Rabu, 28 Februari 2018

Yumi dan Arti Merindu

Lagi-lagi aku di tempat seperti ini. Tempat yang gelap, pengap dan sumpek. Selalu berdesak-desakan satu sama lain. Saling  berhimpitan dan harus rela menahan pegal karena tak bisa seenaknya bergerak. Dan seperti biasa, aku tidak mengenal sekelilingku. Asing. Aku sendiri. Hhhh...

Aku berusaha tenang dan berharap akan segera keluar dari tempat yang kubenci ini. Lalu memandang sekitar dan tersenyum penuh kebahagiaan karena berhasil menjamah negeri. Melihat kota-kota yang belum pernah aku sambangi. Keren! Indah! 

Aku termasuk beruntung. Sachi, yang sekitar satu tahun lalu aku bertemu dengannya di sebuah mall berlantai lima, selalu membawaku setiap hendak bepergian. Boleh dikatakan kami berjodoh. Sachi butuh aku, dan sebaliknya, aku bahagia dimiliki olehnya.

"sudah berapa lama kau dengannya?" suara wanita dari arah kanan mengagetkanku. Lembut dan santun.

"Oh.. Eh.. Aku? Sekitar satu tahun." aku tergugup.

Tetiba jantungku berdegup kencang. Aku tak biasa berbincang dengan wanita. Apalagi dengan jarak yang sangat dekat, dekat sekali. Tubuh kami saling menempel satu sama lain.


"Sudah kemana saja dengannya?" tanyanya lagi dengan senyum yang.. duh.. membuat hatiku kian tergoda.

"Mmm.. perkenalkan, aku Polo. Kamu siapa?" ruangan yang pengap ini seketika dingin bagaikan kutub. Tubuhku hampir menggigil.

"Aku Yumi, ini pengalaman pertamaku ikut terbang.. dan... a... aku takut... takut ketinggian!" 

Yumi makin mendekati tubuhku. Ia ketakutan. Dan Aaakkkk... seisi ruangan berteriak, semua goyang, kami kacau balau. Turbulensi membuat ruangan ini yang sejak tadi hening tetiba menjadi riuh.

Aku takut!
Ada apa ini?
Tahan! Tahan!
Aku pusing!
Gapapa gapapa!
Tenang!

Suara-suara ketakutan bermunculan. Kulihat wajah Yumi sangat tegang. Aku yang sudah terbiasa terbang, turbulensi menjadi hal yang wajar bagiku. Justru yang tidak wajar ketika aku menaruh hati kepada Yumi. Salahkah aku?

Ngiiikkk jegrek!

Pintu lambung pesawat dibuka. Aaahhh leganya. Rupanya kami sudah mendarat dengan aman. Aku dapat bernapas dengan lega. Oksigen mulai masuk ke ruangan ini. Segaaarrr.

Satu persatu dari kami dikeluarkan oleh porter. Diangkat kemudian ditaruh pada troli barang. Rasanya aku belum puas berbincang dengan Yumi. Ada hal yang ingin kusampaikan padanya.

"Yumi..!" aku berteriak saat tangan seorang porter mencengkeramnya lalu sekarang Yumi sudah berada di troli barang.

Yumi hanya menoleh, tersenyum lembut padaku. Aku menarik napas. Berharap bisa satu troli dengan Yumi. Paling tidak,kami sampai ke conveyor secara bersama. Namun takdir bicara lain. Yumi di troli depan sedang aku di belakang.

Mataku terus memperhatikan Yumi. Ia sudah sampai di conveyor duluan. Aku ingin mengatakan sesuatu padanya. Semoga masih bisa. Tuhan... Tolonglah aku!

Aaw.. Tidak!

"Sachi! Plis plis! Aku mau menemui Yumi dulu, plis Sachi!"

Aaarrrggh.. Sachi terus menggeretku.

"Yumi..! Hai Yumi! Kau dengar aku? Yumi..!!!" lagi-lagi, Yumi hanya menoleh dan tersenyum.

Sachi terus menggeretku.

***

Selama satu tahun aku selalu menemani Sachi bepergian. Tapi entah mengapa perjalan kali ini sungguh amat sangat berkesan bagiku. Yumi, si gadis koper berwarna toska, telah mengajariku tentang arti merindu. Kapankah aku bisa bertemu kembali dengannya?

#onedayonepost
#ODOPbatch5
#tantangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^