Kasus 1
Sebut saja Bulan dan Bintang,mereka sedang asyik duduk di bawah pohon mangga sambil menikmati semangkuk es buah dan sepiring rujak. Di bawah pohon mangga ini biasanya mereka saling curhat,berdiskusi atau sekedar duduk-duduk mengamati jalannya pertandingan bola yang sedang berlangsung di lapangan tak jauh dari tempat mereka berada.
Bulan: "Bintang,kamu pilih jurusan apa nanti pas SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru)?"
Bintang: "Teknik Elektro ITB pilihan pertama,yang keduanya farmasi UI. Kalo kamu?"
Bulan: "Wah,,keren.. itu mah jurusan bergengsi. Kalau aku mah IPB aja.. ga mau yang terlalu tinggi,realistis aja dengan kemampuan".
Bintang: "Loh.. kalau kita mampu kenapa enggak, Hidup harus optimis loh.. dengan optimis maka kita akan terpacu,menjadi semangat dan ada usaha lebih untuk mencapai keinginan kita".
Bulan: "Aku ga mau muluk-muluk,lebih suka yang realistis aja lah.."
Bintang: "Teknik Elektro ITB pilihan pertama,yang keduanya farmasi UI. Kalo kamu?"
Bulan: "Wah,,keren.. itu mah jurusan bergengsi. Kalau aku mah IPB aja.. ga mau yang terlalu tinggi,realistis aja dengan kemampuan".
Bintang: "Loh.. kalau kita mampu kenapa enggak, Hidup harus optimis loh.. dengan optimis maka kita akan terpacu,menjadi semangat dan ada usaha lebih untuk mencapai keinginan kita".
Bulan: "Aku ga mau muluk-muluk,lebih suka yang realistis aja lah.."
Kasus 2
Abdul dan Obi sedang duduk di beranda masjid,terjadilah percakapan diantara keduanya.
Abdul: "Obi,kapan kamu nikah?ingat umur semakin hari makin tua loh"
Obi: "ya aku maunya secepatnya,tapi mau gimana jodohnya belum datang"
Abdul: "Usaha Bi,jodoh ga datang dengan sendirinya"
Obi: "Aku udah usaha,tapi Alloh memang belum ngizinin aku ketemu sama jodohku. Mau gimana lagi? nanti kalau sudah waktunya juga bakal ketemu. Yakin aja,jodoh dan rezeky sudah ada di tangan Alloh dan ga akan tertukar".
Abdul: "Bi,coba kamu renungkan. Usaha apa aja yang udah kamu lakukan? jodoh dan rezeky memang di tangan Alloh, tapi kita di wajibkan ikhtiar. Jodoh dan rezeky ga datang dengan sendirinya,harus kita jemput. Jemput dengan rasa optimis dan ikhtiar yang kuat".
Obi: "realistis aja,mau jungkir balik tapi kalau Alloh belum berkehendak ya ga akan terjadi".
Abdul: "Obi,kapan kamu nikah?ingat umur semakin hari makin tua loh"
Obi: "ya aku maunya secepatnya,tapi mau gimana jodohnya belum datang"
Abdul: "Usaha Bi,jodoh ga datang dengan sendirinya"
Obi: "Aku udah usaha,tapi Alloh memang belum ngizinin aku ketemu sama jodohku. Mau gimana lagi? nanti kalau sudah waktunya juga bakal ketemu. Yakin aja,jodoh dan rezeky sudah ada di tangan Alloh dan ga akan tertukar".
Abdul: "Bi,coba kamu renungkan. Usaha apa aja yang udah kamu lakukan? jodoh dan rezeky memang di tangan Alloh, tapi kita di wajibkan ikhtiar. Jodoh dan rezeky ga datang dengan sendirinya,harus kita jemput. Jemput dengan rasa optimis dan ikhtiar yang kuat".
Obi: "realistis aja,mau jungkir balik tapi kalau Alloh belum berkehendak ya ga akan terjadi".
Kedua kasus diatas hanya secuil cerita dari banyak kisah yang terjadi dalam kehidupan kita. Agaknya rasa optimis harus dibarengi oleh keadaan yang realistis. Aku sendiri terbilang sulit untuk melakukan kedua hal tersebut secara bebarengan. Kadang hati begitu optimis tapi keadaan mendukung untuk berpikir lebih realistis.
Optimis = yakin
Realistis = sesuai kenyataan
Teringat perkataan seorang teman, bahwa optimis lebih cenderung memaksa keadaan untuk ‘tunduk’ pada
harapan, cita-cita dan keinginan kita. Kalau realistis,
harapan kita lah yang justru dipaksa untuk ‘tunduk’ pada keadaan. Tentunya jika kita optimis,kita akan mengupayakan apa yang menjadi tujuan kita walau harus berdarah-darah, jatuh bangun, menjerit, berteriak, menangis, tertawa ga jelas, dan kadang frustasi.
Oke,Yang terpenting bukan hanya apa yang kita perkatakan, namun lebih dari itu adalah tindakan kita. Sebab kesuksesan & keberuntungan hanya akan berpihak kepada mereka yang telah menabur benih – benih
kesuksesan yaitu dengan disiplin, bekerja keras,
semangat yang tak pernah padam sekalipun oleh
kegagalan karena mereka percaya bahwa kegagalan
adalah sahabat setiap orang sukses.
Jadi,pilih optimis atau realistis? :)
berdoa sambil berikhriar ya
BalasHapustepat sekali mama cal-vin :)
Hapussatu kasus bagi saya, saya gagal karena terlalu optimis padahal jurus-jurus sukses sudah di tangan. Saya kurang realistis dalam menerapkan strategi (jurus) tersebut, seberapa mampu jurus tersebut ampuh. Saya menihilkan mengukur kemampuan pribadi saya. dan anehnya saya gagal tidak langsung bangkit, tunggu beberapa saat baru saya bangun dari gagal, bahkan saya tinggalkan sama sekali (gagal di satu sisi) bangkit di sisi yang lain.
BalasHapusjadi memang keduanya tidak dapat dipisahkan ya mas. Kita harus optimis yang realistis sepertinya..
Hapuskalau terlalu optimis juga ndak baik, katanya lho ..
Hapushehe
kalau kata orang,jangan terlalu pe-de dulu,hehe
HapusKeduanya sepertinya tidak bisa terpisahkan, harus optimis tapi realistis juga, ada istilah bagaikan pungguk meindukan bulan,
BalasHapusOptimis tapi realistis bisa meminimalisir kekecewaan jika gagal nantinya
semua pilihan pasti ada resikonya baik ataupun buruk.kecewa bila gagal bisa dimaklumi ya,tapi jangan sampai terpuruk. terimakasih pendapatnya..
Hapuskakak termasuk yang mana,Optimis atau pesimis? Kalau dari komentar kakak di situsku, kakak kelihatannya pesimis ya?
BalasHapussaya lebih suka yang realistis mas. nah loh.. adakah tulisan saya disini tentang pesimis?
Hapussaya juga tadinya sudah optimis mau kuliah eh kenyataannya malah langsung kuli heheeh...
BalasHapusbiar kuli asal jadi orang kaya ya mang,hehehe
Hapusmang yono kan jadi juragan timun mbak
Hapusasik donk,mudah2an makin maju bisnisnya.. :D
Hapustapi ndak ada timun mas seperti didongeng itu... timun dibelah dalemnya putri ehheeh
HapusKalau saya mah masuknya ke oportunis rada-rada kapitalis, tapi insya Allah tetep Islamis. Hehe.
BalasHapusEh salam kenal ya mbak. :D
yang penting islamis ya mas,hehe.
Hapusterimakasih sudah berkunjung kesini :)
kalau saya mungkin memilih harus tetap optimis dan berusaha sekuat tenaga...setelah itu dilakukan baru realistis akan hasil dan tawakal. karena optimisme tanpa dibarengi kerja keras mungkin sama saja boong kan..
BalasHapusSeperti jodoh ditangan Tuhan, kalau ga dijemput ya jodohnya mungkin akan ditangan Tuhan terus....dan tentunya cara kita menjemputnya akan berbeda-beda. Begitu mungkin mbak kalau saya
optimis nomor 1 ya mas,setelahnya liat keadaan.. yang penting usaha dulu yang dijalani. oke makasih masukannya mas :)
Hapusbagi saya optimis itu harus...dan realistis itu adalah menerima hasil bagus atau buruk yang kita dapatkan dengan suka cita, setelah melakukan usaha yang maksimal dengan rasa optimis....salam :-)
BalasHapusartinya menyadari apapun hasil yang kita peroleh ya mas. Baik,,Terimakasih pendapatnya ;)
Hapusoptimis harus, tapi klo udah gak realistis bisa di sebut over expectation kali yak
BalasHapusoptimis harus dibarengi dengan pengetahuan tentang kemampuan diri sendiri kan ya kakak
semangat kak
sek sek.. mau sekalian komen pake url blog ku
Hapussetuju sekali mas,mengetahui dan mengukur kemampuan bisa menyadari diri untuk berpikir sejauh mana impiannya. oke,terimakasih masukannya :)
HapusPinginnya sih dua2nya selalu berdampingan. .. :)
BalasHapusSuka realistis yang optimis. . .Hahahaha
nampaknya keduanya memang pasangan serasi ya mbak,ga akan bisa dipisahkan :D
Hapusmakasih opininya :)