Alhamdulillaah...
Setelah 10 bulan rehat dari ngeblog akhirnya bisa nulis lagi di blog sederhanaku ini. Kangen euy... ^_^
Apa sih yang membuat aku tiba-tiba semangat lagi untuk ngeblog? hmm.. mau ikutan GAny mbak Evi pastinya,lumayan kan bisa ikut meramaikan sekaligus menambah ilmu setelah membaca tulisan dari para pesertanya..hihihi.
Apa sih yang membuat aku tiba-tiba semangat lagi untuk ngeblog? hmm.. mau ikutan GAny mbak Evi pastinya,lumayan kan bisa ikut meramaikan sekaligus menambah ilmu setelah membaca tulisan dari para pesertanya..hihihi.
Kalau ditanya,kenapa 10 bulan absen dari ngeblog?? Jawabnya singkat.
Ya, singkat karena memang hanya satu jawabanku,yaitu "sibuk". Sibuk
mengurus anakku yang saat ini berusia 8 bulan. Sibuk karena aku hanya
seorang diri mengurusnya ketika ayahnya bekerja. Sibuk karena waktuku
habis menemani kesehariannya yang kian lama kian lincah. Sibuk karena
semua urusan rumahtangga berada di tanganku. Sibuk..sibuk..dan sibuk
adalah stempel kata di dahiku. Sampai-sampai make-up dan sisiran yang
kata kaum hawa wajib hukumnya akupun tidak sempat. Ini beneran loh...
Suwerr deh o_O
Lalu,aku muncul kembali dengan segala curahan hati yang tertulis
bukan sebagai puisi,tapi cerita untuk berbagi. Yang terinspirasi setelah
membaca Sudahkah Saya Menjadi Ibu Yang Baikdari jurnalnya mbak Evi.
Girang banget pas nemu tulisan ini. Inilah saatnya aku meluapkan semua
yang ada di pikiranku. Tentu saja bukan untuk menggurui,tapi untuk
berdiskusi :)
Aku seorang ibu yang baru memiliki satu anak berusia 8 bulan. Mengutip dari tulisan mbak Evi.
" Menjadi ibu yang baik dalam masyarakat kita lebih pada kondisi psikologis. Pada
tanggung jawab dan pada peran yang dimainkan saat menjalankan tanggung jawab itu".
Aku tertunduk malu. Malu pada diri sendiri. Sering kali hati ini mengeluh karena peluh yang membanjir. Ingin rasanya teriak dikala raga telah remuk.
" Menjadi ibu yang baik dalam masyarakat kita lebih pada kondisi psikologis. Pada
tanggung jawab dan pada peran yang dimainkan saat menjalankan tanggung jawab itu".
Aku tertunduk malu. Malu pada diri sendiri. Sering kali hati ini mengeluh karena peluh yang membanjir. Ingin rasanya teriak dikala raga telah remuk.
Karena apa? Karena aku masih berharap ada yang menemaniku saat
ini,setidaknya seseorang yang membantuku. Bukan.. Bukan baby
sitter,karena aku jelas-jelas tidak ingin anakku diasuh oleh orang lain.
Aku hanya butuh seseorang untuk membantuku mencuci,menyetrika dan
memasak.
"Kalau sudah jadi ibu ya pasti capek".
Kata-kata itu selalu melekat indah di benakku. Seolah menjadi ibu rumah tangga itu suatu pekerjaan yang melelahkan,menjenuhkan bahkan kalau perempuan yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga itu tidak memiliki pendidikan tinggi. Pernah berpikir,lebih baik aku menjadi wanita karier yang tiap bulan punya penghasilan sendiri,yang tak perlu pusing karena harus putar otak untuk membuat menu sehari-hari,yang ketika pulang dari kantor makanan sudah tersusun rapih di meja makan karena semua pekerjaan selesai oleh asisten rumah tangga. Rumah bersih dan aku tinggal istirahat saja. Beres! Toh aku lulusan Universitas Negeri ternama di Indonesia. Sangat mudah bagiku untuk mendapatkan pekerjaan.
Kata-kata itu selalu melekat indah di benakku. Seolah menjadi ibu rumah tangga itu suatu pekerjaan yang melelahkan,menjenuhkan bahkan kalau perempuan yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga itu tidak memiliki pendidikan tinggi. Pernah berpikir,lebih baik aku menjadi wanita karier yang tiap bulan punya penghasilan sendiri,yang tak perlu pusing karena harus putar otak untuk membuat menu sehari-hari,yang ketika pulang dari kantor makanan sudah tersusun rapih di meja makan karena semua pekerjaan selesai oleh asisten rumah tangga. Rumah bersih dan aku tinggal istirahat saja. Beres! Toh aku lulusan Universitas Negeri ternama di Indonesia. Sangat mudah bagiku untuk mendapatkan pekerjaan.
Tapi itu dulu.. sebelum aku menyadari bahwa semua yang kita miliki
adalah anugerah yang luar biasa yang harus kita jaga dan rawat sebaik
mungkin.
Dimana peranku sebagai ibu jika semuanya selesai oleh asisten rumah
tangga? Dimana kewajibanku mendidik,bermain dan belajar bersama anakku?
Dimana hak anakku untuk merasakan kasih sayang dan kedekatan bathin
dengan ibunya? Cukup adil kah aku memiliki penghasilan besar,yang
penghasilannya 40% justru untuk membayar asisten rumah tangga tapi
anakku kehilangan waktu bersama ibunya?
Karena itu pula aku setuju jika padausia 7 tahun ke bawah seperti yang
dikatakan Ali bin Abi Thalib,
“jadikananak seperti raja”,
dididampingi, dimuliakan, diberikan perhatian penuh.
Aku juga setuju jika ada orangtua mengatakan
“saya tidak akan pernah menitipkan anak pada siapapun, karena tidak ada yang
lebih baik dari orangtua sendiri”.
dikatakan Ali bin Abi Thalib,
“jadikananak seperti raja”,
dididampingi, dimuliakan, diberikan perhatian penuh.
Aku juga setuju jika ada orangtua mengatakan
“saya tidak akan pernah menitipkan anak pada siapapun, karena tidak ada yang
lebih baik dari orangtua sendiri”.
Bukan berarti semua ibu yang bekerja tidak dapat menikmati
kebersamaan dengan anaknya. Bukan pula tak boleh atau salah jika
menitipkan anak pada kakek neneknya bahkan baby sitter. Hanya saja
alangkah lebih baik jika anak diurus sendiri oleh ibunya. Dibentuk
sendiri oleh ibunya. Karena,seorang ibu tidak sekedar menjaga,tapi ia
juga akan menstimulasi anaknya. Mungkin ada yang
bertanya,"Lantas,bagaimana jika saya bekerja? Mau di titipkan pada siapa
anak saya jika kakek nenek atau baby sitternya hanya bertugas menjaga
dan tidak menstimulasinya?"
Ini persis seperti orangtua yang khawatir anaknya sakit jika hujan-hujanan. Apakah air hujan itu yang menyebabkan anak sakit? Tanya dokter manapun, bukan hujan yang menyebabkan anak sakit tapi masalah kekebalan tubuh anak yang tengah lemah dan kebetulan hujan-hujanan itulah yang menyebabkan anak sakit. Jika hujan dapat menyebabkan sakit, pastilah semua orang yang kena hujan akan sakit! Tapi apakah semua orang yang kena hujan pasti sakit? Tidak bukan?
Bukan seperti itu. Malah Aku kagum jika seorang ibu bekerja dapat menyelesaikan semua urusannya. Kantor siph,rumah oke,anak pintar! ;)
Ini persis seperti orangtua yang khawatir anaknya sakit jika hujan-hujanan. Apakah air hujan itu yang menyebabkan anak sakit? Tanya dokter manapun, bukan hujan yang menyebabkan anak sakit tapi masalah kekebalan tubuh anak yang tengah lemah dan kebetulan hujan-hujanan itulah yang menyebabkan anak sakit. Jika hujan dapat menyebabkan sakit, pastilah semua orang yang kena hujan akan sakit! Tapi apakah semua orang yang kena hujan pasti sakit? Tidak bukan?
Bukan seperti itu. Malah Aku kagum jika seorang ibu bekerja dapat menyelesaikan semua urusannya. Kantor siph,rumah oke,anak pintar! ;)
Sekarang,aku sangat menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga. Tidak
ada lagi kata mengeluh. Sudah tidak ada lagi rasa iri kepada ibu-ibu
yang berpendidikan tinggi yang memutuskan untuk bekerja. Semua adalah
hak masing-masing individu. Kalau aku,lebih nyaman seperti ini. Aku
dapat mengamati setiap perkembangan anakku. Mengetahui apa yang
diinginkannya dan memberi apa yang dipintanya. Penantianku selama satu
tahun itu tidak akan ku sia-siakan. Ya,satu tahun setelah menikah aku
baru hamil. Anugerah yang sangat sangat luar biasa memang ketika aku
bisa merasakan kehamilan,melahirkan sampai membesarkannya. Sesuatu
banget deh ;)
Aku akan berusaha,belajar dan terus belajar agar dapat menjadi ibu
yang baik. Ibu yang cerdas. Ibu yang menjadi teladan bagi anak-anaknya
kelak. Ibu yang selalu ada untuk tempat bertukar pikiran. Ibu yang
selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Agar anak-anakku bangga
mempunyai ibu seperti aku.. Aamiin... ^,^
Tulisan ini diikutsertakan pada First Give Away Jurnal Evi Indrawanto
kebayang sampe ngga sempet sisiran ya mbak, hahaha...
BalasHapussemoga kesampaian jadi ibu yang biak....
ekspresi anaknya lucu sekali mbak,
Aamiin.. Mkasih yaa.. :)
HapusJadi ibu yang sibuk tak hanya menguras energi fisik tapi juga batin. Kita ingin semua yang terbaik untuk anak soalnya..Maka demi kesejahteraan dia apa juga kita lakukan. Walau capek dan tulang remuk setengah mati, saat dia menangis atau kelaparan karena belum makan, kita takan mungki bisa beristirahat dengan tenang. Rasa bersalah memanggil-manggil..Tapi melihat anaknya yang cakep dan sehat begini, aku yakin Mbak Yulita memenuhi syarat disebut ibu yang baik.
BalasHapusMakasih ya Mbak :)
Aamiin mbak Evi.. Makasih ya mbak :)
HapusSaya akan terus belajar mbak.. Dan harus yakin!
Yakin bisa menjadi ibu yang baik..hehehe
Subhanallah itu foto putra apa putri bunda..... Lucu banget
BalasHapusSemoga saja nanti kalo udah besar bisa nurut sama kedua orang tuanya bisa menjadi anak yang sholehah dan bisa buat kedua orang tuanya bangga :)
Niche blog
Putra bung irfan.. :D Aamiin.. Makasih ya.. Semoga kelak anak bung irfan juga bisa membanggakan ortunya..aamiin :)
HapusPutra bung irfan.. :D
BalasHapusAamiin.. Makasih ya.. Semoga kelak anak bung irfan juga bisa membanggakan ortunya..aamiin :)
Saya rasa keputusan anda sangat tepat kok mbak.. Tak lagi iri dan peduli dengan ibu-ibu lain yang bekerja, sedangkan anda berijasah tinggi. Sebab menurut saya ijasah tinggi itu juga bukan jaminan kok seorang wanita akan mempunyai skill yang tinggi pula dalam mengasuh anaknya
BalasHapusterima kasih sudah turut menyemarakkan GA mbak Evi.. sudah tercatat sebagai peserta ya
Makasih bapak juri..hehehe
Hapus