Salah satu tanda anak mulai mandiri adalah disaat mereka mampu mandi sendiri. Mengajarkan anak mandi sendiri bukanlah tugas yang mudah. Oleh karena itu, sebaiknya mulai mengajarinya di saat anak sudah cukup mampu berkomunikasi dengan baik, tepatnya ketika mereka mulai memasuki TK. Di usia ini, kita sudah bisa mengajari anak tentang cara mandi yang bersih, bukan sekedar menyiram tubuh dengan air dan memakai sabun semaunya.
Saya pribadi, mengajarkan Akhtar untuk bisa mandi sendiri sejak memasuki usia 3 tahun. Namun, baru saya lepas total tanpa ikut masuk ke dalam kamar mandi saat usianya beranjak 4 tahun. Hanya saja ketika waktunya keramas, saya akan membantunya kembali.
Nah, apabila anak sudah bisa mandi sendiri, tahapan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk keramas sendiri. Bagi beberapa anak, bagian menakutkan dari keramas adalah saat menyiram kepala dengan air dan memakai shampo karena takut terkena mata.
Sebelum membiarkan Akhtar keramas sendiri, saya memberi contoh bagaimana cara keramas yang aman. Sebagai "bantuan" agar Akhtar menyenangi kegiatan keramas, saya membelikannya shampo yang tidak pedih di mata. Atau saat membelikan shampo, saya biarkan ia untuk memilih sendiri shampo yang disukainya. Kadang ia memilih gambar tokoh kartun kesayangannya. Saya mengajak Akhtar untuk terlibat menentukan sendiri pilihannya agar tidak ada alasan kalau ia tidak suka keramas.
Awalnya, Akhtar masih takut menyiramkan air ke kepalanya. Saya tidak pernah memaksa. Maka, saya yang menyiramkan terlebih dahulu sambil terus menyounding bahwa rambut perlu dikeramas agar sehat, bersih dan harum. Ucapkan selalu kata-kata positif sebagai energi positif. Butuh waktu memang. Karena tidak semua anak langsung mau untuk menyiramkan air ke kepalanya. Maka dari itu ibu harus sabar.
Saat Akhtar sudah berani untuk menyiramkan air ke kepala, barulah saya mengajarkan menuang shampo ke telapak tangan lalu mengusapkannya pada rambut. Pertama-tama Akhtar tidak menggerakan tangannya. Mungkin masih ada rasa takut apabila shampo akan mengenai mata. Tetapi saya terus meyakinkan bahwa sampo yang ia pakai tidak pedih di mata dan kalau keramas, seluruh rambut harus terkena shampo. Saya menggerakan tangan Akhtar untuk mengusap seluruh bagian rambut di kepalanya.
Tahap akhir adalah membilas sampo di kepala. Ini adalah tahap yang sedikit banyak paling ditakuti oleh anak-anak. Agar Akhtar tidak merasa terintimidasi oleh air dan shampo yang jatuh mengalir mengenai wajahnya, saya harus tetap tenang. Awalnya, Akhtar bilang kalau matanya pedih dan ia marah kepada saya karena menurutnya saya telah berbohong tentang shampo yang tidak pedih di mata. Tapi saya terus meyakinkan bahwa shampo tersebut memang benar tidak pedih di mata. Yang membuat mata pedih adalah air yang masuk ke dalam mata. Sama seperti saat renang, air yang masuk ke dalam mata akan membuat mata tidak nyaman alias pedih. Begitu kurang lebih penjelasan saya.
Setelah semua tahap berhasil dilewatinya, saya memberikan apresiasi kepada Akhtar sebagai rasa bangganya sudah bisa keramas sendiri. Apresiasi saya berikan sebagai kekuatan kepercayaan dirinya bahwa ia sudah mampu melewati tahap keramas sendiri dengan sukses dan selanjutnya mampu keramas sendiri dengan baik dan benar.
Mengajarkan anak keramas sendiri memang butuh waktu dan proses yang tidak instan. Maka dari itu perlu kesabaran ekstra untuk tetap berkata positif dan jangan sampai anak merasa terancam kalau disuruh keramas.
Demikian proses dan tahapan yang saya lakukan kepada Akhtar agar ia bisa keramas sendiri di usia 5 tahun. Semoga bermanfaat ^^
#onedayonepost
#ODOPbatch5
#kelasnonfiksi
#ODOPbatch5
#kelasnonfiksi
Bermanfaat banget... Makasih atas ilmunya mbak.. Suka banget sama bagian "ucapkan selalu kata-kata positif sebagai energi positif" 😃
BalasHapusIhh ngedidik anak tuh emang challenging gitu ya kayanya tapi seru gitu keliatannya 😆
BalasHapusSeru pastinya, terkadang anak kalau dikasih tahu ada saja jawabannya...:)
BalasHapus