tulisan saya menang lomba untuk beberapa kali di sekolah, pun saat tulisan-tulisan saya dimuat di sebuah majalah anak-anak dan tabloid remaja. Beliau berkata bahwa saya tidak boleh berhenti menulis dan mengirimkan karya. Tapi apa daya, karena sarana dan prasarana tidak cukup menunjang kali itu, akhirnya semenjak SMA saya tidak pernah lagi mengirimkan tulisan ke majalah ataupun tabloid.

Dari ngeblog juga, saya nyemplung mengikuti beberapa program yang diadakan oleh komunitas menulis. Mereka mengundang pakar-pakar dalam bidang literasi. Sekali lagi, wawasan saya semakin berkembang. Sungguh ngeblog membawa manfaat yang luar biasa bagi saya. Satu yang ingin saya sampaikan, jangan malu apalagi minder untuk bergabung ke komunitas - komunitas menulis yang dapat menjadikan kita semakin produktif ke arah positif.


#giveawayKhoirun Nizam

4 komentar:

  1. Saya pingin seperti mbak Yulita

    BalasHapus
  2. Mantap!! terima kasih sudah ikutan

    BalasHapus
  3. Menulis dan ngeblog memang selaras. Yuk semangat terussss

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^