Foto saya bersama mama |
Mama,begitulah saya memanggil wanita yang disebut ibu. Mama,adalah orang pertama yang memeluk saat saya melihat dunia. Mama,adalah orang pertama yang selalu siap menghibur ketika saya menangis. Mama,adalah orang pertama tempat saya mengadu seluruh keluh kesah. Mama,adalah orang pertama yang berhasil menyemangati saat letih menerjang diri. Mama,kasihnya yang tulus tak hanya sebatas siang atau malam hari. Tak juga sebatas seberapa tingginya profesi sang anak. Pun tak sebatas bagaimana cara kita mencintai dirinya.
Suatu pagi tanggal 18 agustus 2002,awan mendung menggelayut tanda langit akan segera menumpahkan butiran-butiran air. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Kebetulan hari itu sedang ada lomba memasak di sekolah saya. Teman satu kelompok sudah berkumpul di rumah saya sejak pagi. Semua bahan dan peralatan memasak juga sudah terkumpul dengan rapih. Kami berkumpul di rumah saya karena kebetulan jarak rumah saya ke sekolah tidak begitu jauh. Hanya sekitar 500 meter jadi masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Kami bergotongan membawa kompor,panci,penggorengan dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk lomba memasak di sekolah.
Sampai di sekolah,hiruk pikuk siswa-siswi terdengar bagaikan lomba kicau burung. Maklum,ini kali pertama sekolah mengadakan lomba memasak. Selain antusiasme yang tinggi,rasa deg-degan turut mewarnai perasaan para siswa. Priiiitttt.... Suara priwitan berbunyi,menandakan lomba telah dimulai. Ditemani derai hujan yang begitu deras membuat suasana memasak semakin riuh. Dentuman guntur serta bunyi sutil dan penggorengan yang beradu menjadikan sekolah ramai ceria.
Satu menu selesai,telah kami sajikan di piring lengkap dengan garnish cantiknya. Sekarang giliran memasak menu kedua,ayam sambal ijo. Saya mengubek-ubek kantong plastik berisi bumbu-bumbu yang akan digunakan untuk menu tersebut. Ada satu bahan yang saya cari,cabai hijau. Teman saya ikut membantu mencarikan cabai hijau namun tak kunjung ketemu. Hmm pasti ketinggalan di rumah. Kami bertatapan. Saya ingin berlari ke rumah,mengambil cabai hijau yang ketinggalan namun hujan yang deras dan suara guntur yang membombardir membuat saya ciut. Takut jika harus keluar sekolah di tengah hujan yang deras ini. Ya Allah.. Bagaimana dengan menu kedua ini? Tak mungkin tanpa cabai hijau,sebab menu yang kami janjikan adalah ayam sambal ijo dan sudah tertulis di list menu peserta lomba.
Tiba-tiba ada teman yang mencolek saya,ada yang mau bertemu saya katanya. Saya keluar kelas dan... Mama... Ada mama rupanya. Mama tersenyum ramah dengan tangan kiri memegang payung dan tangan kanan menyodorkan bungkusan berisi cabai hijau. Saya kaget bukan main sebab mama sampai ngebelain mengantarkan cabai hijau di tengah hujan deras dan suara guntur yang bersahut-sahutan. Saya peluk mama dengan sedikit loncatan kegirangan sambil mengucapkan terima kasih. Mama mengelus-elus kepala saya dan menyuruh agar saya segera kembali ke ruangan untuk melanjutkan memasak. Sebelum mama pamit pulang,saya melihat celana mama yang berwarna hitam dibagian bawahnya basah dan berwarna coklat terkena cipratan tanah. Sekali lagi mama menyuruh saya segera masuk ruangan lalu mama langsung meninggalkan saya yang masih kaget bercampur senang. Langkahnya cekatan menghindari genangan-genangan air. Tubuhnya menembus derai hujan yang deras ditemani payung abu-abu miliknya sedari dulu. Padahal mama mengaku,kalau beliau sangat takut dengan petir dan suara guntur,tapi hari ini,demi kelancaran lomba saya,mama rela menerjang hujan yang disertai petir dan guntur hanya untuk memberi sebungkus cabai hijau. Dengan kedatangan mama pulalah akhirnya kelompok kami meraih juara kedua dalam lomba memasak. Mama... juara ini milikmu ma!
Di lain hari,mama menyempatkan waktunya untuk mengantarkan bekal saya yang tertinggal di rumah karena saya berangkat sekolah terburu-buru. Mama dengan berjalan kaki,menitipkan bekal untuk saya kepada penjaga sekolah. Biar saya gak lapar dan gak jajan sembarangan,begitu kata bapak penjaga sekolah kepada saya sesuai pesan mama. Ah mama...
Sekecil apapun kebutuhan saya,pasti mama selalu siap setiap saat. Bahkan setelah saya kuliah dan ngekos di luar kota,mama setiap hari selalu menelepon saya,bertanya sudah makan kah saya,sehat kah saya,ada yang perlu dibantu kah dan masih banyak lagi. Bahkan tak jarang mama membuat kejutan saat saya pulang kuliah. Mama yang tanpa diantar oleh siapapun,dengan naik angkutan umum,sudah berada di kosan saya,membawa kue lemper kesukaan saya. Saya memang paling suka kue lemper buatan mama,kelezatannya tak ada yang mampu menandingi. Dan tentu saja mama membawa kue dengan jumlah banyak,teman kosan saya pasti kebagian jatah. Kami pesta kue kecil-kecilan.
Sampai sekarang,saat saya sudah menikah dan mempunyai satu orang anak,mama masih saja menanyakan kebutuhan saya walau tidak seintensif sebelum saya menikah. Ya,mama pasti mengerti bahwa putri cantiknya ini sudah tak terlalu bergantung 100 persen kepada dirinya. Namun,ketika kabar sampai ke telinganya bahwa saya sudah melahirkan di tanah rantau nun jauh disini,mama tetap menyempatkan diri menengok anak dan cucunya. Mama membawa sekardus kado untuk cucunya,isinya pakaian dan perlengkapan bayi. Juga sekardus kue untuk anak dan menantunya. Dua jam perjalanan udara dilanjutkan sepuluh jam perjalanan darat,mama tak terlihat letih. Rasa mual di dalam bus sepertinya sirna saat berhasil menemui anak dan cucunya ini. Perjalanan yang sangat menguras tenaga pastinya,tapi keesokan harinya,mama membuatkan menu-menu spesial dan kue kesukaan saya. Menurut beliau,orang habis melahirkan itu harus makan yang enak-enak,bergizi dan cemilan yang sehat. Ah mama.. masih saja menyibukan dirinya.
Begitulah mama,kasih sayangnya nyata tanpa harus banyak bicara. Masih tertanam jelas dalam ingatan saya,ketika masih kecil,saya terjatuh dari sepeda. Satu tangisan saya pecah,mama seribu langkah menghampiri saya. Seolah berkata,jangan takut,ada mama disini. Tangannya yang cermat,segera membersihkan luka saya,mengobati dan menghibur agar saya tidak nangis lagi. Menurut saya,obat di dunia yang paling mujarab adalah kasih sayang mama. Sebab,mau seluka apa saya,mau sesakit apa saya,kalau mama ada disisi,saya pasti sembuh.
Di usianya yang sudah memasuki setengah abad lebih,beliau masih terlihat segar. Saya jarang sekali mendengar mama mengeluh sakit. Di mata saya,mama selalu tampak sehat. Pernah suatu ketika mama sudah terlihat lemas,tapi mama masih saja tak mau dibilang kalau dirinya sakit. Mama... Entah kata apa lagi yang mampu saya persembahkan untuk mama, wanita hebat luar biasa di dunia ini. Bahkan untuk bercerita saja rasanya saya tak sanggup. Tak sanggup karena begitu banyak kisah yang menandakan hati mama lebih luas dari samudera. Mama... wanita yang kehadirannya selalu menjadi penyejuk saat dahaga gelisah menghantui. Mama... wanita nomor satu yang selalu menenangkan dan memenangkan hati saya. Mama... wanita yang bahkan tiap nafasnya hanya untuk keluarga dan anak-anak tercintanya. Sehat terus ya ma.. kami selalu butuh kasih sayang mama.
Begitulah mama,kasih sayangnya nyata tanpa harus banyak bicara. Masih tertanam jelas dalam ingatan saya,ketika masih kecil,saya terjatuh dari sepeda. Satu tangisan saya pecah,mama seribu langkah menghampiri saya. Seolah berkata,jangan takut,ada mama disini. Tangannya yang cermat,segera membersihkan luka saya,mengobati dan menghibur agar saya tidak nangis lagi. Menurut saya,obat di dunia yang paling mujarab adalah kasih sayang mama. Sebab,mau seluka apa saya,mau sesakit apa saya,kalau mama ada disisi,saya pasti sembuh.
Di usianya yang sudah memasuki setengah abad lebih,beliau masih terlihat segar. Saya jarang sekali mendengar mama mengeluh sakit. Di mata saya,mama selalu tampak sehat. Pernah suatu ketika mama sudah terlihat lemas,tapi mama masih saja tak mau dibilang kalau dirinya sakit. Mama... Entah kata apa lagi yang mampu saya persembahkan untuk mama, wanita hebat luar biasa di dunia ini. Bahkan untuk bercerita saja rasanya saya tak sanggup. Tak sanggup karena begitu banyak kisah yang menandakan hati mama lebih luas dari samudera. Mama... wanita yang kehadirannya selalu menjadi penyejuk saat dahaga gelisah menghantui. Mama... wanita nomor satu yang selalu menenangkan dan memenangkan hati saya. Mama... wanita yang bahkan tiap nafasnya hanya untuk keluarga dan anak-anak tercintanya. Sehat terus ya ma.. kami selalu butuh kasih sayang mama.
Banner Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera |
Saya tidak bisa copy artikel Anda. Silahkan kirim ke email saya ya.
BalasHapusTerima kasih
Siap pakde! Done!
HapusTerima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
BalasHapusSegera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
Nuwun sanget pakde :)
HapusSahabat tercinta,
BalasHapusSaya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah mengikuti Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera di BlogCamp. Setelah membaca artikel peserta saya bermaksud menerbitkan seluruh artikel peserta menjadi buku.
Untuk melengkapi naskah buku tersebut saya mohon bantuan sahabat untuk
1. Mengirimkan profil Anda dalam bentuk narasi satu paragraf saja. Profil dapat dikirim melalui inbox di Facebook saya atau via email.
2. Memberikan ijin kepada saya untuk mengumpulkan artikel peserta dan menerbitkannya menjadi buku. Cek email dari saya tentang permintaan ijin ini dan silahkan dibalas.
3. Bergabung dengan Grup Penulis Naskah Buku Hati Ibu Seluas Samudera di Facebook. (https://www.facebook.com/groups/669571076492059/)
Terima kasih.
Semuanya beresss (y)
Hapusalhamdulillah ya mama'y msh sehat,salam hangat dari tang-sel... :)
BalasHapusAlhamdulillaah mbak :)
HapusSalam kenal ya ^^
tuh kan kalo baca yg begini2 jdnya pengen nangis.. huhuu.. pengen meluk ibuuuuk..
BalasHapusNdak ada apa2nya ya kita, ibu is the best
HapusHamdalah Mama Mbak Yuli selalu dikaruniai sehat wal afiat... Semoga kontesnya juwarah ya Mbak.
BalasHapusTentang Ibu, wah, rasanya nggak akan habis dituagkan dalam cerita. Kemarin saat saya hamil anak kedua, saya sempat opname karena lemah mual muntah, ibu saya jauh-jauh dari Jogja ke Riau menunggui saya hingga sebulan lebih, setelah memastikan saya sudah kuat betul, baru beliau pulang kembali ke Jogja.
Alhamdulillaah mbak Khusna.. aamiin ^^
HapusYah.. begitulah ibu ya mbak,kehadirannya selalu menjadi kekuatan
Jadi inget ibu...
BalasHapusIbu selalu ngangenin ya :)
Hapusiya :)
Hapus