Sabtu, 08 Maret 2014

Beda Bukan Berarti Salah,kan...?

Apa kabar teman-teman semua? sepertinya sudah lama ya saya tidak menyapa teman-teman. Yah seperti yang lalu-lalu alasannya klasik,sibuk di dunia nyata. Kebetulan dari tanggal 9 februari - 23 februari kemarin,saya pulang kampung. Buat kami yang selama ini tinggal  jauh dari keluarga,kalau sudah ketemu keluarga rasanya dunia nyata itu benar-benar nyata. Suerr deh! Waktu 24 jam itu terasa amat singkat. Gak ada waktu untuk bersosmed. Saya pegang Hp hanya saat Hp berdering,selebihnya Hp hanya teronggok di atas meja rias di dalam kamar. Kalau Hp saja sudah dicuekin,bagaimana nasib laptop atau tablet yang biasa saya gunakan untuk ngeblog?  nasibnya ya baik-baik saja,masih utuh sampai detik ini. Hanya saja tab yang biasanya bertugas  menemani keseharian saya,kemarin
lebih sering menemani adik ipar untuk main game,hehe.

Pulang kampung kemarin sebenarnya tidak direncanakan,kebetulan sekali suami saya ada tugas di kantor pusat,Jakarta. Waw,saya langsung jingkrak-jingkrak begitu tahu suami ada tugas di kantor pusat. Artinya,kami bisa sekalian pulang kampung. Suami langsung ambil cuti,biar kami bisa liburan 2 minggu di Jakarta. Lumayaaann...

Untuk mengawali postingan saya hari ini,saya tidak cerita kemana-kemana saja saat liburan di Jakarta kemarin,nanti saja yang itu mah. Yang sekarang saya mau tulis disini,tentang cerita kemarin pagi ketika saya mengajak Athar keliling komplek.

Seperti biasa,pagi itu jam 9 saya mengajak Athar main di luar rumah. Athar naik sepeda roda tiganya,karena Athar belum bisa menggowes,maka saya dorong dari belakang. Kami keliling komplek sambil sesekali berhenti ketika ada ayam,kambing,sapi,burung,kucing,kupu-kupu atau apa saja yang menarik perhatian sambil mengenalkan nama-nama hewan apa saja yang sedang dilihat oleh Athar. Sedang asyik mengenalkan nama-nama hewan pada Athar,tiba-tiba ada seorang ibu-ibu dari dalam pagar rumahnya menegur kami, "Jalan-jalan ya? panas adeek..." sambil memicingkan mata kearah kami. Saya tersenyum dan menganggukan kepala, "iya ibuu.." kemudian kembali melanjutkan perjalanan. Setelah mendengar omongan ibu tadi,saya berpikir. Panas ya? kasian dong Athar. Tapi ini masih jam 9,jam 9 di Aceh loh. Yang subuhnya jam setengah 6. Yang matahari mulai memancarkan sinarnya jam setengah 8 kadang jam 8. Jam 7 disini masih teduh,ya memang sih sudah terang,tapi sinarnya belum berpancar. Jadi ya jam 9 disini panas mataharinya masih bagus,masih segar. Ditambah langit yang belum berpolusi udara. Beda jauh dengan langit Jakarta yang sudah ampun-ampun deh.

Langkah kaki saya mulai melemah,ah.. apa sebaiknya pulang saja ya. Di tengah kegalauan antara omongan ibu tadi dan keyakinan hati kalau panas matahari jam segini masih bagus,saya bertemu dengan ibu-ibu yang sedang asyik jalan bolak-balik di bebatuan yang tertata di depan rumahnya. Ibu itu menegur kami, "jalan-jalan ya adeek.. bagus ni jam segini panas mataharinya. Saya sengaja gak pakai sandal,kata dokter bagus jalan di batu-batu gini. Sudah rapi masak rapi nyuci,mending kita jalan-jalan ya biar kena sinar matahari". Jeng jeng! perkataan ibu ini membuat hati saya lega. Lega karena memang benar jam 9 di Aceh sinar mataharinya masih bagus. Kenapa sih saya kok ga ngajak Athar keluar rumah jam 7an gitu? Alasan saya,Athar baru bangun jam setengah 7. Saya enggan ngajak Athar main keluar rumah kalau belum rapi. Biar Athar  mandi dulu,makan dulu,nah.. kalau sudah ganteng dan kenyang baru deh main di luar rumah. Jadi Atharnya juga sudah segar,sudah siap menerima sinar matahari,gak masih nguap-nguap ataupun lemas. Saya pernah beberapa kali ngajak main Athar di luar rumah sambil nyuapin. Hasilnya,Athar malah gak mau makan. Athar sudah terbiasa makan duduk dan tidak sambil main. Ya ini kan pilihan saya,walaupun ada juga yang anaknya baru bangun tidur langsung dibawa keliling komplek. Orangtua pasti tahu mana yang baik untuk anaknya. Berbeda bukan berarti salah kan? :)


Dengan kejadian tadi,saya jadi teringat cerita tentang laki-laki dan keledai kalau tidak salah. Cerita lengkapnya saya tidak begitu hapal,intinya sih seperti berikut ini.

 Suatu hari,seorang bapak dan anak laki-lakinya akan menuju suatu tempat,mereka berkendara menggunakan satu keledai. Dalam perjalanan,mereka bertemu dengan seseorang. Seseorang itu lantas berkata,
 "Dasar manusia,tidak punya rasa kasihan terhadap hewan. Bapak dan anak dua-duanya naik keledai". 
Mendengar perkataan tadi,sang bapak akhirnya turun dari keledainya dan hanya si anak yang duduk di atas keledai. Mereka berjalan terus sampai tiba di suatu tempat mereka bertemu dengan seseorang yang berkata, 
"ih..anak durhaka,enak saja dia duduk di atas keledai sedangkan bapaknya berjalan kesusahan". 
Mendengar perkataan demikian,sang bapak akhirnya menyuruh si anak turun dari keledai dan sekarang sang bapak lah yang duduk manis di atas keledai. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Di suatu simpang,mereka bertemu dengan seseorang. Seseorang yang memandang mereka dengan sinis seraya berkata, 
"Orangtua yang kejam,enak-enakan duduk di atas keledai sedangkan anaknya berjalan dengan mandi keringat".
 Mendengar perkataan barusan,sang ayah turun dari keledainya dan mereka sepakat untuk sama-sama berjalan. Keledai hanya dituntun tanpa ada orang diatasnya. Mereka terus berjalan,tempat yang menjadi tujuan mereka sudah di depan mata. Mereka bertemu dengan seseorang yang memandang mereka dengan pandangan terheran-heran sambil berkata, 
"Bodoh sekali manusia ini,mempunyai keledai tapi tidak digunakan". 

Begitulah cuplikan ceritanya,salah melulu ya jadinya,hehe. Jadi saya berkesimpulan,lakukan saja apa yang saya yakini kalau memang itu benar. Bukan berarti tidak usah mendengarkan perkataan oranglain,tapi saya harus mampu menyaring mana yang benar dan mana yang kurang benar menurut saya :)

14 komentar:

  1. intinya tergantung paradigma masing-amasing dalam melihat suatu masalah, karena lain kepala lain pula fikirannya yah...yang penting tidak merugikan sih ngga papa kayanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju dengan kang El,selama ngga merugikan dan ngga dirugikan dan selalu ikhlas menghadapinya...beres.

      Hapus
  2. kadang indah itu karena beragam dan bukan karena seragam

    BalasHapus
  3. Anonim8/3/14

    Iya Mbak, masing-masing punya cara sendiri. Jadi lakukan sajalah yg menurut kita benar, tentu dgn berlandaskan pada hal-hal yg bisa dipercaya, hehe....

    BalasHapus
  4. Kalo saya sih ngga pernah dengerin kt orang mba .... hbsnya hayyu doyan jalan2 klo siang .. mski jam 12 siang tetep aja sy turuti.... kecuali kalo ada angin kenceng br deh sy ajk pulang

    BalasHapus
    Balasan
    1. hiyah...walupun hujan gede juga kalau hayu udah mo jalan tetep jalan jalan kan?...;o)

      Hapus
  5. Kalau gak salah, kalau sinar matahari jam 9 atau 10 itu bagus katanya hehe :D

    BalasHapus
  6. Setau saya sih mbak, jam 9 pagi sinarnya masih bagus, saya sering berjemur lho dari jam setengah 9 sampe jam 9, hehehe :D

    BalasHapus
  7. kena sinar matahari pagi bagus

    BalasHapus
  8. anget sehat... bagus buat tulang :D

    BalasHapus
  9. Yuppp , setuju sama judul ceritanya :)

    BalasHapus
  10. kadang orang lain seneng banget kalo ngomongin tntang kita yang aneh aneh tuh mbak, tapi kalo itu masi baik sih mbah ga usah didengerin omongan orang nya :D hihihi

    BalasHapus
  11. terimakasih banyak, informasinya bermanfaat.

    BalasHapus
  12. Betul mbak, lakukan yang kita yakini benar saja.. Apalagi yang menyangkut anak. Orang tua biasanya lebih tau yang terbaik buat anaknya.. :)

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^