Ga tau kenapa rasanya pagi ini hati begitu sakiiiiit sekali sesudah baca berita dan komentar-komentarnya di sini..
Rasanya mau nangis... Apa mereka tahu kehidupan kami seperti bagaimana. Apa mereka mau berempati dan bersimpati jika mereka tau yang sebenarnya. Mereka hanya tahu nama itu. Nama yang telah meluluh lantahkan pekerjaan seorang abdi negara. Mereka hanya bisa mengucilkan betapa bejatnya bekerja pada bidang itu. Yang mereka tahu,,semua pegawai yang bekerja pada bidang itu sama dengan orang yang sudah mereka kenal. Yang mereka tahu,orang yang bekerja pada bidang itu sangat sejahtera dengan uang hasil korupsi. MASYA ALLAH.... perih rasanya,pedih hati ini.
Apa mereka tahu,seberapa besar beban dan tanggung jawab seorang yang bekerja pada bidang itu. Apa mereka merasakan hidup di kota yang kecil tanpa sanak saudara. Apa mereka merasakan rindu dengan orang-orang tercinta terhalang dengan lautan. Apa mereka merasakan bahwa gaji yang kami terima harus kami sesuaikan dengan kebutuhan hidup di kota dimana kami ditempatkan. Apa mereka merasakan ketika harus lembur sampai tengah malam. Apa mereka merasakan ketika orang yang dicintai ingin pulang kampung untuk bertemu keluarganya tiba-tiba meninggal dunia dalam perjalanan pulang. Apa mereka merasakan sedihnya ketika anaknya meninggal dunia karena tidak bisa bayar biaya operasi. Apakah mereka merasakan itu semuaaa??????? Apakah mereka merasakan????
Tolong wahai yang masih punya hati nurani. Buka mata hati kalian! Jangan hanya ikut-ikutan mendeskripsikan yang kalian tidak tahu. Tolong jaga bicara kalian! Karena ucapan kalianlah yang mencerminkan siapa kalian.
TIDAK SEMUA orang yang bekerja pada bidang itu seperti orang yang kalian kenal. Masih banyak pegawai yang memiliki integritas tinggi,hanya saja mereka-mereka yang jujur tidak pernah terpampang di media. TIDAK PERNAH ADA DI MEDIA. Yang selalu diberitakan hanya berita yang negatifnya saja dan terkesan memprovokasi.
Tolonglah,,,buat apa saling menghujat. Kita tidak akan pernah tahu kehidupan dari masing-masing orang. Masing-masing orang memiliki beban hidup dan tanggungjawab yang berbeda. Masing-masing orangpun memiliki sifat dan pikiran yang berbeda dalam menanggapi suatu masalah. Maka dengan sangat,,janganlah campuri kehidupan orang yang 100% kita tidak tahu. Apalagi dengan teganya menghujat dengan kata-kata yang sangat menyakitkan hati. Urus sajalah diri dan keluarga kita masing-masing.
Semoga tulisanku ini dapat merubah pikiran yang negatif setidaknya menjadi 80% positif. Karena lagi-lagi... kita tidak akan pernah tahu tanggapan orang lain seperti apa.
*Curhat seorang istri pegawai pajak.
Saya rasa, komentar-komentar di Detik Finance itu emang keterlaluan. Masalahnya, mau gimana lagi, stereotipe masyarakat terhadap pegawai pajak udah terbentuk kayak gitu. Saya yakin, ada pegawai pajak yang jujur (termasuk suami Mbak, Insya Allah), tapi rasanya pasti banyak juga yang "nggak bener". Nah, sialnya, fokus masyarakat dan media emang lebih condong ke yg "nggak bener" itu.
BalasHapusPermasalahan ini sangat kompleks sebenarnya, karena selain stereotipe dari masyarakat, para pegawai pajak (dan juga instansi pemerintah lain) juga dihadapkan dengan permasalahan sistemik, yakni budaya negatifnya itu sendiri.
Sejujurnya, saya nggak terlalu setuju dengan ucapan Mbak yang: "Urus sajalah diri dan keluarga kita masing-masing." Bagaimana pun, mengeluarkan pendapat adalah hak siapa pun.
Emang sih, banyak di antara pendapat itu yang nyakitin. Tapi, selama suami Mbak dan pegawai lainnya emang jujur dalam bekerja, ya cuekin aja. Jangan terlalu musingin pendapat manusia, toh Tuhan yang lebih tau.
Maaf kalo kurang berkenan. Saya nggak membela siapa pun. Saya cuma mencoba mengeluarkan pendapat seobjektif mungkin.
@fikri: terimakasih atas pendapatnya. Saya yakin masih banyak orang seperti bung fikri ini,yang menilai bukan hanya dari satu sisi saja dan tidak menelan bulat-bulat berita yang dimuat di media.. dan... satu lagi,,berpendapat seobjektif mungkin. Ehhmmm... apa mungkin karena bung fikri seorang jurnalis??hehehe...
BalasHapus