Sejujurnya kalau ditanya ikhlas atau tidak,saya pasti menjawab TIDAK!
Akhtar,anak kami yang bulan ini menjelang usia 29 bulan,bisa dikatakan unik. Kenapa? Pertama,karena Akhtar anak bunda banget. Maksudnya,Akhtar ga bisa lepas dari saya. Kalau makan nasi,maunya sama bundanya. Begitu juga mandi,gak mau sama selain bundanya. Tidur siang dan malam,maunya masuk kamar terus meluk bundanya baru bisa tidur. Ppffiiuuuhhh agak berabeh juga ketika saya sedang mengerjakan pekerjaan lain,tapi Akhtar tetap maunya cuma sama saya.
Alasan kedua,Akhtar gak bisa langsung masuk ke lingkungan yang belum dikenalnya. Contohnya seperti saat kami mengunjungi rumah saudara yang baru pertama kali Akhtar menginjakan kaki disana. Akhtar cenderung diam,tak banyak bicara juga tak mau lepas dari bundanya ataupun ayahnya. Ditawarin minum gak mau. Dikasih makanan tak disentuh. Ia lebih memilih memperhatikan sekitar,kalau dirasa lingkungannya mulai nyaman,barulah ia bisa lepas dari kami. Waktu yang diperlukan Akhtar untuk menyelami lingkungan barunya tidak sama di setiap tempat. Ada yang butuh waktu hanya 10 menit,ada juga yang sepanjang kami di rumah orang ia tak mau lepas sama sekali dari saya ataupun ayahnya. Haduh... kalau kayak gini,saya dan ayahnya cuma bisa ngerayu biar Akhtar mau minum dan makan saja akhirnya.
Ya,itulah Akhtar. Sifatnya yang seperti ini diwarisi dari ayahnya. Dulu,kata mama mertua ayahnya Akhtar waktu kecil juga begitu. Gak betahan di rumah oranglain,gak bisa dipegang oranglain,maunya sama yang sudah dekat dengannya aja. Hmmm... namanya juga anaknya :D
Oya,kalau kata ilmu parenting,Akhtar ini termasuk anak tipe visual. Anak visual itu kurang lebih seperti ini. Ia tidak gampang masuk ke dunia yang belum dikenalnya,artinya ia lebih dahulu memperhatikan sekitar. Ia melihat sekeliling,mendengar apa saja yang sekelilingnya bicarakan,memperhatikan gerak gerik orang di sekelilingnya,barulah ketika ia merasa nyaman,tingkahnya bisa sama seperti di rumahnya. Mau nyayi-nyanyi sampai teriak,joget-joget,makan banyak atau apa saja layaknya di rumah sendiri. Tipe seperti ini sering disebut juga sebagai tipe pemikir.
Nah.. waktu usia Akhtar 24 bulan atau 2 tahun,kami mencoba membawa Akhtar ke tukang cukur rambut. Awalnya karena kami ngerasa rambut Akhtar ini sudah harus dicukur sama tukang cukur. Rambut Akhtar yang berponi dan makin lama kian tebal,sering membuat dirinya dianggap anak perempuan oleh beberapa orang (tepok jidat). Jadilah kami ingin mengubah sedikit gaya berambut Akhtar,biar terlihat lebih macho gituh :D Selama ini kami hanya memendekan rambutnya tanpa dibikin model. Ya mau dibikin model kayak apa,lhawong yang nyukur rambutnya juga ayahnya alias tukang cukur amatiran,hihihi. Balik lagi ke topik utama. Iya,kami jadi membawa Akhtar ke tukang cukur profesional. Tapi.. tapi.. baru saja tukan cukurnya mengibaskan kain penutup tubuh lalu mendekat ke arah Akhtar seraya ingin mengenakannya ke tubuh Akhtar,Akhtar langsung teriak "gak mauuuu..." diteruskan dengan menangis. Akhirnya kami nyerah,segera pamit dan undur diri dari tempat cukur rambut itu. Ujung-ujungnya yang nyukur rambut Akhtar ya ayahnya lagi. Petal-petal,ini yang membuat saya tidak ikhlas sejujurnya @_@
dok.pribadi Akhtar potong rambut |
Setelah kejadian itu,kami belum pernah membawa Akhtar ke tukang cukur lagi. Ya kalau sekiranya rambut Akhtar sudah harus dipendekan,kami sendiri yang nyukur. Oiya,gambar diatas diambil sekitar 2 pekan lalu. Lagi-lagi ayahnya yang motong rambutnya Akhtar. padahal usianya kini sudah 29 bulan. Kata orangtua kami sih,sepertinya Akhtar sudah mengerti dan kayaknya mau potong rambut di tukang cukur. Yah... untuk jadwal potong rambut selanjutnya,kami akan mencoba membawa Akhtar ke tukang cukur. Semoga berhasil :D
jd inget dulu aku pernah nekad nyukur sndri rambut anakku. Abis poninya dah panjang bgt, eh anaknya ga mo ke tkg cukur. Akhirnya aku gunting sndri. Dan hasilnyaa... poninya kependekan, ga rata, ga jelas bentuknya.. huwaaa... mn mo lebaran tuh.. Alhasil aku diomelin suami, bpk, ibu, sodara2.. huhuu.. kapok deh
BalasHapusWaktu Alvin kecil juga nangis mbak kalau di cukur di tukang cukur, jadi gak di dudukkan di kursi tapi aku gendong, tukang cuukurnya harus cari yang sabar. Tapi lama-lama dia mas duduk sendiri
BalasHapus