Mungkin benar kata orang,aku adalah wanita lembut berhati halus. Mereka bilang aku Pintar ilmu eksakta juga agama. Aku terlihat anggun dimata mereka. Disekitar rumahku,memang hanya aku yang baru mengenakan jilbab diantara teman-teman seusiaku. Memank agak repot awalnya,jika pergi ke sebuah warung dekat rumah saja harus pakai jilbab. Tidak hanya itu,tumpukan pakaian kotorpun jadi lebih banyak dibandingkan sebelum aku mengenakan jilbab.
Masa-masa peralihan dari sebelum aku mengenakan jilbab hingga akhirnya jilbab ini memberi kenyamanan yang sangat luar biasa bagiku begitu sulit ku lewati. Aku harus memulai dari awal. Maksudnya,aku harus membiasakan diri untuk lebih rapih mengenakan jilbabnya,untuk belajar mengenakan jilbab bukan hanya sekedar tahu bahwa jilbab itu wajib hukumnya namun juga cara memakainya agar sesuai syariat. Terlebih yang memberatkan lagi bahwa aku harus mengumpulkan uang untuk membeli pakaian lengan panjang,rok panjang,jilbab macam-macam.. Aaahh... Rasanya uang sakuku selalu habis untuk membeli pakaian-pakaian panjang itu. Tapi aku selalu yakin,susah di dunia untuk mencari bekal ke akhirat pasti akan ditolong. Tak ada yang sia-sia. Kalau kita memank bersungguh-sungguh ingin menjadi hambaNYA yang dicintai,maka jangan tanggung-tanggung untuk berbuat lebih kepada yang kita cintai.
Sampai ketika usiaku 22 tahun dan aku baru saja lulus kuliah,berita tentang pernikahanku yang akan berlangsung menjadi buah bibir tetangga di sekitar rumahku. Bukan buah bibir yang manis,namun sangat pahit bila ku dengar. Mereka bilang,usiaku masih sangat belia dan baru saja lulus kuliah,tidak sepatutnya cepat-cepat menikah. Ada yang bilang juga,pernikahanku terkesan mendadak. Dan yang lebih menyakitkan lagi ada yang bilang kalau aku... Ah... Rasanya tak pantas ku ucapkan disini. Tapi banyak juga yang ikut bahagia dengan kabar pernikahan yang akan ku langsungkan. Biarlah penilaian orang seperti apa. Yang penting Allah tidak pernah salah menilai orang. Toh aku bukan seperti apa yang mereka katakan. Baik dan buruk penilaian mereka terhadapku itu kembali lagi kepada diri mereka masing-masing. Teko hanya mengeluarkan isi yang ada di dalam teko tersebut. Toh aku makan tidak meminta kepada mereka. Toh orang tua dan kakakku sangat bahagia. Toh laki-laki yang menikahiku seorang yang menjaga keimanannya. Apa perlu ku umumkan kepada mereka siapa aku,siapa laki-laki yang telah melamarku,apa pekerjaannya,dan... Kurasa tidak perlu. Untuk apa...
To be Continue....
Published with Blogger-droid v1.7.4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya ya..
Silahkan tinggalkan komentar sesuka hati asal sopan dan tunggu kunjungan balik saya ke blog teman-teman^^