Aturan "Larangan duduk ngangkang di Aceh" pertama kali dipelopori oleh kota Lhokseumawe,kota dimana saat ini aku berpijak. Aturan ini sudah diberlakukan dari akhir tahun 2012 lalu. Apa sebenarnya tujuan dari aturan ini? Perlukah aturan ini dibuat? berjalan dengan semestinyakah? efektifkah?
Sebelum aku berpendapat secara pribadi,baiknya kita intip dulu isi keseluruhan dari aturan tersebut:
1. Perempuan dewasa yang dibonceng dengan sepeda motor oleh laki-laki muhrim, bukan muhrim, suami, maupun sesama perempuan, agar tidak duduk secara mengangkang (duek phang), kecuali dalam kondisi terpaksa atau darurat.
2. Di atas kendaraan baik sepeda motor, mobil, dan/atau kendaraan lainnya, dilarang bersikap tidak sopan seperti berpelukan, berpegang-pegangan dan/atau cara-cara lain yang melanggar syariat Islam, budaya, dan adat istiadat masyarakat Aceh.
3. Bagi laki-laki maupun perempuan agar tidak melintasi
tempat-tempat umum dengan memakai busana yang tidak menutup aurat, busana ketat, dan hal-hal lain yang melanggar syariat Islam dan tata kesopanan dalam berpakaian.
tempat-tempat umum dengan memakai busana yang tidak menutup aurat, busana ketat, dan hal-hal lain yang melanggar syariat Islam dan tata kesopanan dalam berpakaian.
4. Kepada seluruh keuchik, imum mukim, camat, pimpinan
instansi pemerintah atau lembaga swasta, agar dapat
menyampaikan seruan ini kepada seluruh bawahannya serta kepada seluruh lapisan masyarakat.
instansi pemerintah atau lembaga swasta, agar dapat
menyampaikan seruan ini kepada seluruh bawahannya serta kepada seluruh lapisan masyarakat.
Begitulah isi keseluruhan dari aturan "Larangan Duduk Mengangkang" di Lhokseumawe,Aceh.
Kenapa sampai ada aturan semacam itu disini? Menurut para petinggi Lhokseumawe,saat ini Aceh sedang krisis identitas. Adat istiadat Aceh mulai luntur dengan budaya-budaya luar yang mulai merusak citra keislaman Aceh. Para pemuda pemudi sudah tidak malu lagi berpelukan,berdua-duaan bahkan berciuman. Guna mengembalikan marwah dan menjalankan syariat islam secara kaaffah di Aceh, maka dibuatlah aturan seperti diatas tadi.
Baik,aku akan berpendapat secara netral mengenai kebijakan ini. Menurut pendapatku,kebijakan ini tidak sepenuhnya bisa mengembalikan apa yang diinginkan oleh para petinggi di Aceh. Bukan ini caranya. Mengembalikan marwah dan menjalankan syariat islam secara kaaffah bukan hanya terletak pada cara duduk di atas kendaraan. Menelaah aturan nomor 1 yang menurutku sangat kurang efektif bahkan mengada-ada. Apakah dengan tidak duduk mengangkang dapat dipastikan mereka yang bukan muhrim tidak bisa berpelukan dan/atau berciuman? Ah.. ini hanya pendapat pribadi saja.
Masih banyak aturan berkendara nasional yang sepertinya belum diindahkan oleh masyarakat di kota ini. Contohnya,pada saat berkendara sepeda motor baik si pengemudi maupun yang di bonceng tidak memakai helm,lampu merah diterabas,kebut-kebutan di jalan raya,trek-trekan dan masih banyak lagi yang justru dampaknya merugikan orang banyak. Selain itu,warnet 24 jam,tempat karaoke yang membanjir dan warung remang-remang di waduk, itu semua harus ditiadakan kalau memang intinya membentuk masyarakat yang kaaffah secara islami.
Yang mau aku tegaskan dari hati bahwa,larangan duduk mengangkang jangan dibuat alasan dengan mengedepankan kata "syariat islam",karena dalam syariat tidak ada bahasan mengenai duduk mengangkang. Yang benar adalah mengedepankan "adat istiadat" Aceh.
Tapi semua ini hanya pendapatku saja,pendapat yang keluar dari pengamatan melihat langsung kondisi di lapangan seperti apa.Pendapat dari seorang perantau yang baru 3 tahun tinggal di Lhokseumawe. Jadi bisa saja pendapatku keliru atau tidak valid. Lagipula aku tidak punya wewenang apa-apa,yang aku punya hanyalah hak berpendapat sebagai warga negara.
Tentunya pemerintah kota Lhokseumawe mempunyai maksud dan tujuan yang baik dengan dibuatnya aturan diatas yang langsung diberlakukan untuk seluruh kota di propinsi Aceh. Semoga kedepannya Aceh semakin baik dan mempunyai identitas keislaman yang kuat :)
aku sih oke-oke aja kalau tujuannya baik. Cuma dari segi keselamatan saat berkendara, justru yang ngangkang lebih safety daripada miring.
BalasHapusbetul mas.. terimakasih pendapatnya :)
Hapuskalo ngomongin hukum atau aturan di Indonesia memang sejauh ini tak bisa dianggap telah berjalan sesuai rencana, selalu ada saja yang gk sreg :D
BalasHapusyang salah yang buat peraturan atau yang melaksanakan aturan ya pak? :D
Hapussebenarnya gk ada yang salah, cuman karena ketidaktegasan pihak tertentu, maka sangat jelas terlihat salahnya :D
Hapusmakanya harus tegas ya pak,.jangan sepotong-sepotong :D
Hapussebelum memberlakukan aturan, sebaiknya diberi contoh dulu. bagaimana rakyat mau nurut dengan aturan kalau yang bikin aturan sendiri banyak yang melanggar :)
BalasHapussetuju itu kang.. yang bikin aturan terkadang ga ngerasain kondisi di tekape seperti apa :)
Hapuskalau menurut saya sih kan semuanya juga sebetulnya kembali pada pribadi masing2, jadi mungkin itulah yang harus dibina yaitu pribadi2nya. Seperti yang mbak bilang, dengan duduk tidak ngangkang belum tentu juga orang tersebut alim, dan yang ngangkang belum tentu juga dia badung.
BalasHapuskalau hukumnya diterapkan tanpa membina pribadi2nya, mungkin akan sia2 dan hanya terasa menjadi sebuah kekangan...tapi kalau pribadi2nya dibina, Insya Allah keinginan mengembalikan Islam yang khaffah di aceh akan segera terwujud
itulah mas,,seperti yang saya bilang di atas,bukan seperti itu caranya. masih banyak yang harus di benahi dari sekedar aturan duduk ngangkang. semoga mengertilah para yang buat aturan :)
Hapusterimakasih masukannya mas :)
Hehehe..Kalau di Jakarta malah kebalikan mbak kebanyakan malah seperti itu duduknya apalagi buat jarak jauh lebih nyaman.
BalasHapuspastinya mbak,,jarak dari satu tempat ke tempat lain di jakarta kan jauh di tambah macet dan kalo ada demo pasti memakan waktu lama,jadi ya sebaiknya duduk seperti aturan berkendara pada umumnya. Kalo lhokseumawe kota kecil,jadi jarak antar tempat dekat mbak :D
HapusMemang ada hal yang tidak dipikirkan secara komprehensif...perlu kematangan ilmu syariah dalam membuat aturan. Kalao ga ya jadinya sepotong2...dan tidak mengena ke substansi syariah itu sendiri..
BalasHapusditinjau dari sisi syariah juga keamanan dan kenyamanan dalam membuat peraturan itu lebih penting sepertinya ya maa.
Hapusterimakasih pendapatnya :)
sebenarnya untuk membuat aceh mempunyai jati diri kembali itu langkahnya dengan merangkul semua masyarakat aceh untuk sadar diri dulu. Jika warga sudah mempunyai kesadaran tinggi maka hal hal lain yang dianggap melanggar akan hilang dengan sendirinya. langkahnya bisa dengan menggelar kajian tiap minggu di musholla atau masjid masjid. hal ini yang sedang dilakukan oleh kabupaten tuban yang selalu menggelar kajian di masjid masjid tiap hari minggu.
BalasHapusmasalahnya persentase orang sadar dan tidak sadar aturan lebih banyak yang tidak sadar.
membaca kenyataan di lapangan tentang lokseumawe yang banyak warung remangnya saya kira petinggi pemerintahannya tidak berbuat apa2.
sebenarnya kalau kajian-kajian sudah membludak disini mas. cuma ya itu tadi,yang belum sadar lebih banyak dari yang sudah sadar. begitulah mas kenyataan di lapangan,semoga saja kedepannya makin baik ya..
Hapussaya menyaksikan liputan khusus tentang Fenomena Duduk Ngangkang ini di National Geographic Mbak Yuli...jadi secara umum, masyarakat di luar negeri sudah tahu tentang aturan yang berlaku di aceh ini. mereka juga jadi ngerti kalau syariat yang diterapkan termasuk dilarang berdua-duaan atau khalwat demi keamanan dan kenyamana wanita itu sendiri...tentu aman dari gerayangan laki-laki jahil dan tak bertanggung jawab, aman dari zina dan aman dari ghibah dan fitnah.
BalasHapusnamun aturan-aturan itu tak akan berguna apabila pribadi seseorang belum mau diatur alias belum sadar...sudah jelas batasan2 dalam Qur'an kok, nggak usah dipatroli sama petugas pun kalau sudah sadar dari lubuk hati paling dalam bakal aman negeri ini...intinya, kesadaran setiap individunya yang perlu diperbaiki
tepat mbak khusna,,tapi apalah arti aturan tersebut kalau kalau masih banyak tempat untuk berduaan.
Hapusseperti yang mbak khusna paparkan,aturan itu tidak akan berguna apabila pribadi seseorang belum sadar.. terutama untuk orang tua yang mengizinkan anaknya keluar malam diatas jam 10 bersama orang yang bukan muhrimnya..
terimakasih pendapatnya mbak :)
untuk tujuan baik dan memang sesuai syariat Islam tidak masalah ya
BalasHapustujuannya baik tapi belum tentu tepat ya mama cal-vin :)
HapusSebenarnya memang bagus ini aturannya namun dalam segi keselamatan kurang terjamin sich
BalasHapuslebih terjamin kalau berkendara sepeda motor mengenakan helm ya mas :)
HapusKita semua berharap Aceh tetep sesuai dg julukannya Serambi Mekah :)
BalasHapusharapan yang harus terus diperjuangkan mas.. semoga!!!
HapusOwh, itu merupakan adat ya bu tidak boleh duduk ngangkang :)
BalasHapusDikampus saya banyak cewe rata-rata ngangkang semua duduknya :D
yang miring bisa di hitung ya mas :D
HapusDuduk mengangkang itu...
BalasHapusGak salah kok. Malah justru buat keselamatan si perempuan ybs itu.
Aturannya..... terlalu berlebihan menurutku.
Menurutku yaa...
Pendapat boleh beragam-ragam dong hehehehe
Aku follow blogmu yaa. Follback sangat diharapkan.
boleh kok berpendapat,,kan memang ada dalam UUD 45 :D
Hapusoke,makasih pendapatnya..
Mungkin ada maksud tersembunyi dibalik fenomena ini.
BalasHapuskalo melihat peraturan ini, bisa jadi agar masyarakat di lhokseumawe jauh dari kata buka aurat...
bisa jadi begitu.. biar menjaga izzah si wanita itu sendiri mungkin ya.. :)
Hapuskarna belum terbiasa dengan duduk yang seperti perempuan jadi agak kaku kali ya
BalasHapustapi ya klo da biasa mungkin biasa aja :D
bisa karena biasa ya.. tapi kalau udah biasa tetap ga bisa gimana yaa :D
HapusKalo zaman-zaman yang lalu sih di daerah saya juga sama yang namanya perempuan kalo bonceng motor ya duduknya miring semenjak sekarang aja yang punya motor dah semakin bejibun ditambah lagi dari mulai anak SD aja dah pada bisa bawa sendiri, ya sekarang sih banyakan pada ngankang hehehe...paling juga yang biasa duduknya miring biasanya sih ibu-ibu tuh...Apalagi di Jakarta mbak tukang ojeknya aja banyak juga yang perempuan hehehe :D
BalasHapussaya belum pernah di jakarta ngerasain naik ojeg yg tukang ojegnya perempuan mas.. :D
HapusAssalaamu'alaikum wr.wb, mbak Yuli....
BalasHapusSatu peraturan yang diusahakan walaupun tidak menepati kehendak semua pihak, harus dipikirkan kebaikan dan manfaatnya saat itu. Sekurang-kurang nanti, setelah ada sedikit kesedaran, maka perlu diketatkan lagi mengikut syariat. Yang penting iman dan akidah yang pertama perlu dikukuhkan, baru mudah untuk menjalani syariat Islam. Selagi ada pengaruh jahiliah barat, selagi itu umat Islam tidak merdeka imannya. Ingatan yang baik untuk kita jadikan pedoman. Wallahu'alam.
Salam sejahtera dan salam Maal Hijrah 1435 dari Sarikei, Sarawak.
SITI FATIMAH AHMAD
waalaykumussalam w w mbak fatimah..
Hapussetuju mbak,,perlu ada kesadaran dak kefahaman individu itu sendiri. Bagaimanapun aturan dibuat sedemikian rupa untuk menjaga kehormatan wanita,namun jika dari dalam diri tidak mau menghormati diri sendiri sulit rasanya. terimakasih atas pendaapatnya mbak.. :)
Semoga niat baik pemerintah kota Lhokseumawe bisa terwujud dan bisa diterima oleh masyarakat, amin.... :)
BalasHapusaamiin.. semoga mas :)
Hapuskalau menurut sayah pribadi bagusan duduk ngangkang daripada duduk miring dikerndaraan bermotor, kalau yang duduk miring bisa nengok ke arah belakang, kalau duduk ngangkang susah kan nengok kebelakang... coba kalau di belakang ada cowok ganteng pasti yang mboncengin cemburu tuh... ehhehe
BalasHapuspengalaman ya mang,hehehe
Hapuspengalaman dulu waktu pacaran hehehe...
Hapustapi kalau cowok duduknya miring malah lucu yah....
Trims infonya dan salam kenal sekaligus mengundang untuk meramaikan launchingnya Direktori Blog Dofollow Indonesia terbaru di 2013 dengan cara mensubmit URL atau artikelnya.
BalasHapusAku juga memang kurang setuju ya, ada aturan tdk boleh duduk ngangkang diatas motor.
BalasHapussemoga aturannya bisa sesuai harapan ya mbak kebaikannya :)
HapusAamiiin, terserah pimrednya aja deh ^^
BalasHapusaamiin.. iya mas :D
Hapusbukannya kalau duduk miring malah susah ya pegangannya, hehe
BalasHapusaku sendiri ya, kalau misal bonceng orang duduknya miring jauh lebih susah bawanya, soalny gak imbang >.<
apalagi kalau jarak jauh dan lagi macet ya mbak :D
Hapussaya lebih nyaman mengenakan rok, jadinya tiap naik motor sekalipun lagi pakai celana panjang tetep aja bawaannya pengen duduk menyamping.. nice share
BalasHapussaya juga selalu mengenakan rok dan selalu pakai celana panjang tebal mbak,,tapi terbiasa duduk ngangkang kalo di sepeda motor apalagi ketika di jakarta yang di jalan bisa berjam-jam.. karena untuk keamanan dan kenyaman diri sendiri juga pengemudinya :)
Hapuskecuali ketika naik ojeg selalu miring,karena orang lain dan jarakpun dekat :)
Klo kata temen ane, cwe gak boleh ngangkang karena khawatir nanti masuk angin :P
BalasHapusperaturan disana memang ketat..
BalasHapusbagus juga ya mbak untuk wanitanya... ^_^
jaman sekarang mba banyak banget aturan tapi yang bikin aturan nya malah menyalah gunakan
BalasHapuskalau soal yang laen seh aku gak berani komen yak/. tapi kalau soal yang mengangkang aku gak setuju deh, soalnya gak nyaman banget kalau harus duduk menyamping, pakaian rawan buat nyangkut di motor, dan kalau turun dan naik rawan jatoh. Lebih enak dan aman ngangkang seh sebenarnya.
BalasHapusBagus juga yaaa peraturan di Aceh,.. lebih menggambarkan kalau Aceh adalah kota serambi mekah,, :)
BalasHapusbingung juga ya menentukan sisi baik atau tidaknya peraturan yang baru ini, semua mesti dilihat dr semua sudut pandang, klo dilihat dr etika mmg kurang bagus duduk mengangkang tp klo dilihat dr segi keamanan justru duduk seperti ini sangat bagus
BalasHapusdiindonsiakan beragam suku dan budaya jadi banyak sekali hukum dinegeri kita ini saodara
BalasHapusizin follow sama minta follbacknya gan
Setuju dengan mbak Yuli.
BalasHapusLagian duduk menghadap depan itu lebih aman lho. Orang kayak saya ini mudah jatuh kalo duduk menyamping. Heran saya susah seimbangnya kalo duduk menyamping, beda dengan duduk menghadap depan. Rasanya lebih mantap begitu, apalagi kalo bawa anak ...
tujuannya kn baik, jd kita positif thinking ajalah... sp tahu mereka mencoba menerapkannya dr hal-hal yg kecil dahulu, trus melebar ke hal2 yg lebih penting.
BalasHapussemoga.
*btw, follow sukses, mbak.
setuju ama artikelnya . . .
BalasHapuslebih bagus lagi kalo ada gambar nya :D:D:D:D . . . .
salam kenal ditunggu kunjungan baliknya . . .
aturan yang menghargai kodrat wanita, semoga hati setiap wanita disana jg tidak "ngangkang", bukan hanya sikap tubuh :)
BalasHapusHmm.. kapan ya ada provinsi berani bikin aturan: warga dilarang korupsi! :)
BalasHapus