Senin, 13 Januari 2014

Perjalanan Seorang Teman Menuju Pelaminan

Cerita ini adalah fakta dan tidak direkayasa hanya nama yang diubah. Semoga ada hikmah yang dapat kita petik dari cerita ini.

Tepatnya 8 bulan yang lalu,saya menerima undangan pernikahan dari salah seorang teman kantor suami saya,sebut saja Dion. Dion asli orang Bandung. Sama halnya dengan suami saya,Dion bekerja di Lhokseumawe karena memang ditugaskan dari kantor pusat. Dion adalah teman satu kampus dan satu angkatan dengan suami saya. 3 tahun Dion di Aceh,wajarlah kalau ia memiliki banyak teman berdarah Aceh. Sampai suatu ketika,
ia mulai tertarik dengan seorang wanita panggil saja Mayang. Mayang  adalah anak perempuan pertama di keluarganya. Ia cantik,ramah juga periang.

Singkat cerita,Dion memutuskan untuk menikah dengan Mayang. Segala persiapan sudah rampung,tinggal menunggu hari H (sabtu) saja. H-3 (rabu) Dion pulang ke Bandung untuk memboyong keluarga beserta handai taulannya ke Lhokseumawe,Aceh. Tidak tanggung-tanggung,Dion membawa 38 orang dari Bandung. Pastinya Dion sudah mempersiapkan keuangan secara matang,karena tiket pesawat Bandung-Medan (harga tiket lebih murah ke Medan dibanding ke Banda Aceh), bus Medan-Lhokseumawe (dari Medan dilanjut naik bus menuju Lhokseumawe) dan penginapan untuk keluarga besar (selama berada di Lhokseumawe) membutuhkan dana yang tidak sedikit tentunya.

H-2 (kamis) Dion beserta keluarga besar terbang ke Medan. Tak diduga,pakaian milik ibu Dion yang akan dikenakan saat prosesi ijab qabul tertinggal di Bandung. Duh.. bagaimana ini!!? Ibu Dion segera  menelpon keluarga yang ada di Bandung untuk meminta tolong mengirimkan pakaian miliknya dengan paket super kilat ke Lhokseumawe. Keluarga menyanggupi dan segera mengirim paket tersebut.

Dion dan rombongan tiba di Medan kamis malam. Mereka akan melanjutkan perjalanan naik bus ke Lhokseumawe. Waktu tempuh Medan-Lhokseumawe 8 jam. Diperkirakan akan sampai di Lhokseumawe H-1 (jumat pagi). Bus sudah siap berangkat,Dion dan rombongan sudah duduk manis di dalam bus. Bus mulai beranjak pergi meninggalkan terminal. Dalam kegelapan malam bus melaju dengan baik,tidak pelan tidak juga kencang. Perjalanan baru menginjak 2 jam tiba-tiba braakkkk bus oleng sedikit,terdengar teriakan penumpang dari dalam bus. Bus mengalami kecelakaan,bertabrakan dengan truk pengangkut sawit. (jalan lintas Sumatera memang dipadati dengan truk pengangkut sawit). Kaca depan bus pecah,bodi samping kanan bus remuk sedikit. Untunglah penumpang tidak ada yang terluka,semuanya selamat,Alhamdulillaah.

Perjalanan menuju Lhokseumawe akhirnya tertunda. Rombongan yang semula diperkirakan akan tiba hari jumat pagi ternyata baru tiba di Lhokseumawe hari sabtu jam 2 dini hari. Tak terbayang bagaimana dag dig dugnya Dion sang calon pengantin karena baru tiba di Lhokseumawe 6 jam sebelum jadwal prosesi akad nikah dilangsungkan. Ya,jam 8 adalah waktu akad nikah yang tertera di kartu undangan.

Hari sabtu,hari H pernikahan. Tepat jam 7 pagi,paket pakaian milik ibu Dion sampai di Lhokseumawe. Ibu Dion bergegas berpakaian. Dengan amat sangat cepat,ibu Dion menuntaskan dandanannya di jam 07.40. Masih ada waktu 20 menit lagi dengan waktu akad nikah yang sudah dijadwalkan. Akan tetapi Pernikahan bukan dilangsungkan di Lhokseumawe,tapi di Lhoksukon,tempat tinggal Mayang. Lhokseumawe hanya kota tempat Mayang bekerja dan berkenalan dengan Dion. Waktu tempuh Lhokseumawe-Lhoksukon sekitar 1 jam. Itu artinya sudah jelas Dion dan rombongan akan telat tiba di Lhoksukon.

Rombongan sudah siap untuk berangkat. Namun Dion terlihat cemas. Ada apa gerangan? Astaga... mobil pengantin yang disewa untuk mengantarkan sang calon pengantin ke Lhoksukon tidak bisa datang dengan alasan yang tidak jelas. Akhirnya Dion naik bus bersama rombongan. Tak apalah,tidak ada yang salah jika calon pengantin naik bus. Dion dan rombongan tiba di Lhoksukon jam 09.30. Itu artinya ia telat 1,5 jam dari waktu yang dijadwalkan. Tapi nampaknya semua memaklumi,keluarga besar calon pengantin wanita menerima kedatangan keluarga Dion dengan ramah.

Hari sabtu jam 10 pagi,akad nikah dilangsungkan. Ayah Mayang menggenggam erat telapak tangan Dion,Dion dengan sedikit grogi menggenggam mantap telapak tangan ayah Mayang. Setelah ayah Mayang selesai membacakan ijab,kemudian qabulpun diucap oleh Dion "Saya terima nikah dan kawinnya ×××× binti ××××× dengan mas kawin emas seberat 20 mayam dibayar tunai". Aaah... lega hati saya mendengar Dion mengucap qabul dengan lancar tanpa tersendat. Sayapun mengucap hamdalah dalam hati dan tersenyum,akhirnya Dion dan Mayang resmi menjadi sepasang suami istri yang berbahagia hari ini. Tapi... hah??? apa???!! ijab qabul tadi batal?? gak sah??? kok bisa??? mata saya mendelik mengamati Dion sedang diajari ulang cara melafadzkan ijab qabul yang benar oleh Teuku yang bertindak sebagai saksi dari pihak wanita. Hati saya tiba-tiba pedih,adakah yang salah dengan pengucapan Dion tadi?

ijab qabul yang kedua dilakukan,masih salah. Kali ini Dion mencoba ijab qabul yang ketiga,salah juga. Sesak di dada saya,saya bukan siapa-siapa dari mereka,tapi saya merasakan bagaimana si calon pengantin wanita ini cemas mendengar ijab qabul tiga kali dibacakan tapi dibilang selalu salah oleh Teuku dari saksi pihak wanita. Adakah pernikahan ini di persulit karena Dion dan Mayang bukan satu suku? Adakah 
pihak dari perempuan tidak suka dengan Dion karena Dion orang Bandung? Karena saya sempat mendengar Teuku itu berkata "Ah..payah pakai bahasa indonesia". Apakah beliau menginginkan ijab qabul dengan bahasa arab? Lalu apakah salah dan menjadi tidak sah bila ijab qabul menggunakan bahasa indonesia?


Ijab qabul diulang untuk yang keempat,Dion menjadi grogi akhirnya salah. Ijab qabul kelima dibacakan,masih tetap salah menurut Teuku.
"Saya terima nikah dan kawinnya ××××× putri bapak untuk saya,dengan mas kawin emas seberat 20 mayam dibayar tunai".. begitulah ijab qabul ke enam yang langsung dianggukan oleh Teuku tadi. Alhamdulillaah... akhirnyaaa.... resmi sudah mereka menjadi suami istri,saya tak henti-henti mengucap syukur. Mata ini berkaca-kaca melihat perjuangan Dion dari awal hendak menikah sampai tuntas ijab qabul. Sungguh perjalanan yang luar biasa,pasti Allah sedang mengajarkan sesuatu untuk Dion.



Baju ibunya Dion ketinggalan di Bandung,kecelakaan bus yang dialami oleh rombongan,mobil sewa pengantin yang tiba-tiba tidak bisa datang saat hari H,dan ijab qabul yang harus diulang sampai enam kali. Semua itu pasti ada hikmahnya.

Sekarang,Mayang sedang hamil menginjak bulan ke lima. Semoga Mayang dan janin yang dikandungnya selalu sehat. Melahirkan lancar tanpa kurang satu apapun..aamiin...

32 komentar:

  1. selamat menempuh hidup baru kepada temannya yang sudah ke pelaminan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat menempuh hidup baru, perjuangan baru, dan selamat menikmati...

      Hapus
  2. Betul-betul perjuangan cinta yang luar biasa ya mbk
    salam buat calon bapak dan calon ibu ya mbk

    BalasHapus
  3. Anonim13/1/14

    wah senangnya... pasti semuanya dalam menjalani hidup semakin mendamaikan dan tenang. Karena udah menikah :)

    BalasHapus
  4. Selamat menempuh hidup baru :)

    BalasHapus
  5. Inspiratif.. di daerah saya juga sering kaya begitu... biasannya yang sering mempersulit itu dari keluarga wanita. Secara pribadi saya Alhamdulillah lancar dengan sekali lafaz. Beda dengan adik saya yang mirip kisah nya dengan Dion diatas. Dulu tu ingin sekali rasanya saya tonjokin tu hidung orang yang suka bikin bertele-tele terhadap penikahan adik saya dengan wanita pilihannya.. orang yang mau nikah, kok dia yang ribet, padahal itu cuman sekedar lafaz, yang urgensinya justru ada di pihak si wali..

    Tapi ya udahlah, yang penting mereka udah jadi.. ^_^

    BalasHapus
  6. penuh perjuangan

    kesakralan ijab qabul debebrapa tempat malah kadang jadi bahan guyonan yg gak bermanfaat, ijab qabul gak serumit itu, bahkan dibacakan dg jawabn ya sdah cukup..

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mas. Agama itu mempermudah, hanya kadang adat yg mempersulit...

      Hapus
    2. ini berkaitan dengan perjalanan hidup seseorang ya ?

      Hapus
    3. group gemblung pada ngumpul.. wekekekek...

      Hapus
  7. Akhirnyaaaaaaa sah juga ya mbak, memang kalau grogi sudah dibendung hehehe

    BalasHapus
  8. perjuangan dion sungguh berat ya kak

    BalasHapus
  9. Ikut deg-degan pas baca ini, akhirnya sah juga!
    perjuangannya itu loh mengharukan sekali mba :')

    BalasHapus
  10. Anonim14/1/14

    Subhanallah... Subhanallah... Luar biasa sekali perjuangan Mas Dion.... Insya Allah nggak sia-sia. Semoga mereka menjadi keluarga Samara, aminnn....

    BalasHapus
  11. Kisah yang sangat menginspirasi, semoga mempelai lain meniru perjuangan Dion yang pantang menyerah ^^

    BalasHapus
  12. semoga berbahagia selama-lamanya

    BalasHapus
  13. Wah sebuah perjuangan yang berat ya mbak... Semoga langgeng dan bahasia selamanya :)

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah sukses, tadi bacanya jg ikut deg degan penasaran.. Jadi gak nih, jd gak nih? Hehehe

    salam silaturahmi :)

    BalasHapus
  15. Ayo, ayo yg belum akad nikah latihannya dari sekarang, biar gak grogi... Wh-haa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Pri mau nambah nih kayanya. hehehe..

      Hapus
  16. wahh mantep banget perjuangannya, kirain saya dari majalengka bawa keluarga besar ke lampung itu udah paling jauh :P

    perjalanan darat 2 hari juga sama, tapi alhamdulillah gak banyak halangan seperti mas dion

    BalasHapus
  17. perjuangan yang berat,mudah2an lancar juga kehamilannya ya. btw mayam itu apa ya mbak?

    BalasHapus
  18. semoga saja ini sebagai ujian bagi mempelai pria, dan semoga sehari-harinya selalu berperilaku baik. alhamdulillah dulu saya pakai bahasa arab dan saya tau artinya serta paham. 10 detik selesai..
    hehehe

    BalasHapus
  19. wah bacanya jadi ikut larut dalam suasana nih mba..penuh perjuangan yang akhirnya berbuah manis...semoga menjadi kelaurga sakinah mawaddah dan wa rahmah......

    BalasHapus
  20. yang penting sudah sah ... semoga sakinah mawaddah warahmah ya ...

    BalasHapus
  21. yang mau kepelaminan wajib baca ini... ups saya dah baca sampai habis, nanti malah pengen ke pelaminan ... hahahah

    BalasHapus
  22. Banyak sekali rintangan yang harus di alami calon pengantin ya mbk sebelum melakukan akan nikah...salut

    BalasHapus
  23. Anonim19/1/14

    Cerita menginspirasi cuy
    hehe

    BalasHapus
  24. perjuangan banget ini sih yaa. makany kalau disini (bogor) mnjelang hari H pengantin th gak boleh kmn2, takut ada apa2 :)

    BalasHapus
  25. bukan masalah yang harus di selesaikan tapi proses yang harus di jalani...

    BalasHapus
  26. Anonim26/1/14

    38 orang dari bandung ke medan.... kenapa ngga bawa jet sendiri aja, kayak lady gaga gitu
    hwekeekekee :D

    BalasHapus
  27. kok pengantin prianya nggak di kliatin ? penasaran saya kok bisa sampai ijab 6 kali baru di anggap sah.. :)

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^